Kamis, 14 Januari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Swinger Kami

Kisah Nyata Cerita Dewasa Swinger Kami

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Swinger Kami merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Nama saya Andika, saya berumur 28 tahun, baru 3 (tiga) bulan bekerja di suatu perusahaan asing di Jakarta, atasan saya Mr. Ricardo Handerson, berasal dari Amerika, kira-kira berumur 40 tahun. Dalam waktu singkat Rich demikian teman-teman di kantor suka memanggilnya, telah sangat akrab dengan saya, karena kebetulan kami mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf. Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. 

Menurut cerita-cerita teman-teman istri Ricardo, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood. Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan istri Ricardo, hanya melihat fotonya yang terletak di meja kerja Ricardo. Suatu hari saya memasang foto saya berdua dengan Nani istri saya, yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Ricardo melihat foto itu, secara spontan dia memuji kecantikan Nani dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Ricardo sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.

Suatu hari Ricardo mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.
“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nani juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.

Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nani. Pada mulanya Nani agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Ricardo dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nani mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Nani, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang. Cerita Sex 2016

Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Ricardo yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Nani memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun. Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Andika dan Nani yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lola istrinya Ricardo”.

Ternyata Lola badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Ricardo. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Nani istriku”.
Setelah Nani berkenalan dengan Lola, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Ricardo mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.

Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Ricardo segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dik.., gimana Lola menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lola untuk kamu gimana?”.

Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Ricardo melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nani dan Lola pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!”.

Membayangkan tampang dan badan Lola aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film. Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nani dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Ricardo telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nani sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.

Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Ricardo.
“Kalau Lola sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.

Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Lola itu.
Kemudian lanjut Ricardo meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.

“Nanti minuman Nani aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah Ricardo akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau begitu tidak rela aku. Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Ricardo cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya, “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lola ya, Nani di sampingku”.

Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Ricardo. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar. Melihat tanda-tanda itu, Ricardo mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nani, “Ni.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tanpa menunggu jawaban Nani, Ricardo segera berdiri, menarik kursi Nani dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti mereka tapi Lola segera memegang tanganku. “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. 

Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Ricardo mulai bergerilya di pundak dan punggung Nani, memijit-mijit dan mengusap-usap halus. Sementara Nani kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Ricardo yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.

Lola kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat tindakan Ricardo semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Nani hingga kancing terakhir. BH Nani segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya. 

Kelihatan mata Nani terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga, “Apakah Nani telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Ricardo?, atau apakah Nani pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Ricardo?”. Nani tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nani seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Ricardo dikulitnya dan ciuman nafsu Ricardopun disambutnya dengan gairah.

Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Ricardo yang sedang duduk di sampingku. Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lola, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil. Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lola yang mungil itu, “aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Sementara itu di ruang sebelah, Ricardo telah meningkatkan aksinya terhadap Nani, terlihat Nani telah dibuat polos oleh Ricardo dan terbaring lunglai di sofa. Badan Nani yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Ricardo. 

Kemudian Ricardo menarik Nani berdiri, dengan Ricardo tetap di belakangnya, kedua tangan Ricardo menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nani, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan Nani menikmati benar permainan dari Ricardo terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Ricardo berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Ricardo meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Nani yang bersandar lemas pada badan Ricardo, bergetar dengan hebat.

Saat itu juga tangan Lola telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lola selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Ricardo, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Lola tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.

Kududukkan Lola kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya. Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lola berteriak-teriak keenakan dengan suara keras, ” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. 

Pada saat bersamaan suara Nani terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Ricardo pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nani sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Ricardo sedang berjongkok diantara kedua paha Nani yang sudah terpentang dengan lebar, kepalanya terbenam diantara kedua paha Nani yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Ricardo sedang mengaduk-aduk kemaluan Nani yang mungil itu. Terlihat badan Nani menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Ricardo dengan kuat.

Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lola yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan, “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku. “Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lola menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme. Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.

Ketika aku menengok ke arah Ricardo dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Nani kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Nani bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Ricardo. Ricardo mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Nani yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Ricardo yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.

Terlihat Ricardo memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Nani yang sudah sedikit terbuka, terlihat Nani dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Ricardo yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya. Kedua tangan Nani kelihatan mencoba menahan badan Ricardo dan badan Nani terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Ricardo pada bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Nani dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Nani, sambil mencium telinga kiri Nani, terdengar Ricardo berkata perlahan, “Naann.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Ricardo itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan.

Ricardo, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nani yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Nani tetap mencoba menahan tekanan badan Ricardo. Mungkin, entah karena tusukan penis Ricardo yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over size, langsung saja Nani berteriak kecil, “Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Nani yang mengangkang itu terlihat menggelinjang. Kepala penis Ricardo yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Nani, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Ricardo, sehingga belahan kemaluan Nani terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Ricardo itu. Kedua bibir kemaluan Nani tertekan masuk begitu juga clitoris Nani turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Ricardo.

Ricardo menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nan.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Naan!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
Nani mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Ricardo.
“Naann.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Nani masih merasa sakit”, sahut Ricardo dan tanpa menunggu jawaban Nani, segera saja Ricardo melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina Nani yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.

Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nani, terlihat muka Nani meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Ricardo bertanya lagi, “Naann.., sakit.., yaa?”, Nani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Ricardo dan Ricardo segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Nani.

Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Ricardo telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Nani, terlihat Nani telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Ricardo, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Ricardo menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Nani meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Nani tidak mengeluh maka Ricardo meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Ricardo menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Nani rapat-rapat pada sofa.

Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Nani, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Ricardo di dalam kemaluannya. Ricardo mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Nani sejenak, agar tidak menambah sakit Nani sambil bertanya lagi, “Naann.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Nani dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., kit!”, lalu Ricardo mencium wajah Nani dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Ricardo bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Nani dalam pelukannya.

Tak selang lama kemudian terlihat badan Nani bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Nani bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Ricardo, Nani mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Nani terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Ricardo yang masih tetap berayun-ayun itu.

Aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lola penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lola sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Lola masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lola pada saat rudalku hendak menerobos masuk.

“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lola terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lola setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Lola makin keras teriakannya.
“Ayo Dik.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.

Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lola.., boleh di dalam.., yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Lola kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lola juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lola.., terima yaa”.

Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lola dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lola. Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lola, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lola, tiba-tiba badan Lola bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lola juga mengalami orgasme dengan dahsyat.

Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami. Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lola. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Lola.

Kini kami menyaksikan bagaimana Ricardo sedang mempermainkan Nani, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Ricardo, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Ricardo terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Ricardo mengerjai Nani dengan sangat brutal dan kasar. Nani benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Ricardo menyakiti Nani, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Nani ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Nani atas apa yang dilakukan oleh Ricardo terhadapnya.

Ricardo mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Nani berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Nani ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Nani sambil memegang belakang kepala Nani, dia membantu kepala Nani bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Nani. Kelihatan Nani telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Ricardo, hal ini dilakukan Ricardo kurang lebih 5 menit lamanya.

Ricardo kemudian berdiri dan mengangkat Nani, sambil berdiri Ricardo memeluk badan Nani erat-erat. Kelihatan tubuh Nani terkulai lemas dalam pelukan Ricardo yang ketat itu. Tubuh Nani digendong sambil kedua kaki Nani melingkar pada perut Ricardo dan langsung Ricardo memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Nani. Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nani terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Ricardo menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Nani terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Ricardo. Kaki Nani terlihat merangkul pinggang Ricardo, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Ricardo. Ricardo berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Nani. Pantat Nani terlihat merekah dan tiba-tiba Ricardo memasukkan jarinya ke lubang pantat Nani. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Ricardo, badan Nani terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Ricardo. Suatu pemandangan yang sangat seksi.

Ketika Ricardo merasa capai, Nani diturunkan dan Ricardo duduk pada sofa. Nani diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Nani terkangkang di samping paha Ricardo dan Ricardo memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Nani dari bawah. Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Ricardo memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Nani yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Ricardo menyentuh paha Nani. Kedua tangan Ricardo memegang pinggang Nani dan membantu Nani memompa penis Ricardo secara teratur, setiap kali penis Ricardo masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Ricardo. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.

Kemudian Ricardo mendorong Nani tertelungkup pada sofa dengan pantat Nani agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Ricardo akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Nani. Dari belakang pantat Nani, Ricardo menempatkan penisnya diantara belahan pantat Nani dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Nani dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina Nani. Jari jempol tangan kiri Ricardo dimasukkan ke dalam lubang pantat. Nani setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Ricardo yang dahsyat itu. Badan Nani dicoba ditarik ke depan, tapi Ricardo tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nani dan mengikuti arah badan Nani bergerak.

Nani benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Ricardo mencapai payudara Nani dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian badan Nani bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, “Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nani mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Ricardo mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Nani, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Nani dari belakang. Sementara badan Nani bergetar-getar dalam orgasmenya, Ricardo sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan Nani, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina Nani ikut berputar-putar mengebor liang vagina Nani sampai ke sudut-sudutnya.

Setelah badan Nani agak tenang, Ricardo mencabut penisnya dan menjilat vagina Nani dari belakang. Vagina Nani dibersihkan oleh lidah Ricardo. Kemudian badan Nani dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Ricardo memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Nani ikut aktif membantu memasukkan penis Ricardo ke vaginanya. Kaki Nani diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Ricardo. Ricardo terus menerus memompa vagina Nani. Badan Nani yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Ricardo, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Ricardo. Kadang-kadang terlihat tangan Nani meraba dan meremas pantat Ricardo, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Ricardo. Gerakan pantat Ricardo bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Nani, tiba-tiba, “Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Ricardo menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Nani ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Nani, pantat Ricardo terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Nani, sambil kedua tangannya mendekap badan Nani erat-erat. Dari mulut Nani terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.

Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Ricardo kemudian merebahkan diri di atas badan Nani yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Nani. Nani melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat. Aku tidak bisa melihat ekspresi Ricardo karena terhalang olah tubuh Nani. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Nani mengalir cairan mani. Kemudian Nanipun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Ricardo dengan mulutnya, itu membuat Ricardo mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar