Selasa, 12 Januari 2016

Kisah Nyata Party yang Membawa Kenikmatan Cerita Dewasa

Kisah Nyata Party yang Membawa Kenikmatan Cerita Dewasa

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Party yang Membawa Kenikmatan Cerita Dewasa merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Jam 18.30 aku dan Lina sudah meluncur di jalan. Ia menunjuk sebuah Mall, maka ke sanalah mobilku kuarahkan. Dari keterangan Lina pula aku tahu nanti mesti menuju ke salah satu sudut cafe terbuka di Mall tersebut. Di sana, menurut Lina pula, kita tinggal menjatuhkan apa saja; bisa sapu tangan, korek api, atau barang belanjaan. Setelah itu akan ada laki-laki yang berlagak mengambilkan barang yang jatuh itu. Kalau kita suka pada laki-laki itu tinggal bilang “OK” tapi kalau tidak suka tinggal bilang “Thanx.”
“Kalau OK, mainan itu akan langsung nguntit kita, hi, hi, hi..,” jelas Lina sambil cekikikan.
Aku pun menyambutnya dengan tertawa dan masih ada perasaan-perasaan tegang.
“Kamu bilang mainan?” tanyaku.
“Ya, kita semua di tempat fitness menyebutnya mainan, mainan pembawa nikmat, hi, hi, hi..,” kata Lina lagi masih ditutup dengan tawa.

Untung lalulintas tak begitu padat hingga tepat jam 19.00 kami sudah tiba di sana. Cafe yang disebut Lina ternyata hanya warung terbuka biasa yang menjual aneka minuman dan makanan ringan. Tampak di sana sejumlah anak muda laki-laki dan perempuan.
“Yang cewek nyari cowok, yang cowok nunggu panggilan cewek,” bisik Lina, dilanjutkan aksinya menjatuhkan saputangan tanpa menghentikan langkah melewati cafe tersebut. Aku pun tak mau ketinggalan menjatuhkan kaca mata gelapku. Betul saja tidak lama kemudian ada dua anak muda menghampiri dan mengembalikan barang-barang tersebut. Aku pandangan si pembawa kacamataku, seperti terkena sihir mulutku otomatis mengatakan “OK,” demikian pula Lina yang mungkin merasa cocok dengan anak yang menghampirinya. Tanpa basa-basi lagi kami memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Cerita Sex 2016

Setibanya kembali di tempat parkir, dua anak muda itu masing-masing mengenalkan diri.
“Ronal,” kata pasangan Lina sambil mengecup pipi Lina kemudian menjabat tanganku. Lina pun membisikan namanya.
“Aldi,” kata pasanganku sambil mengecup dan menggandeng pinggangku.
“Oh,” hatiku terasa melayang meski hanya digandeng begitu saja.
Kemudian kubisikan pula namaku. Suasana yang lama hilang serasa kembali lagi. Segera pula kurugoh tas kecilku untuk mengambil kunci mobil.
Begitu hendak membuka pintu mobilku, Aldi merebutnya sambil berbisik, “Biar Ronal saja yang nyetir, kita di belakang.”
Aku langsung mengangguk menyetujuinya.

Kami meluncur ke arah utara kota. Baru saja beberapa ratus meter meninggalkan halaman Mall, tangan Aldi sudah mulai beraksi. Ia mengusap-usap leherku, kemudian mendekat dan menciuminya dari samping. Tak ayal aku menggelinjang. Ciuman Aldi menjalar ke kuping, terus melaju, dan akhirnya mendarat di bibirku. Mendapat serangan yang sudah lama kurindukan, kontan kubuka bibirku langsung menyambut juluran lidah Aldi. Kami pun berpagutan cukup lama. Dari sudut mataku kulihat Lina pun merapat, terlihat gerakan tangannya menghampiri celana Ronal. Sejenak tampak Ronal mengangkat badannya, rupanya ia memberi ruang pada Lina untuk membuka resleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya.

“Ehmm.. lumayan besar,” demikian terdengar suara Lina, tapi tak kulihat lagi kepalanya karena sudah merunduk tenggelam di pangkuan Ronal yang sedang menyetir. Selanjutnya hanya kudengar suara kecupan dan kuluman mulut Lina yang rupanya sedang melakukan oral di kontol Ronal.
Aku sendiri mulai sibuk, lidah kami saling melilit dalam ciuman yang sangat hot. Aldi mulai meraba-raba pahaku, kemudian naik hingga sampai di bagian “V” celana dalamku. Aku bergeser memberikan ruang bagi tangannya agar bisa tepat di celah belahan memekku. Sementara tanganku pun mulai berani merayap tepat di atas sebentuk benda tegang di balik celananya. Kuelus-elus benda hangat yang berada di balik celana itu, dengan jari telunjuk dan jempol kujelajahi sepanjang batangnya. Aku punya kesimpulan kontol Aldi relatif besar, dari pengalamanku pula aku yakin saat itu belum mengeras sepenuhnya.
“Kalau sudah ngaceng sepenuhnya tentu besar sekali,” begitu pikirku.

Aldi masih mengelus-elus celah memekku dari luar dengan jari tengahnya. Aku yakin celana dalamku jadi basah karenanya. Sementara itu mobilku terus melaju di tengah keramaian kota. Untung seluruh kaca mobilku berlapis pelindung cukup gelap. Kami bisa melihat ke luar tapi orang-orang di luar tak pernah tahu apa yang kami perbuat. Ada juga perasaan aneh ketika melakukan itu semua di tengah keramaian, tapi yang jelas nafsuku menjadi lebih bergelora hingga pagutanku di mulut Aldi kian ganas. Apalagi ketika mobil berhenti di lampu merah, aku malah membayangkan orang-orang di mobil di kiri-kanan kami sedang menyaksikan adegan-adegan hot ini. Begitu pula ketika ada orang lewat menyebrang, ingin rasanya aku ditonton mereka. Ahh.. pendeknya pengalaman baru yang sungguh mengasyikan. Tanganku pun mulailah membuka ikat pinggang celana Aldi, langsung pula menarik resletingnya. Langsung kontolnya meloncat keluar karena ternyata Aldi tak memakai celana dalam.
“Wow, besarnyaa..,” teriakku agak kaget begitu melihat kontol Aldi.
Lantas sambil menggenggam batang kontol pacar baruku itu aku berbisik, “Vin, apa kesukaanmu?”
“Blow job,” jawab Aldi ringkas. Aku terdiam belum mengerti.
“Iseplah..,” kata Aldi menjelaskan.

Aku pun senyum dengan menggenggam kontolnya lebih erat lagi, “Jadi blow job itu artinya ngentot pakai mulut?” tanyaku bermanja-manja dan pura-pura bodoh.
Setelah itu tak banyak bicara lagi kujilati bagian kepala kontolnya Aldi. Ini adalah bagian pemanasan yang paling kusuka ketika Amri masih hot-hotnya. Maka ketika kujilati, kuciumi, dan kuemut-emut kepala kontol Aldi, aku melakukannya dengan intens sekali. Aldi pun segera melenguh merasa nikmat, tangannya dengan agak kasar menyingkapkan celana dalamku ke pinggir hingga jarinya kini bisa menyentuh langsung alat kenikmatanku yang sudah lama tak tersentuh laki-laki itu.
“Sluurrpp..,” mulutku maju lebih jauh lagi melahap batang kontol Aldi, sejenak kutahan di sana sambil kurasakan bahwa kontol Aldi ternyata masih tumbuh membesar. Tahu begitu maka aku merangsangnya lebih keras lagi karena ingin segera tahu seberapa besarnya jika sudah ngaceng sepenuhnya.

“Sluurrpp..,” mulutku maju lagi hingga separo kontol Aldi masuk, terasa ada yang berdenyut dan tumbuh mengembang. Kubiarkan kutahan di dalam, dan kian lama terasa mulutku kian penuh hampir tak bisa lagi menampung kebesaran kontolnya. Saat itulah kulepas mulutku, kupandangi benda yang ternyata tampak gagah sekali itu. Seluruh batangnya mengkilat karena basah oleh ludahku, kugenggam di bagian pangkalnya, kogoyang-goyang.. Ohh.. benda yang sangat kurindukan kini ada digenggamanku.
Sekali lagi “Sluurrpp..,” kulahap sekaligus kontolnya.

Kini kuusahakan bisa masuk sedalam mungkin. Ternyata betul-betul sungguh besar, hanya lebih sedikit dari setengahnya sudah menyentuh tenggorokanku. Agak sesak tapi kubiarkan tenggelam di dalam untuk beberapa saat. Sambil kuemut-emut kontolnya, perlahan-lahan kupelorotkan celana Aldi hingga lepas. Seusai itu, Aldi pun berusaha memelorotkan celana dalamku. Di ruang kursi mobil yang sempit, ternyata usaha melepas celana dalam itu menjadi tidak mudah. Masalahnya aku mau melepasnya tanpa mau melepas kuluman mulutku di kontolnya, demikian pula Aldi seperti tak mau kehilangan memekku.

Setelah berjuang keras akhirnya lepas pulalah celana dalamku. Aldi kini dengan merdeka mulai bisa menusukan jarinya yang besar. Ohh.. baru dengan jari itu saja aku sudah merasa melayang, maka kurespon sodokan jarinya dengan memaju-mundurkan pantatku, sementara mulutku pun mulai mengangguk-angguk memberikan gerakan kontol Aldi agar keluar-masuk.
“Ohh.. Arsih, ohh.. dewiku, sedap sekali sedotanmu.. memekmu pun sungguh masih ketat sekali.. aku pengen segera mengentotnya,” erang Aldi karena nikmat. Aku merasa begitu tersanjung, maka segera aku lepaskan kuluman, naik ke pangkuannya dengan kontol Aldi diusahakan tak lepas dari genggamanku. Kedua kakiku kini ada di atas kursi mobil, dengan posisi jongkok begini kusentuh-sentuhkan kepala kontol Aldi di celah memekku, sesekali disentuhkan pula ke kelentitku yang sudah sangat peka.

Kemudian, “Bless..” sekaligus kutanamkan kontol besar itu dengan tak sabar.
“Ohh.. ahh..,” aku pun mengerang karena kaget sendiri merasakan kontol yang begitu besar melesak masuk. Demikian kerasnya eranganku sehingga membuat Lina bangkit dari kegiatannya kemudian melirik ke belakang.
“Gimana, asyik Teh Arsih?” tanya Lina menggodaku yang sedang nikmat.
“I.. i.. yaa, Lina.. Kontol Aldi gede sekali, asyik sekali,” jawabku sambil mulai menggoyang-goyangkan pinggulku.
Pada saat itu pula sempat kulihat lagi keramaian kota. Dengan posisi sudah mulai sanggama, dalam keadaan kontol pasanganku sudah tertanam di memek laparku, melihat keramaian di luar kian membuat aku terangsang lagi.
Maka kugenjot kontol Aldi lebih hebat lagi, hatiku seolah-olah berteriak kepada orang-orang di jalanan, “Heii.. orang-orang lihatlah.. lihatlah aku lagi ngentot dengan nikmat sekali.. ngentot kontol gede.. hhmmhh.. ahh.”

Gerakan pantatku turun-naik di atas kontol Aldi kian cepat, Aldi pun sesekali membalasnya dengan mengangkat pantatnya hingga kontolnya tertanam sepenuhnya di memekku. Rasa dahagaku yang sudah cukup lama tak merasakan kontol, rupanya membuat nafsuku jadi sangat berlebihan, sehingga aku tak bisa mengontrol dan membuat persetubuhan berlangsung begitu cepat.
“Ohh.. Vin, Aldi.. entot terus, entot memekku yang lapar ini.. entot, jangan berhenti.. ohh teruss.. aku hampir sampai di puncak.. teruss.. ohh.. ohh.. ohh.. ahh!” Sebuah erangan panjang menandakan aku sudah mencapai orgasme.

Sementara aku tahu bahwa Aldi masih segar bugar. Karena itu kuelus kepalanya untuk menghibur, sementara Aldi membenamkan wajahnya di celah buah dadaku. Dengan kontol yang masih tertanam di memekku, dijilatinya seluruh celah dari lembah payudaraku, kemudian naik ke puting susu sebelah kiri, melintas lagi di celah lembahnya dan pindah ke puting susu sebelah kanan, sesekali mendarat agak lama di salah satu puting susuku yang sejak tadi sudah begitu keras. Di isap-isapnya di situ, adakalanya digigit-gigit kecil sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nimkat.
Sampai pada adegan ini sudah terpikir pula untuk membalas kenikmatan yang telah diberikan oleh Aldi, tapi sementara itu pula aku berkesempatan melihat ke arah luar jendela mobil untuk melihat ke arah mana kira-kira mobil ini melaju. Dengan sekilas aku segera tahu mobil sedang melaju ke rah utara, maka aku tanya ke Ronal atau pun Lina yang juga sedang asyik di depan, “Heh, sedang menuju ke mana kita ini?”

Yang menjawab ternyata Lina dengan tanpa mau melepaskan emutan mulutnya di kontol Ronal sehingga suaranya seperti suara orang yang tersumpal, “Mmpphhff.. ki.. fftaa.. kee.. ff ‘L” saa.. phhjaa.. di sana.. phhpp.. ada hotel mmff.. hotel.. yang asyikk.. mmff.. slrupp.”
Aku sebetulnya setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba saja muncul pikiran lain sehingga aku protes, “Nggak, deh, oohh.. eyy..,” kalimatku terhenti karena kaget dan geli oleh gigitan Aldi di puting susuku, “Balik ke rumahku saja..,” lanjutku sambil tetap mengelus-elus kepala Aldi yang terasa pula kontolnya masih berusaha menusuk keluar-masuk di memekku.
Mendengar protesku Lina yang tenggelam di antara selangkangan Ronal tiba-tiba bangkit, “Bener nih?”
“Serius, kita balik ke rumahku saja..” jawabku tegas.

Ronal dan Lina tampak sejenak saling pandang, tapi kemudian sepakat tak berani melawan permintaanku. Maka di satu persimpangan Ronal memutar balik haluan, kemudian meluncur menuju ke rumahku yang sedikit agak di bagian selatan pusat kota.
Setelah tahu kendaraan yang kami tunggangi menuju arah balik, maka aku pun segera ingat kepada tugas ingin membalas kenikmatan yang telah diberikan Aldi.
“Kamu.. belum keluar, ya, sayang.. kontolmu masih ngaceng keras.. biar aku bikin keluar, yaa..,” kataku sambil mengangkat kepala Aldi kemudian memagut bibir, dan kami kembali berciuman cukup lama.

Tanpa melepaskan bibir dan lidah kami yang saling berjalin, aku mengangkat tubuhku pelan-pelan sehingga sedikit demi sedikit kontol Aldi keluar dari jepitan memekku. Menjelang kepala kontolnya lepas cepat-cepat tangan kiriku menuju ke bawah untuk menyambutnya dan menggenggamnya. Terasa sekali kontol Aldi begitu licin karena basah oleh cairan orgasme yang tadi telah keluar dari memekku.

Sambil sedikit kukocok-kocok kontol yang licin itu, aku berbisik pada Aldi, “Kamu pernah di ‘tits-fucking,’ dientot pake payudara, sayangg.. Sini aku kasih tits-fucking sambil sesekali aku sedot kontolmu dengan mulutku yang haus ini, yaa..?”.
“Belum.. pernah, ohh.. asyik sekali.. sejak semula aku sudah tertarik sama susu gedenya Tante Arsih.. asyik sekali kayaknya dijepit di sana.. ayo, dong, Tante.. Al sudah tak tahan nih..,” jawab Aldi kelihatan sudah tak sabar.
“OK sayang.. sini taro kontolmu di antara susu Tante..,” kataku sambil menyangga kedua susuku dengan kedua tanganku.

Posisiku agak sedikit turun dari jok mobil, sementara Aldi sedikit naik dengan mengarahkan kontolnya di antara celah dua bukit payudaraku. Begitu tiba di sana langsung aku sambut dan aku tekan payudaraku hingga menjepit kontol Aldi.
“Ahh.. uuhh.. Tantee..,” lenguh Aldi kenikmatan sambil mulai mengocok-kocokan kontolnya di sana.
Kontolnya yang memang lumayang panjang dan gemuk, sesekali bagian kepalanya menyentuh daguku. Dengan begitu memudahkan aku untuk bisa menyambutnya dengan mulutku.

Dengan sedikit merunduk dengan mulut telah siap terbuka, maka kontol Aldi pun sesekali masuk di mulutku. Setelah beberapa kocokan, Aldi menghentikan gerakannya. Aku tahu Aldi minta kontolnya diisap, maka segera pula aku merunduk agak jauh lagi sehingga sebagian kontolnya bisa masuk ke mulutku. Kutahan dan kubiarkan terbenam di sana untuk beberapa saat, ketika di dalam kuemut-emut mulutku sambil menggerak-gerakan lidahku menyentuh-sentuh batang dan kepala kontol Aldi. Ohh.. luar biasa sekali, aku bisa merasakan langsung bekas cairanku sendiri di kontol Aldi.

Adegan dan wanginya cairan memekku sendiri ini sungguh membuatku terangsang kembali. Nafsuku untuk bersetubuh sudah kembali pulih, ingin sesungguhnya aku segera naik kembali menunggangi kontolnya Aldi. Tapi kuputuskan untuk meneruskan memberikan tits-fucking sambil melomoh-lomoh kontolnya dan sesekali kusedot-sedot, kuisap-isap.
Aldi sendiri kelihatan sekali merasa nikmat dan bahagia dengan pelayanan itu, “Oohh.. emmhh.. nikmat sekali rasanyaa.. Tantee.. teruss.. jepit terus dengan susu tante yang gede itu.. ohh.. ya, sedott, jangan berhenti.. tantee.. sedapp, wah sudah kuduga tante ini hebat.. aku mau deh setiap hari ngentot sama Tante Arsih,” kicaunya.

Mendapat pujian itu ditambah birahiku sendiri, maka aku kian bersemangat menjepitkan susuku dan nyedot kontolnya sampai pipiku kempot saking kuatnya. Kurasakan gerakan maju-mundurnya Aldi pun kian deras, kontolnya terasa sudah sangat tegang sekali, aku tahu itu adalah tanda-tanda Aldi sudah kian dekat ke puncak kenikmatannya. Tak ayal aku pun mengimbangi gerakan-gerakan pantatnya dengan semakin bersemangat.

Hingga tak lama kemudian, “Oohh tantee.. teruuss.. aku sudah hampir.. sudah dekatt.. teruss.. ohh.. uhh.. mmhh.. ohh.. uhh.. mmhh.., aku tak tahan lagii.. keluarin di mana tantee..,” erangan dan kicauan Aldi bercampur aduk.
“Keluarin di mulutku saja.. sayangg.. ohh.. mari penuhi mulut tante yang lapar ini dengan spermamu yang hangat.. ayo keluarin.. sayangg,” jawabku ingin segera melihat pasanganku mencapai puncak kebahagiaannya.
“I.. i.. ini dia tantee.. aku keluarr.. huuhh.. ahh..,” teriak Aldi, bersamaan dengan itu kurasakan kontolnya menjadi super tegang diiringin meletupnya semburan air mani dari kontolnya hingga membentur pangkal tenggorokanku.

Begitu banyak air mani yang ia keluarkan hingga mulutku tak sanggup menampungnya. Sebagian langsung kutelan, sebagian lagi kubiarkan keluar di atas kedua payudaraku sambil tak henti-hentinya aku teruskan mengocok kontolnya. Luar biasa sekali, ketika kukocok di luar pun sperma Aldi masih meluap demikian banyak sehingga membanjiri seluruh permukaan buah dadaku, kemudian meleleh turun membasahi sebagian perutku.
“Mmhhmmffhh.. Al, sayangku.. luar biasa banyak sekali sampai banjir..,” kataku sambil menyusut air maninya yang turun ke perut untuk kemudian kujilati lewat tanganku hingga bersih. Begitu pula yang membasahi buahdada-ku, aku coba untuk menyendoknya dengan tangan kemudian aku lahap pula, lantas dengan sengaja kuperlihatkan pada Aldi ketika menjilat jari-jariku yang masih bersisa air maninya, berulang-ulang kujilat hingga bersih. Tak lama kemudian terdengar kehebohan di kursi depan, Lina setengah berteriak-teriak sambil mengocok kontol Ronal yang masih tetap di belakang kemudi.
“Ayoo.. Ronal-ku, keluarkan.. tuntaskan sayang.. aku nggak mau kalah sama Teh Arsih.. aku pun ingin sperma hangatmu.. ayo keluarkan.”
“I.. i.. iya tante Lina, kocok terus, saya sudah hampir, kocok yang keras.. ehh.. sambil diemut lagi.. tante..,” pinta Ronal.

Kemudi mobil sedikit agak bergoyang, aku dan Aldi saling berpandangan lantas tersenyum. Kontol Aldi yang sudah melembek masih di dalam elusan tanganku, Aldi pun dengan mesra tak lepas-lepasnya mengelus bibir memekku sambil mengecup-kecup puting payudaraku. Rupanya dia betul-betul terpesona oleh kebesaran buah dadaku.
Lagi-lagi suara Ronal terdengar, “Yaa.. yaa.. ahh.. uhh.. ya tante, hampir tante.. aku mau keluar nihh..”
“Ya, ya, ya, keluarkan saja di mulutku,” kata Lina yang rupanya tak mau kalah dengan aku.
“Emmhh.. ahh.. tantee.. aku keluarr..,” erangan panjang terlepas dari mulut Ronal.
Tapi bisa kupastikan Lina sedang sibuk dengan limpahan sperma pasangannya. Tak ayal, mobilku pun jadi penuh oleh aroma sex. Aku sendiri, anehnya, merasa begitu bahagia dan sangat menikmati permainan yang nikmat ini. Tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sudah berada di depan gerbang rumahku.

Lina tiba-tiba bangkit dari kursi depan lantas bertanya kepadaku, “Eh, Teh Arsih.. ini betul, serius.. gimana kalau suamimu ada di rumah?”
“Serius, dan memang aku ingin dia tahu,” jawabku tegas.
“Yang bener?” tanya Lina lagi masih ragu.
“Bener, ayo Ronal masuk saja jangan ragu-ragu,” kataku.
“Baik, tante,” jawab Ronal sambil memasukan mobil.
“Ya, nanti kita teruskan lagi permainannya, ya!” sambungku dengan suara menggoda.
Mobil pun masuklah ke halaman rumah, langsung masuk garasi dan kami segera turun dengan pakaian masing-masing yang masih berantakan. Pakaianku basah di bagian depan karena terkena limpahan spermanya Aldi.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar