Selasa, 12 Januari 2016

Kisah Nyata Kenangan Perpisahan Dengan Mita Cerita Dewasa

Kisah Nyata Kenangan Perpisahan Dengan Mita Cerita Dewasa

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Kenangan Perpisahan Dengan Mita Cerita Dewasa merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Pada bulan April Mas Puja mendapat panggilan ke Jakarta. Ternyata Mas Puja mendapat promosi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di Bumi Nyiur Melambai. Promosi itu adalah sesuatu yang menggembirakan bagi kami tapi juga sekaligus menyedihkan. Karena itu berarti kami harus berpisah dengan orang yang paling kami sayangi, Mitaa.

Setelah hampir dua minggu dan telah membuat perencanaan yang masak, kami sepakat untuk berterus terang pada Mitaa. Acara kami buat di villa kami di kawasan Kopeng. Sengaja kami hanya berempat dengan Mitaa dan kami memilih tepat pada hari libur kerja yaitu Sabtu dan Minggu. Kepada suaminya Mitaa ijin akan mengikuti pelatihan Manajemen Mikro. Mitaa sebenarnya cukup merasa penasaran meskipun sebenarnya acara seperti ini telah sering kami adakan, tapi memang biasanya Mitaa tidak sampai menginap. Cerita Sex 2016

Kami berangkat terpisah karena Mitaa diantar oleh suaminya sampai ke tempat bus Patas, tapi sesampai di Salatiga kami telah menunggunya, lalu Mitaa turun dan terus bergabung bersama kami menuju Kopeng.
“Uhh..! Kesel aku Mbak, masak aku disuruh naik bus sendiri” sungut Mitaa begitu turun dari bus.
“Lho kan belum jadi direktur, ya sabar dulu dong sayang..” jawabku sambil membantu mengangkat koper bawaannya.
“Mbak, aku di belakang ama Mas Puja ya, biar Mas Doni yang setir” pintanya padaku. Aku tahu betul akan kelakuannya itu, Mitaa ingin bermanja-manja dengan Mas Puja.
“Iya deh.., asal Mbak tetep dibagi..” godaku.
“Iih.. Mbak kan udah tiap hari nyanding” balasnya. Mas Puja cuma nyengir, sedang Doni sudah siap di belakang setir.
“Mita.., apa tadi nggak dapat saweran di bus” goda Doni sambil menjalankan mobilnya.
“Iih.. Emangnya aku cewek apaan” jawab Mitaa menirukan gaya Nani Wijaya di serial Bajaj Bajuri sambil menggelendot manja pada Mas Puja.

Memang Mitaa sangat menyayangi Mas Puja, bahkan dialah yang paling pencemburu dibandingkan aku yang isterinya. Aku, Mas Puja dan Doni juga amat sayang padanya. Bagi kami kebahagiaan yang kami rasakan selama ini memang untuk berempat. Kulihat Mitaa sudah mulai mengantuk di pelukan Mas Puja.
“Mas pijit ya sayang..!” bisik Mas Puja di telinga Mitaa.

Mitaa merapatkan pelukannya. Mas Puja mulai memijit punggung Mitaa. Pijitan Mas Puja memang benar-benar pijitan yang menenangkan karena aku pun sangat menyukainya. Bila sehabis ML biasanya Mas Puja memijit punggungku sambil memelukku. Itulah Mas Puja yang romantis, kata Mitaa.

Perjalanan Salatiga-Kopeng hanya sekitar 45 menit. Aku sendiri sebenarnya lelah setelah tadi malam kuhabiskan dua rondeku dengan kedua suamiku. Cumbuan Doni yang begitu lama membuatku benar-benar habis tenaga, belum Mas Puja yang selalu mengambil babak akhir permainan kami. Mas Puja memang sangat senang membenamkan kontolnya ke dalam memekku saat aku telah mencapai orgasme. Biasanya ia akan membenamkan kontolnya dan memelukku dengan penuh perasaan sambil menikmati remasan-remasan memekku, bahkan tadi malam sempat kram rasanya otot-otot memekku karena permainan mereka berdua.

Seperti biasanya aku meminta Doni untuk telentang dan membuka kedua pahanya dengan kepala bertelekan 2 bantal, lalu aku menaikinya dengan posisi membelakangi dan bertumpu pada kedua tanganku ke belakang. Posisi ini sangat aku sukai karena Mas Puja dapat dengan mudah melumat clitorisku sementara Doni memompa memekku dari bawah sambil meremas putingku. Rasanya semua syaraf nikmatku tak ada yang terlewat menerima rangsangan dari keduanya.

Begitu aku orgasme yang ketiga dan Doni memuntahkan spermanya di memekku, langsung Mas Puja mengambil alih dengan membenamkan kontolnya ke memekku. Mas Puja menikmati kontraksi otot-otot vaginaku dan berlama-lama berada di sana, sebelum kemudian memompa memekku dengan penuh perasaan.
“Kok ngelamun Rini, kita dah nyampe nih..!” ujar Doni mengagetkanku sambil memasukkan kendaraan ke pelataran villa. Aku tergagap. Kulihat Pak Kidjan penjaga villa kami memberi salam.
“Mitaa, bangun sayang, kita udah nyampe nih..!” bisik Mas Puja.
Yang dibisiki menggeliat sambil mengucek-ucek mata. Kembali dipeluknya Mas Puja dan mereka berciuman lembut penuh perasaan. Entah mengapa sejak mula pertama Mas Puja bercinta dengan Mitaa tak ada rasa cemburuku, aku malah bahagia melihat keduanya, tapi anehnya aku cemburu kalau Mas Puja dengan yang lain.

Pada pukul 17.00 tepat kami sudah selesai memasukkan semua bawaan ke dalam villa dengan dibantu Pak Kidjan. Setelah itu kami suruh Pak Kidjan untuk mengunci pagar dan pulang karena kami katakan bahwa kami ingin beristirahat dengan tidak lupa memintanya agar besok jam 10 dia datang lagi.

Villa ini dibeli oleh Doni karena sebelumnya memang direncanakan untuk coba-coba usaha agribisnis. Bangunan yang ada hanya sederhana saja karena memang bekas bangunan Belanda yang terletak di tengah-tengah tanah seluas 1 hektar yang di depannya ada rumah penjaga yang jaraknya 75 Mitaeran. Ada 4 kamar, yang dua besar dan ada connecting door, salah satunya ada 2 tempat tidur dan yang satunya single, dengan ruang tamu cukup luas, ruang dapur dan garasi. Kami sengaja memakai dua kamar yang besar itu.
“Mandi dulu gih..” pinta Mas Puja pada saya dan Mitaa.
“Maas, Mitaa dimandiin Mas aja.. Ya” rengek Mitaa manja sambil memegang lengan Mas Puja.
“Idih, kan udah becal, Mitaa kan bisa mandi cendili” goda Mas Puja dicedal-cedalkan.
“Nggak mau.., Mitaa mau mandi ama Mas aja” jawab Mitaa merajuk sambil cemberut dan langsung minta gendong.

Aku dan Doni hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka. Lalu Mas Puja menggendong Mitaa berputar-putar. Bibir keduanya tampak berpagutan mesra. Sambil tetap berciuman mereka menuju kamar mandi, yang oleh Doni sudah diganti dengan jacuzzi besar yang cukup untuk berendam 4 orang dan ada air panasnya. Lalu Doni meraihku dan memelukku, kami berciuman.
“Nyusul yok.. Kita bisa saling gosok” ajak Doni dengan langsung menggendongku.
Di jacuzzi, Mas Puja sedang memeluk Mitaa dari belakang sambil menciumi rambutnya, tapi aku yakin bahwa pasti tangan Mas Puja yang satu tidak akan jauh-jauh dari puting susu Mitaa, sedang yang lain entah apa yang digosok, tapi karena di dalam air dan tertutup busa sabun jadi tidak kelihatan. Sementara itu yang dipeluk memejamkan matanya penuh kenikmatan sambil sesekali mendesis.

Aku turun dari gendongan Doni. Kulepas semua pakaianku hingga telanjang bulat, setelah itu ganti kulucuti pakaian Doni sampai tak bersisa. Kontol Doni yang besar masih belum bangun penuh, jadi masih setengah kencang. Dengan berbimbingan tangan kami masuk ke air dan Doni bersandar dekat Mas Puja. Dengan meluruskan kedua kakinya, aku maju ke pangkuan Doni, kutempelkan bibir memekku ke atas kontol Doni dan kutempelkan dadaku ke dadanya. Hangatnya air dan sentuhan kulit kami terasa nikmat, benar-benar nikmat.

Dengan perlahan tapi pasti benda bulat dalam lipatan bibir memekku membesar mengeras dan berusaha berdiri tegak, tapi karena tertahan oleh belahan memekku, benda tersebut tak bisa tegak. Di sebelahku, Mitaa juga sedang menduduki barang yang sama seperti aku. Aku tahu pasti, bahkan aku yakin bahwa Mas Puja masih belum memasukkan barangnya ke memek Mitaa. Kami berempat tak ada yang bersuara, hanya sesekali terdengar desahan lirih dari mulut Mitaa tetapi kami sama-sama tahu bahwa kami masing-masing sedang menikmati sesuatu yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
“Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan Mitaa semakin keras diiringi geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.
“Aduh Mas, Mitaa nggak kuat.. Oh Mbak, ooh.. Mas Doni, ayo dong, Mitaa duluan” pintanya.

Kalau sudah begini biasanya Mitaa meminta Doni untuk segera membenamkan kontolnya ke memeknya. Aku beringsut meninggalkan Doni sementara Mas Puja masih memangku Mitaa dari belakang dalam posisi kedua kaki lurus ke depan dan bersandar pada dinding jacuzzi. Doni mendekat dari depan sambil mengarahkan kontolnya ke arah selangkangan Mitaa dan Mitaa memberi jalan dengan mengangkangkan kedua pahanya. Perlahan dengan bimbingan tangan Mitaa, kepala kontol 

Doni memasuki memek Mitaa, jelas terlihat dari ekspresinya yang mendesis keenakan.
Perlahan Doni mulai memompa maju mundur terlihat dari riak air yang mulai menggelombang, sementara Mas Puja memeluk Mitaa dari belakang sambil menciumi tengkuk dan belakang telinganya. Saat-saat seperti itu Mitaa nikmati dengan memejamkan mata sambil giginya beradu menahan nikmat yang luar biasa. Meskipun kontol Mas Puja tidak melakukan penetrasi namun aku yakin, pasti ada yang mengganjal di anus Mitaa hingga itu membuat sensasi tersendiri untuknya. Tiba-tiba Mitaa melepaskan pelukan Mas Puja dan ganti memeluk Doni. Sedang Mas Puja masih tetap tidak dapat bergerak karena harus memangku dua orang yang sedang bersetubuh. Mas Puja hanya mengusap-usap punggung dan pinggang Mitaa dari belakang.
“Aduhh Mas, Mitaa ngga tahaan, enghh..” desah Mitaa sambil memeluk Doni erat-erat dan dada Doni yang bidang terkena sasaran gigitannya.

Melihat itu semua aku menjadi sangat terangsang tapi kami bertiga sudah bersepakat bahwa kesempatan kali ini adalah milik Mitaa sepenuhnya, jadi aku mengalah dulu. Sementara itu kutukar air jacuzzi dengan air hangat tanpa membubuhkan sabun. Begitu air telah mulai berkurang, kulihat posisi Mitaa yang mengangkang sementara Doni memompanya dari depan dan kontol Mas Puja tertindih di antara bokong Mitaa.

Sejenak Mitaa masih menikmati saat-saat indah orgasmenya. Kemudian Mitaa melepaskan diri dari Doni dan berdiri membalik menghadap Mas Puja hingga praktis memeknya berada di depan mulut Mas Puja. Diraihnya pinggul Mitaa dan Mas Puja mulai menciumi dan menjilati memek Mitaa.
“Aahh sshh Mas kita ke kamar aja.. Mitaa nggak tahan nih” rengek Mitaa. Mas Puja berdiri menggendong Mitaa dan meninggalkan kami berdua sementara Doni mulai berbalik menciumi payudaraku.
“Rini ikut yuk..” ajak Doni.

Aku ikut saja sambil berpelukan seperti Adam dan Hawa, kami menyusul Mas Puja dan Mitaa ke kamar besar yang ada single bed-nya. Kulihat Mitaa telah telentang dan Mas Puja menindihnya, sekali-sekali pinggulnya diangkat dan dihunjamkannya dengan penuh perasaan sampai melengkung. Kutarik Doni dan segera aku telentangkan diriku. Aku ingin kontol Doni yang masih tegak berdiri segera menusukku mengisi relung vaginaku. Aku ingin mempraktekkan sex yoga yang baru aku pelajari dengan Mas Puja beberapa waktu lalu.

Sementara Mas Puja dan Mitaa menikmati saat-saat indah itu, di sebelahku Doni membuka kedua pahaku lebar-lebar dan mengarahkan kontolnya ke memekku yang telah merekah. Perlahan-lahan, mili demi mili aku rasakan benda itu mulai memasuki memekku sebelum akhirnya benda keras itu telah dengan sempurna berada di peraduannya. Kemudian Doni menindihku dan memelukku dengan sepenuh perasaan. Aku sepenuhnya berkonsentrasi pada apa yang sedang kurasakan dan Doni mengikutinya hanya dengan diam, tanpa gerakan memompa hingga tanpa diperintah pun saraf-saraf nikmat di sepanjang lorong memekku bekerja, mula-mula hanya gerakan-gerakan halus.

Pada saat yang sama desiran-desiran nikmat juga mulai menjalari kedua payudaraku yang tertindih dada Doni. Semakin lama gerakan-gerakan halus di sepanjang lorong memekku berubah menjadi remasan-remasan dan mulai terasa getaran-getaran pada batang kontol Doni, bahkan kepala kontolnya terasa mulai melebar pertanda akan memuntahkan spermanya. Napas Doni semakin memburu, aku sendiri sudah tak ingat apa-apa. Konsentrasiku hanya satu yaitu pada rasa nikmat yang menggelitiki mulai ujung puting payudaraku sampai ke lorong-lorong memekku. Dan.. Creet.. Creett.. Crett.. Ketika akhirnya sperma itu membasahi relung-relung memekku, jiwaku seakan melayang menari-nari di atas awan sambil berpelukan dengan Doniku sayang. Sejuta kenikmatan kurasakan di sekujur tubuhku. Sementara itu..

“Oohh.. Ahh aduh Mas.. Mitaa mau nyampe lagi Mas..” suara desahan Mitaa kembali menyadarkan aku dan kudapati Doni yang masih ngos-ngosan dengan bermandi peluh mendekapku.
“Terima kasih Rini.. Kamu luar biasa” bisiknya di telingaku. Aku menoleh ke samping. Mas Puja juga sedang menjelang saat-saat akhir mendekati puncak. Tampak pinggulnya menghunjam selangkangan Mitaa dalam-dalam dan..
“Aahh.., adduhh Mmass..” Mitaa dan Mas Puja hampir bersamaan mengejat-ngejat keenakan.

Akhirnya kami mengakhiri permainan sore itu setelah jam menunjukkan hampir pukul 19.00. Rasa lapar akhirnya datang juga mengingat kami belum makan malam. Bergegas kulepas pelukan Doni, lalu dengan telanjang bulat aku pergi ke dapur. Kubuka bungkusan-bungkusan bekal yang telah aku siapkan. Mitaa menyusul juga dalam keadaan telanjang dan akhirnya kami berempat menghadapi meja makan masih dalam keadaan telanjang tanpa ada yang sempat membersihkan diri bahkan dari celeh memekku dan memek Mitaa masih tampak meleleh sperma suami-suami kami.
Pagi itu aku bangun lebih awal karena memang aku dapat beristirahat penuh saat malamnya. Kulihat Mas Puja masih memeluk Mitaa berhadapan, sedang dari belakang Doni tampak memepetkan tubuhnya terutama pada bagian bokong Mitaa, pasti batangnya masih menancap.
Kebiasaan Doni selalu membenamkan kontolnya sambil tidur dan hebatnya tidak lepas, tetap saja kencang di dalam memek. Sedang Mas Puja pasti tangannya tak mau jauh-jauh dari puting, aku tahu persis kelakuan kedua laki-laki itu karena aku juga sering diperlakukannya demikian, bedanya aku tidak dapat tidur dengan kontol masih mengganjal memekku, sedangkan Mitaa bisa, mungkin karena kecapaian.

Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas Puja dan Doni tapi kehadiran Mitaa kadang membuatku ingin bereksperimen terhadap respons sex yang ditimbulkan oleh sesama jenis. Meskipun aku sudah sering main berempat, tapi biasanya aku atau Mitaa hanya bersifat pasif kurang dominan, sedangkan peran utama tetap pada kedua pria itu.

Pernah pada suatu hari Mas Puja sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu dan Doni sedang ada di rumah setelah dari Jakarta selama hampir 5 hari. Kira-kira pada pukul 19.00, Mitaa datang ke rumahku. Nampaknya Mitaa tahu bahwa aku sedang berduaan saja dengan Doni. Kami duduk di ruang tamu. Seperti biasa Mitaa agak kurang tertarik untuk ML kalau dengan Doni. Aku pamit ke dapur untuk membuat minuman. Aku sedang menyeduh teh, ketika Doni tiba-tiba sudah berada di belakangku. Sebelum aku sadar apa yang terjadi, Doni sudah mendekapku dari belakang.
“Doni, jangan.. Jangan di sini sayang, aku kan lagi pegang air panas.. Gak boleh.. Ya sayang..” kataku manja sambil berusaha melepaskan diri.
“Rini..”, bisiknya sambil menciumi leher dan telingaku.
“Rini.. Aku kangen banget sama Rini. Kasihanilah aku Rini.. Aku kangen banget”, bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
“Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari masak udah gak sabar..” kataku sambil meronta-ronta manja dalam pelukannya.
“Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas Doni sudah ngga kuat tuh.. Nggak kuaat kan Mas”, bisik Mitaa tiba-tiba juga sudah berada di belakang Doni tanpa sehelai benang pun dengan sinar mata penuh nafsu.

Tangan Mitaa tiba-tiba meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba vaginaku sementara pelukan Doni mengendur memberi kesempatan. Aduh, gilaa, sentuhan Mitaa malah melambungkan nafsuku. Kalau tadi aku pura-pura meronta, sekarang aku malah pasrah, menikmati remasan tangan Mitaa di puting payudara dan di vaginaku.

Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku dikulumnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak sadar lagi saat lidahku juga masuk ke mulutnya. Mitaa menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar romantis hingga aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa, baru kali itu aku merasakan nikmatnya sentuhan sejenis.

Tanpa terasa Doni dan aku pun telah telanjang bulat, entah siapa yang melucutiku, mungkin Doni. Kalau situasinya memungkinkan, belaian sejenis ternyata malah menjadi lebih nikmat untuk dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Doni menyingkap belahan bokongku dan merogoh ke dalam vaginaku yang sudah basah dari belakang sedang tangan Mitaa mengerjai vaginaku dari depan.

Didekapnya clitorisku dan dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku didorong Mitaa mepet menyandar ke tubuh Doni, penisnya sudah tegang sekali, mencuat ke atas. Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Penis Doni memang lebih besar daripada punya Mas Puja. Secara refleks penisnya kupijat dan kuremas-remas dengan gemas.

Doni semakin menekan penisnya ke celah bokongku untuk menerobos vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Doni dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar masuk sementara kuangkat satu pahaku dan Mitaa telah merosot ke depan selangkanganku untuk mengulum clitorisku yang juga sudah mencuat. 

Benar-benar kasar gerakan Mitaa, tetapi gila, aku sungguh menikmatinya. Sementara penis Doni terasa mengganjal dari belakang dan nikmat sekali. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan agar mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi.
“Doni.. Mitaa.. Aku ngga kuat.. Aduhh.. Kalian.. Curang..” bisikku dengan nafas memburu.
“Ooh.. Meet..”
Cepat kudorong pinggulku ke belakang, sehingga penis Doni bertambah dalam di vaginaku hingga aku mengejat-ngejat menikmati orgasme.
“Orghh..” Doni melenguh seperti kerbau disembelih pertanda akan memuntahkan spermanya.
Lalu tangan Mitaa segera mencabut dan menggenggam penis Doni yang memuncratkan spermanya di dalam mulut Mitaa hingga sebagian tumpah di lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun, aku telah disetubuhi Doni dan dioral Mitaa dengan posisi Doni berdiri, sambil mepet ke tembok. Gila, aku menikmatinya, aku berakhir orgasme dengan sangat cepat, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 20 menit saja. Mungkin ini karena sensasi yang kuperoleh dari permainan dengan sesama jenis juga.


Pagi itu setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, timbul niatku untuk ganti mengerjai Mitaa sekaligus memberikan kenangan perpisahan untuknya. Sambil memisahkan pelukan Mas Puja dengan Mitaa, aku yang sudah mandi dan masih telanjang bulat menyelinap di antara tubuh mereka.
“Biar aku yang gantiin peluk Mitaa Mas..”, kataku pada Mas Puja.
Mas Puja bangun dan langsung ke kamar mandi. Kudekap Mitaa, kupegang puting susunya yang sebelah kiri sementara tangan kananku meraba vaginanya. Benar saja di memek Mitaa masih terganjal kontol Doni. Mitaa terbangun.
“Aku sayang sama Mbak Rini..”, kata Mitaa sambil mencium bibirku.
“Kamu luar biasa deh Mita.. vegymu masih bisa pegang.. the big gun”, bisikku sambil tersenyum. Mitaa juga tersenyum nakal, sambil ganti membelai payudaraku.
“Punyaku kencang dan keset ya Mas? Mas Puja suka bilang gitu. Meskipun udah buat lewat anakku”, tanya Mitaa ke Doni manja. Yang ditanya hanya membuka matanya separuh.
“Mbak, punya Mbak Rini juga masih oke banget kan, nyatanya Mas Doni selalu ketagihan”, kata Mitaa lagi. Kami berdua tersenyum dan mempererat pelukan kami.

Kuciumi Mitaa dari kening, mata, hidung hingga mulut. Disambutnya ciumanku dengan permainan lidahnya. Lama kami berciuman dan tanganku pun tak henti meremas teteknya yang kenyal. Lalu kubuka bibir vaginanya. Kemudian kususupkan tanganku ke dalam belahan memeknya di antara kontol Doni untuk kemudian jari tengahku kutarik ke atas hingga tepat menekan clitorisnya. Memek Mitaa telah banjir akibat kelenjar-kelenjar memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan tanganku dan dari kontol Doni yang mulai ditarik keluar masuk.
“Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please.. Sshh.. Don’t stop.. Aahh..” desah Mitaa.
Lalu jari telunjukku memainkan clitorisnya yang mulai menegang sementara Doni memompanya dari belakang dan mulutku telah beralih turun ke putingnya. Kuberanikan untuk menyodok-nyodok memeknya dengan dua jari. Agak kasar.
“Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Mitaa ngga tahann.. Sshh..”

Mitaa mulai mengacak-acak rambutku. Aku merosot ke arah selangkangan Mitaa, kuangkat paha Mitaa yang kiri dan aku bantalkan kepalaku pada paha satunya. Dengan posisi paha bawah menekuk begini aku dapat leluasa menjilati clitoris Mitaa dari depan sedangkan Doni tetap leluasa memompa dari belakang.
“Ohh.. Mbak.. Mas Doni.. Aku mau keluar..” Mitaa berteriak tidak tahan diperlakukan demikian. Kedua pahanya mulai bergerak akan dijepitkan pada kepalaku sambil terus menggoyangkan pantatnya, tiba tiba Mitaa menjerit histeris..
“Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini.. Orgghh..” Mitaa terus mengejat-ngejat dengan ritmis pertanda dia sudah keluar.

Doni terus menggenjot pantatnya semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memek Mitaa. Dan.. crett.. crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah sperma Doni dari sela-sela memek Mitaa saat sperma Doni keluar. Aku langsung menyedotnya habis sampai bersih.
Rupanya Mas Puja sudah selesai mandi dan begitu Doni mencabut kontolnya dari memek Mitaa langsung saja Mas Puja menggantikan posisi Doni dengan tidur miring dan memasukkan kontolnya ke memek Mitaa dari belakang.

Mas Puja mulai mengayunkan kontolnya, walau tampak agak kelelahan tapi Mitaa berusaha mengimbangi. Setelah agak lama Mas Puja meminta Mitaa untuk berposisi menungging dengan tanpa melepaskan kontolnya. Otomatis Mitaa mengangkangiku dalam posisi 69. Aku terus saja mengambil posisi merengkuh bokong Mitaa dan mengganjal kepalaku dengan dua bantal agar mulutku dapat pas di clitoris Mitaa. Mas Puja langsung mendorong pantatnya.

Aku terkesiap ketika kurasakan lidah Mitaa sudah memainkan clitorisku, sambil meremas tetekku yang dari tadi terbiarkan. Aku pun mengangkat pantatku dan menarik pinggul Mitaa hingga kami berpelukan dengan bantalan tetekku dan tetek Mitaa. Rasanya jiwaku melayang apalagi saat sesekali aku dapat meraih kontol Mas Puja untuk kukulum dan memasukkannya lagi ke memek Mitaa.
“Aduuhh..,.. Mita..” erang Mas Puja sambil terus laju memompa memek Mitaa, dan dua buah pelirnya memukul-mukul ubun-ubunku.

Tiba-tiba ditahannya pantat Mitaa kuat-kuat agar tidak bergoyang. Dengan menahan pantat Mitaa kuat-kuat itulah Mas Puja dapat memompa lebih kuat dan dalam, sedangkan aku dengan susah payah harus melumat clitoris Mitaa. Rupanya Mas Puja kuat juga meskipun telah berkali-kali kemaluannya menggocek memek Mitaa tadi malam tapi masih tetap saja tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelelahan bahkan semakin meradang.
Kulepas mulutku dari clitoris Mitaa dan terus kutekan dengan jari tengahku sambil kugosok naik turun seperti bermasturbasi, dan tiba-tiba Mitaa mengapit kepalaku.
“Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas.. Puja,” kudengar erangan Mitaa mulai tidak karuan saat aku terus melakukan gosokan pada clitorisnya.
“Mbak Rini..,.. Aku mau keluar.. Ahhgg..” desahnya lagi.

Mendengar desahan Mitaam aku dan Mas Puja seperti dikomando, semakin gencar melakukan gosokan sambil tanganku naik turun untuk mempercepat rangsangannya dan Mas Puja mempercepat tempo genjotannya. Dan tak lama kemudian.., seerrtt.., seerrtt kurasakan dua semburan lelehan putih dari bibir memek Mitaa serta kedua pahanya semakin mengapit kepalaku kuat-kuat. Lelehan warna putih pekat di tanganku kumasukan mulutku, terasa agak manis asin.
Setelah keDonin-keDonin memek Mitaa berhenti, kulihat kontol Mas Puja yang masih tegar kuraih, kuhisap dan kukulum serta kujilat pada kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya luar biasa.., aku merasa ukurannya bertambah besar dan mulai bekedut-kedut. Kuhisap lagi berulang kali sampai aku puas. Aku mulai merasakan adanya cairan manis keluar dari ujung kemaluan itu. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah. Kugoyang-goyangkan telur kemaluan Mas Puja.
“Ahh Rinin..” desah Mas Puja.

Creet.. crett.. Saking kuatnya semprotan dari kemaluan Mas Puja, kurasakan ada air maninya yang langsung masuk tertelan. Kuhisap terus sampai terasa tidak ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Mas Puja. Kubersihkan kemaluan Mas Puja dengan menjilatinya sampai bersih. Aku puas merasakannya. Aku bahagiaa. Sebentar kemudian kurasakan kemaluannya mulai mengecil dan melemas. Pada saat telah kecil dan lemas tersebut, aku merasa mulutku mampu melahap kemaluannya secara menyeluruh.

Kuangkat tubuh Mitaa tidur ke samping. Kami tidak berpakaian. Mitaa mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkulku dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku. Meskipun udara Kopeng dingin, tetapi tubuh kami masih kepanasan berkeringat akibat permainan tadi.

Siangnya pada jam 10.00, kami rapat dengan dihadiri Pak Kidjan penunggu Vila dan memutuskan bahwa pengelolaan usaha yang ada di Jawa termasuk kebun dan villa akan menjadi tanggung jawab Mitaa. Mitaa hanya menangis ketika kami sampaikan bahwa kami harus pindah, tapi dengan fasilitas dan keuangan yang ia kelola, Mitaa akan dapat menyusul kami sewaktu-waktu.
“Kami tak akan pernah melupakanmu Mita..,” itulah kata-kata kami kepada Mitaa sebelum kami akhirnya terbang ke Bumi Nyiur Melambai.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar