Sabtu, 09 Januari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Fantasy Menjadi Nyata

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Fantasy Menjadi Nyata

Cerita Dewasa berdasarkan Kisan Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Fantasy Menjadi Nyata merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Baru tiga bulan aku menikah dengan seorang gadis cantik keturunan Chinese bernama Rere, pangilannya Rere. Aku sendiri pria keturunan Chinese bernama Rendi, dengan tinggi badan 185 cm, atletis. Aku memimpin suatu perusahaan yang aku rintis sendiri bersama dengan kawan-kawanku dan lumayan sukses. Usiaku saat ini 28 tahun. Rere adalah seorang gadis yang berwajah oriental dan cantik, yang berusia 25 tahun. Dengan kelembutannya, dan tinggi badan 170 cm, berat 47 kg, kulit putih mulus dan dada berukuran 34C, membuatnya sempurna untukku. Pernikahanku yang baru seumur jagung ini tentulah sangat dipenuhi oleh kemesraan dan kegembiraan yang nyata dalam kehidupan kami. Fasilitas rumah besar dan dua mobil mewah dari orang tua kami melengkapi semuanya itu.

Kehidupan sex kami juga cukup luar biasa, dimana hampir setiap malamnya (dan terkadang paginya) kami lalui dengan cumbuan, foreplay dan orgasme demi orgasme yang sangat memuaskan kami berdua. Tapi aku punya suatu fantasi yang agak keterlaluan sebetulnya; yaitu aku ingin menonton istriku yang cantik ini disetubuhi oleh lelaki lain yang dalam bayanganku adalah seseorang yang berusia muda, ganteng, tegap, dst. Aku ingin melihat istriku mengalami orgasme dan memberikan kepuasan kepada lelaki itu di hadapanku. Fantasi itulah yang biasanya selalu berhasil mengantarku ke orgasme yang hebat, baik pada saat aku sedang bersanggama dengan istriku, maupun pada saat aku sedang melakukan onani seorang diri.Pernah kusampaikan kepada istriku pada saat kami sedang berhubungan seks di suatu malam, dan tampaknya fantasi itu juga memicu birahinya, terbukti dengan bertambah terangsangnya dia saat itu. 

Ceritanya begini.. Pada saat posisinya di atas, dan penisku berada di dalam vaginanya dan sedang seru-serunya dia bergoyang, kuremas lembut buah dada 34C-nya dan kukatakan dengan napas terengah-engah karena kurasakan orgasmeku hampir tiba dan vaginanya juga sudah mulai mencengkram batang penisku.
“Sayanghh, aku ingin melihatmu ngentot sama cowok lainhh.. aahh..”.
“Hmmhh? Emangnya boleh, say? Hmmhh?” Katanya sambil bergoyang dan memutar mutar pantatnya yang membuatku mendelik keenakan.
“Kalo boleh kamu mau? Ohh baby.. memek kamu ngejepit nihh. Ahh..” ujarku lagi sambil terus meremas dan mengelus putingnya yang sudah sangat tegang dan merah kecoklatan itu.
“Ahh.. tau ahh.. kamu ngaco ajahh.. ohh baby, kontol kamu udah makin keras. Gede banget, say. Oughh..”
“Aku pengen lihat kamu sepongin dia dan dia jilatin memek kamu.. Ouuhh yess.. terus sayangghh, puter terus pantat kamu.. aahh.”
“Terushh? aahh.. kamu nggak cemburu emangnya? Ahh.. oohh.. gila, kontol kamu enak banget sih, say?” Goyangannya makin hot dan seru, sedangkan vaginanya makin mencengkram keras batangku.
“Nggak, babe.. aku nggak cemburu.. oohh.. aku udah mau sampai nih.. aku pengen kamu dientot cowok lain sambil aku tontonin.. aahh baby.. aku keluarr.. aagghh..”

Maniku menyembur di dalam vaginanya dengan deras sambil tanganku mencengkram erat pinggulnya. Dan tampaknya hal itu dan fantasiku ikut memicu orgasmenya juga.
“Ohh yess.. oohh yess.. aku keluar juga, sayangghh.. aagghh..” Tubuh mulus istriku ambruk di atas tubuhku, matanya terpejam dan vagina berkedutan cukup lama juga, sambil kupeluk dan kuelus punggung dan pantatnya.

Beberapa saat setelah itu, dengan tubuh basah berkeringat, kami berciuman mesra. Hawa AC yang dingin merasuki tubuh kami. Dengan gayanya yang khas dan manja, Rere menyusup kebalik selimut dan tidur di dadaku. Tangannya mengelus-elus dadaku dan aku mengelus rambutnya, meresapi apa yang baru saja kami nikmati bersama.

Tiba-tiba dia sedikit mengangkat tubuhnya dan memandangku dalam-dalam, lalu berkata, “Yang kamu bilang tadi beneran apa cuma lagi napsu doang sih, say?” Tangannya yang iseng menarik-narik jembutku yang kusut dan basah terkena cairan vaginanya campur keringat.
“Emm.. beneran dong. Kenapa?” Aku iseng juga dan kupencet hidungnya yang mancung. Dengan bercanda dia berontak dan pura-pura mau menggigit tanganku yang iseng tadi.
“Gila ih. Itu kan nyeleweng dong artinya? Kok kamu malah nganjurin aku buat nyeleweng?”
“Nyeleweng atau nggak itu sih terserah deh. Namanya juga fantasi. Boleh dong?” Aku menjawab sekenanya lalu beranjak bangun dari ranjang mau ke kamar mandi. “Udah, mandi dulu, yuk? Udah gitu kita bobo.” Dia kembali tiduran dan bengong memandangi langit-langit kamar.

Besok paginya aku terbangun oleh ciuman di bibirku. Istriku tampak baru selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan tubuh hanya terbalut g-string putih.
“Jam berapa nih, kok udah keren?” kataku dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
“Yee.. udah jam 6 lho. Ayo bangun, nanti telat ngantor. Sikat gigi gih. B-a-u deh mulutnya. Hihi.”
“Salah sendiri nyium. Pasti bau dong. Namanya juga fresh from the oven. Ngapain pake g-string segala?”
“Aku mau pake rok mini putih hadiah dari mami kamu. Itu rok rada tipis deh kayaknya. Kalo pada cel-dal biasa nanti jelek.”
“Apa boleh ngantor pake rok seksi macam gitu?” tanyaku polos.
“Nggak tau juga. Biar aja ah. Model-modelnya kan juga suka pake mini-minian begini. Aku nggak mau kalah ceritanya. Hahaha.” Rere bekerja di salah satu perusahaan advertising terkemuka di Jakarta, yang memang sering menggunakan jasa para model (amatir dan pro).

Aku nggak jawab lagi dan langsung lompat ke kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar tidur kami. Iseng, kucolek buah dadanya yang masih telanjang dan selalu bikin mataku jelalatan dan penisku tegang, sambil tangan yang satunya lagi mengelus buah pantatnya.
“Idih, amit-amiit! Pelecehan seksual tuh, tau! katanya pura-pura marah, sambil nyentil penisku. Aku meringis kesakitan.
“Aduh.. atit ya, cayang?” katanya menyesal sambil mengelus penisku. “Sini aku sembuhin..” Sambil berkata begitu, dia melorotkan celanaku dan penisku yang memang tegang sejak bangun tadi, diremas dan dikulumnya sambil lidahnya berputar di kepala penisku.
“Oh my God..” aku kaget banget api seneng juga. Tapi baru beberapa isapan, dilepasnya lagi.
“Udah ah.. nanti dia GR. Kalo GR, dia suka pusing dan muntah lho!” katanya sambil mengedipkan matanya lucu.
Aku jadi gemas dan penasaran, tapi kulihat jam terus bergerak, dan aku ada janji ketemu seseorang untuk breakfast. Oleh karenanya kubiarkan dia lolos kali ini, dan terus bergegas mandi.

Tepat aku lagi mulai meeting direksi di kantorku jam 2 siang, telepon genggamku berbunyi. Rere meneleponku.
“Halo?”
“Hi, sayang.. lagi ngapain kamu?”
“Aku lagi meeting nih. What’s up, babe?” Para anggota direksiku saling lirik dan tersenyum.
“Pak Romi mesra banget ya? Maklum pengantin baru sih.” Pak Jerry, direktur operasiku bercanda sedikit. Aku cuekin saja.
“Sayang, nanti malem temenku Si dinda ngajakin double date di Fountain Lounge Grand Hyatt.” Rere menjawab renyah. “Mau ya? Pleasee..”
“Acara apaan sih? Ya OK lah. Dia mau traktir emangnya?”
“Tauk. OK ya, Jam sembilan kita ketemu mereka di sana. Have fun with the meeting, say. Bilangin direkturmu jangan iseng.”
“Iya, iya. See you, babe.” Kututup teleponku sambil melotot ke Pak Jerry yang tetap cengar-cengir.
dinda ini sebenarnya adalah istri dari sahabatku, Wilson, yang adalah putra satu-satunya dari seorang pilot senior Garuda Indonesia yang sekarang menjabat sebagai direktur di salah-satu perusahaan penerbangan. Beliau ini masih keluarga keraton Solo, tapi sudah amat sangat liberal dan sudah nggak ada lagi tanda-tanda kekeratonannya. 

Apalagi Sang Wilson sendiri yang cuek luar biasa di dalam pergaulan dan topik pembicaraan. Kalau obrolan yang menyerempet soal seks, Wilson ini juaranya. Aku kenal dia sejak masih SMP di bilangan Menteng. Orangnya sangat ganteng dan berpenampilan macho. Perawakannya tidak jauh berbeda denganku, hanya dia lebih pendek sedikit saja. dinda berperawakan rata-rata wanita Indonesia. Yang paling menarik darinya menurutku ialah bibir yang ranum dan matanya yang bulat cantik.
Sorenya kujemput istriku di kantornya di daerah Kuningan (kantorku sendiri di daerah Kebayoran Baru). Di perjalanan dia tertidur pulas sekali sambil merebahkan kepalanya di bahuku. Aku duduk sambil membaca majalah Times. Kulirik sopirku. Dia kelihatan mulai senewen dengan kemacetan 
Kuningan. Cerita Sex 2016

Maklumlah hari Jumat sore. Sudah pasti rush hour gila-gilaan. Sopirku ini sudah menjadi sopir pribadiku sejak aku kelas 2 SMA. Aku sudah sangat akrab padanya. Dia adalah keponakan dari sopir papaku, usianya sekarang 34 tahun. Namanya Hermansyah, kusingkat Maman. Wajahnya cukup ganteng, tapi orangnya rada kecil untuk cowok. Tebakanku tingginya cuma 160 saja. Tapi badannya jadi. Maklum, dia kubuat jadi teman sparringku di kelas tinju dan fitness. Dia lulus SMA, ingin kuliah, tapi nggak ada biaya. Lalu jadilah dia sopirku.
“Santai aja, Man. Tapi kalo nabrak gue timpe lu. Mobil mahal nih.”
“Iye, bos (dari dulu manggil aku dengan “Bos”). Udah, ente tidur aja kayak Mbak Rere. Ane jagain mobilnye. Lagian kalo kagak mahal, bukan mobil ente dong. Hehehe”
“Nah lu tau tuh. Hehehe. Bisa aja lu, Man. Gue kasih bonus deh lu. Gaji lu gue potong 25%.”
“Waduh, bos. Apa kata bos aja dah. Ma kasih ye, bos!” Sambil ngomong gitu dia nengok ke belakang sambil matanya melirik ke paha istriku yang terbuka 1/2-nya akibat rok mini putih nan tipis itu. Kudiamkan saja.. penisku malah tegang. Aku rasa aku benar-benar punya kelainan seks.

“Hei, Son!” aku sedikit berteriak ke arah sahabatku yang celingukan mencari-cari kami di Fountain Lounge.
Kulihat dinda berpenampilan cukup seksi dengan gaun malam coklat muda panjang sampai ke tengah betisnya, tapi dengan belahan cukup dalam sampai ke tengah pahanya. Waktu duduk ia menyilangkan kakinya dan posisiku cukup jelas untuk melihat paha putih mulusnya yang sedikit tersingkap.
“Rom, mata lu juling banget lihat paha bini gue.” Wilson menyentakku. Sialan nih orang, pikirku.
“Ah, nggak.. gue kan dikasih lihat, bukannya ngelihat. Banyak bedanya lho.”
Kami pun berderai-derai tertawa. Kulirik istriku, Rere, hanya mesem-mesem aja. Mungkin gondok juga kali dia.
Rere juga terlihat seksi dengan celana hitam ketat dan baju hijau muda tanpa lengan yang berdada agak rendah. Ditambah sepatu hak tinggi hitamnya, dia kelihatan sangat sophisticated.
“Bini lu makin mengkilap aja nih, Ren. Ra, peju Si Rendi cocok buat lu ya?” Wilson menyambar cepat.
Memang begitulah orangnya. Bicaranya kacau abis.
“Gila lu, Son. Kalo orang denger, dikirain elu mabok kali.” Rere menyahut kesal, tapi tetap bercanda, karena sudah tahu adat dan gayanya Wilson.

Kami pun minum-minum sambil ngobrol ke sana-kemari dengan serunya. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 11 pm. Aku bangkit pengen pipis.
“Gue ke toilet dulu ah. Birnya mulai bekerja nih,” kataku santai.
“Gue juga, man. Cewek-cewek tunggu di sini ya. Kalo ada yang nawar, kasih harga tinggi. Nanti Om Wilson yang atur persenannya buat you berdua. Hahahaha.”
“Mau pipis aja kok heboh sih kamu, Mas.” Intan berkata sambil mengeleng-gelengkan kepalanya dan memandang suaminya, Wilson, dengan tatapan setengah tidak percaya. “Cepetan ya. Nanti ada yang nawar beneran, baru tahu rasa.”

Di toilet aku melirik Wilson yang sedang pipis di sebelahku, dan bilang, “Son, gue rasa gue punya kelainan seks. Gue punya fantasi pengen ngeliat bini gue digituin sama cowok laen. What do you think, man?”
“Yang bener lu? Hehehe, dari dulu gue udah rasa lu rada maniak. Tapi baru sekarang gue yakin. Ini fantasi dikala horny aja apa beneran?”
“Gue yakin ini beneran.”
“Sarap lu ye. Gue bantuin deh lu. Mau kagak?”
“Rere sama lu? Bisa-bisa gue impoten ntar abis ngeliat. Thanks but no thanks, bro. Hehehe. Kenapa? Lu horny ya ngeliat bini gue? Sama dong. Hahaha.”
“GR lu. Mau kagak? Gue banyak pesenan laen nih. Ini antara temen aja, free trial, gitu. Hahaha.”
“OK.”
“Hah? OK? Bener nih ya. Awas lu nyesel. Tapi bini gue gimana? Kagak boleh buat lu, setan. We’re not exchanging anything here, buddy.”
“Yah, terserah lu lah. Tapi gue pesen satu aja: pake kondom.”
“Off course, my man. You think I’m dumb?”
“Yes. Hehehe. Let’s go back out. Caranya gue serahin sama lu aja.”
“Sip. Let’s go.”
Sekembalinya kami dari toilet, kulihat para istri kami sedang asik ngobrol dengan tiga orang lelaki keturunan India. dinda diapit oleh dua orang dan yang seorang lagi duduk di sebelah Rere. Dari gayanya, kami tahu bahwa India-India iseng itu mengira istri-istri kami adalah cewek-cewek gampangan. Tangan seorang yang duduk di sebelah dinda malah sudah diletakkan di atas paha dinda. 

Kulihat dinda mencoba menepisnya, tapi tidak dengan sepenuh hati. Mungkin dia suka juga? Yang duduk di sebelah Rere masih agak sopan, dan hanya memeluk bahunya. Kulihat Rere agak menjauh sedikit dan melotot galak ke arah India gokil itu.
“Wow, dude.. bisa keduluan sama India-India bangsat itu nih, gue.” Wilson nyeletuk asal sambil bergegas ke arah dinda dan Rere. Aku mengikutinya perlahan. Kupikir, the more, the merrier. Kulihat Wilson berbicara sesuatu dengan orang-orang itu, dan lalu mereka ngeloyor pergi sambil tertawa-tawa. Kedua istri kami pun ikut tertawa lebar.
“What’s up, Son?” tanyaku setelah duduk lagi, kali ini di sebelah dinda.
“Nggak, gue bilangin aja kalo dua cewek ini udah kita sewa buat seminggu. Udah lunas, pula. And we’re sorry but we’re not sharing them with anybody.”
“Emang gila deh lu, Son.” Rere berkomentar sambil masih tertawa.
“Tapi suka kaann..” Wilson memandangi wajah Rere begitu dekatnya. Rere jadi rada kikuk, dan kulirik dinda malah mesam-mesem doang.
“Idiihh.. apaan sih lu. Jauhan dong.. mulut lu bau. Jangan deket-deket muka gue. Reenn.. tolong dong. Temen kamu sinting nih. Minumnya cuma segelas, maboknya kayak minum sepetii.”
Tawa kami meledak mendengar ucapan Rere. Dan kira-kira pukul satu, kami memutuskan untuk pulang.
Sebelum pulang, Wilson sempat membisikiku, “Ren, besok siang gue ke rumah lu. We will start to realize your fantasy, man.” Penisku langsung tegang membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Pukul 11 siang bel rumahku berbunyi. Aku sedang menonton TV di kamarku. Rere mungkin sedang membantu Mbak Wani, salah seorang pembantu RT kami memasak makan siang kami. Aku mengintip dari kamarku yang di lantai dua yang kebetulan menghadap ke jalan dan ke pagar rumahku. Wilson sudah di depan muka rumah bersama dinda membawa keranjang berisi jeruk dan pisang. Segera aku bergegas turun dan membukakan pintu utama rumah kami.
“Siang, bos. Wah, gue kirain elu belom mandi. Ternyata sudah keren. Makanannya udah ready nih?” Si Wilson nyerocos begitu melihatku di pintu muka.
“Ampirlah. Masuk yuk. Wah, bawa pisang nih.” Langsung kuambil keranjang buah itu dari tangan dinda dan kucomot sebuah pisang yang langsung saja kumakan.
“Raa.. Mas Wilson dan Mbak dinda udah dateengg.” Setengah berteriak aku memanggil istriku yang sedang masak di dapur.
Rere melongokkan dari arah dapur. Astaga! Ternyata dia masih memakai baju tidurnya yang berupa kaos you-can-see dan hot pants warna biru muda dengan kaki telanjang. Bodynya yang aduhai hanya tertutup sepertiganya saja kalau begini.
“Bentar ya, sodara-sodara. Aku masih masak nih. Yu, bantuin gue yuk! Cobain nih kurang apa.” Rere menyahut dengan semangat. dinda langsung ngeloyor masuk dapur. Aku perhatikan Si dinda memakai rok span warna merah darah dan kaos tanpa lengan warna kuning muda.
“So, what’s up, my brotha, what do you have in mind?” Aku langsung saja sambil mengedipkan mataku ke Wilson yang duduk bersamaku di ruang tamu.
“Just chill, bro. I told you I’ll handle it, I will handle it.” Wilson mengangguk yakin kepadaku.

Nggak lama kemudian..”Cowok-cowok, lunch is served.” dinda memanggil kami di ruang tamu dengan gaya seorang chef kawakan dengan celemek dan serbet makan yang disampirkan di lengannya sambil setengah membungkuk.
“Nah, gitu dong. Although I’d rather eat you, love.” Wilson berkata begitu sembari beranjak bangun menuju ke ruang makan sambil mencubit pipi istrinya mesra. Aku meringis saja.
“Kalian makan duluan deh. Gue mau mandi dulu sebentaar aja.” Kata Rere sambil lari kecil naik tangga ke kamar kami.
“OK, ma’am. Tapi kita tungguin deh, asalkan beneran cuma sebentaar aja.” Wilson menggoda istriku. Istriku meresponnya dengan memeletkan lidahnya ke arah Wilson.
“Lu diam di sini dulu, ya. Nanti kira-kira lima menit, lu susul gue ke kamar lu. OK?” Wilson membisikiku. dinda kebetulan sedang ngobrol dengan Mbak Wani dan tidak melihat ke arah kami.
“Hah? Sinting apa lu? Tapi whateverlah. OK.” Kataku perlahan.

Benar, kira-kira lima menit setelah Wilson naik ke kamarku, aku menyusulnya. Setibanya aku di depan pintu kamar mandi yang terbuka sedikit.. wow.. kulihat Wilson sedang mengintip Rere yang sedang melucuti bajunya yang hanya dua lembar itu satu persatu.
“Goddamn, bini lu bodynya bikin gue geregetan aja.” Bisik Wilson.
“Eh, monyet, gue kagak pernah minta lu ngintip. Sial, lu.” Aku agak kesal juga, merasa dikerjai.
“Tenang, broer. Ini step by step. Let the pro do it. You, horny bastard, just shut up and sit tight.”
“Gue hajar lu. Kalo dia teriak, satu rumah denger, kita bisa cilaka, sompret.”
“Soon! Reenn! Mana sih kalian?!” kudengar dinda berteriak memanggil dari bawah. Istriku juga pasti dengar, tapi cuek saja, lalu dengan bertelanjang bulat masuk ke dalam bath up, siap-siap mau mandi. 

Kami masih terus mengintip.
“Lu turun dulu ke bawah, tenangin bini gue, OK?” bisik Wilson.
“OK.” Aku beranjak perlahan pergi. Nggak tau mau ngomong apa ke dinda, tapi penisku sudah tegang abis, seperti mau pecah rasanya.
“Yu, Si Wilson lagi nonton basket di kamar gue. Seru juga sih, lagian Rere kan masih mandi. Lu mau nonton juga?” Aku yakin dinda pasti nggak akan berminat, karena dia paling benci sama yang namanya pertandingan basket. Konyol, katanya.
“Nggak ah, gue di sini aja nonton TV di bawah. Buruan dong. Kan gue juga lapar nih.”
“Beres, manis.”
“Genit lu ya kalo nggak ada siapa-siapa.” dinda menyahut sambil tersenyum manis. Aku nyengir aja, sambil lari lagi naik ke kamarku.
Sampai di sana, aku masuk dan kukunci kamarku perlahan.
“Gimana, Son?”
“Udah selesai mandi tuh. Wuih, gila, gue ngaceng berat nih, pren. Kagak nyesel nih lu?”

Aku diam saja. Nggak lama Rere keluar dari kamar mandi, seperti kebiasaanya, telanjang total hanya bercelana dalam saja. Rambutnya masih basah karena keramas.
“Aahh!” Rere menjerit kaget setengah mati melihat ada Wilson di situ. Dia mau lari lagi masuk ke kamar mandi, tapi tangan Wilson cepat menangkapnya. Rere meronta-ronta dan aku diam saja sambil menelan ludah.
“Tenang, sayang.. tenang.. gue di sini cuma mau bantuin lakilu memuaskan fantasinya.” Wilson berujar perlahan sambil tangannya tetap mencengkram tangan Rere.
“Ren, kamu bener-bener gila ya. Ini apa-apaan sih?” Rere marah sekali melihat ke arahku. Aku cuma membuang muka saja.
“OK, karena kamu benar-benar sinting, aku juga bisa sinting. Tapi jangan menyesal nanti.” Rere berkata begitu sambil memeluk Wilson dan mencium bibirnya walaupun masih agak ragu. Tangan mereka bergerilya kemana-mana. Buah dada Rere yang ranum menjadi target bibir dan lidah Wilson yang dengan bernapsu menjilat dan menyedotnya. Rere menggelinjang nikmat. “Mmhh.. Son.. remes dong Son.. pelan aja.. ahh..” Rere rupanya naik juga birahinya.
“Mmhh.. yeaahh..” Wilson mendongak terpejam saat Rere meremas penisnya dari balik celana jeansnya. “Buka aja, sayang..”

Aku sudah napsu berat, kukeluarkan penisku, dan mulai mengocoknya sambil masih berdiri. Kulihat Rere jongkok di depan Wilson, masih di depan pintu kamar mandi yang terbuka sambil mengeluarkan penisnya dari balik resleting dan mulai menyepongnya habis-habisan. Lidahnya bermain di kepala dan kedua buah pelir Wilson. Dikulum, dihisap, dijilat, you name it, she is doing it. Dia melakukannya sambil melirik Wilson dan aku bergantian.
“Isep, sayang.. yeaah, gitu.. uuhh.. bini lu hebat, man. Hebaatthh.. aahh.. jebol deh gue.. aarrghh!” Sambil berkata begitu, air mani Wilson tumpah di dalam mulut Rere yang langsung ditelannya. 

Melihat itu, aku nggak tahan lagi, dan air maniku pun langsung menyembur ke lantai. Lemas, aku terduduk di ranjang. Rere pun bangkit berdiri sambil memandang Wilson.
“Enak, Son? Hmm?” kata Rere setengah berbisik.
Wilson masih terpejam dan menganggukkan kepala sambil menelan ludahnya.
“Kalah deh Si dinda. Sedotan lu gila banget, Ra. Ren, you’re a lucky motherfucker, you know?”
“I know, man. Thanks berat. Ini rahasia kita aja ya.” Sahutku santai.
“Yuk, turun. Nanti dinda curigation, lagi. Ra, kamu turun dulu, say. Bilangan dinda “Pertandingan basketnya” sudah ampir selesai. Nanti kita nyusul.”
“OK.” Rere bergegas berpakaian dan langsung turun. Aku sedikit lega karena sebagian fantasiku sudah terpuaskan.
“Rendi, my man. If you need us to go any further than that, just ask, buddy. Hehehe.” Wilson ngomong gitu sambil membetulkan pakaiannya. Aku ngangguk saja, ikut berberes, dan membersihkan lantai yang terkena semburan maniku barusan.

Seusai makan siang yang dipenuhi dengan canda dan obrolan seperti biasanya, kami bersantai di kebun belakang rumah kami sambil makan buah-buahan yang dibawa Wilson dan dinda. Kami duduk di meja bundar yang ada di tengah-tengah kebun kami. Aku, Rere, Wilson, dinda. Wilson melirik Rere yang pura-pura tidak melihatnya sambil terus ngobrol denganku dan dinda.
Tiba-tiba Rere beranjak bangun.
“Mau pipis”, katanya.
Sambil berdiri begitu, sambil tangannya mengelus penis Wilson. Kurasa dinda tidak memperhatikannya karena sibuk berkomentar tentang bunga-bunga yang kelihatan indah sekali sore itu. Wilson memandangiku sambil nyengir. Kukedipkan mataku kepadanya sambil meladeni ocehan dinda. Sejam kemudian mereka pamit pulang.

“Do you like it?” aku bertanya pada istriku sebelum tidur malam itu.
“Hmm? I think I do.” Rere membalas menjawab sambil memeluk dadaku dan merebahkan kepalanya di dadaku.
“Mau coba lebih lagi?” aku bertanya singkat.
“Terserah kamu, sayang.” Balasnya sambil mengelus penisku yang sudah berdiri.
“Idih, kok udah ngaceng sih ininya?” katanya lagi sambil merogoh kedalam celana tidurku yang komprang tanpa celana dalam.

Dia mulai mengelus-elus kepala penisku dan mulai mengocoknya perlahan.
“Ahh, baby.. I want you to fuck him.” Kataku dengan napsu yang sudah naik.
“I know, baby..” sambil berkata begitu, kepalanya menyusup kebalik selimut dan mengulum penisku.
“This is what I did to him. Tell me how you like it..” Kurasakan air maniku segera terkumpul akibat sedotan, jilatan dan kulumannya di penisku.
“Sayang, kamu bakalan bikin aku keluar nih.. telan ya.. mmhh.. oohh.” Gila, belum pernah aku keluar secepat itu. Kurang dari 2 menit saja! Istriku memang luar biasa tehnik oralnya. Maniku ditelannya.
“Baby, I need you to fuck me. Pleasee..” Rere menggelinjang sambil tangannya meremas toketnya sendiri dan lalu mengelus vaginanya yang sudah basah. Sejak kapan dia nggak pakai baju lagi?
“Aku nggak mau.. the next fuck you’ll get will be from Wilson, babe.” Aku berkata dengan kejam sambil membereskan celanaku dan tidur pulas.

Dua hari kemudian, aku masih belum bersanggama dengan Rere. Malam harinya, sekitar pukul 7, Wilson menelponku saat aku baru selesai mandi.
“Ren, bini gue lagi ke Yogya, ada sodaranya yang meninggal. Gue udah cari alasan biar nggak ikut. So, I’ll have 2 days Off. What’s up?”
“Perfecto. Si Rere udah horny berat nih. Nggak gue masukkin udah dua hari. Lu dateng deh sekarang.”
“Say no more, buddy.” Wilson menutup teleponnya. Kira-kira setengah jam kemudian dia sudah sampai. Rere yang membukakan pintu.
Begitu melihat Rere, Wilson langsung memeluk dan mencium lehernya.
“Hello, doll. Miss me?” Ini orang cool juga, pikirku.
“Mmhh..” Rere menggelinjang senang. “A lot. You come for me, or what?”
“No, I come for my buddy. YOU will make me cum.” Wilson menyeringai.
“And I will make you cum with me.”
Wilson langsung menggandeng Rere ke kamar tidur kami. Aku mengikuti dari belakang.
“Strip for us. And masturbate, but stop when you are about to cum.” Wilson memerintah Rere sesampainya di kamar. Aku menyetel CD jazz yang lembut untuk menunjang suasana.

Rere melucuti pakaiannya satu persatu sambil meliuk-liukan tubuhnya yang sintal mulus itu. Mau tidak mau, kami berdua menelan ludah berkali-kali. Lalu setelah bugil total, ia membelakangi kami dan membungkuk. Dengan tersenyum ia menoleh ke arah kami dan menjilat jari tengah kanannya. Lalu dengan sensualnya ia mengelus sepanjang bibir vaginanya dan dengan perlahan memasukkan jari tersebut ke dalam vaginanya keluar masuk kira-kira lima kali.
“Ouhh.. it’s so wet, boys..” katanya seraya menjilat kembali jari itu.
“And it taste so yummy..” Kami kembali menelan ludah dengan tangan kami mengelus penis kami masing-masing.
Ia kemudian berbalik menghadap kami, dan berjalan menghampiri Wilson. Ia lalu berjongkok di antara selangkangan Wilson yang duduk di pinggir ranjang bersamaku menonton aksinya. Celana Wilson dibukanya dan penisnya dielus dan diremas lembut.
Kulihat kepala penis Wilson sudah sangat basah, dan makin basah karena sekarang Rere mulai menjilatinya.
“Ahh, Raa.. terus sayanghh..” Wilson menggelinjang nikmat dan aku mulai mengocok penisku perlahan.
“Enak, Son? Hmm? Mau diisep lagi kayak kemarin?” Rere dengan seksinya melirik ke arah Wilson.
“Yess.. please, babe.. suck my cock..”

Tidak perlu disuruh dua kali, Rere mengulangi aksinya. Tapi kali ini hanya sebentar saja. Mungkin dia takut Wilson keburu keluar lagi.
Tidak berapa lama kemudian, Rere menelentangkan tubuhnya di lantai kamar yang berlapis kdinda sambil meremas-remas dadanya, dan tangan yang satunya bermain lincah di vaginanya. Kami ikut bertelanjang bulat sambil duduk di sebelah kanan dan kirinya.
Beberapa saat kemudian Rere mulai mengerang dan menggelinjang. Napasnya terengah-engah dan mukanya memerah. Pinggulnya terangkat-angkat dan membuat gerakan memutar perlahan. Remasan di dadanya mulai agak kasar. Puting susunya dipelintir olehnya sendiri, dan vaginanya mulai mengeluarkan cairan kental dan berbau khas. Dia sudah diambang orgasme. Wilson dengan sigap menangkap kedua tangannya dan langsung menindihnya.

Dengan satu hentakan, penisnya menyeruak ke dalam vagina istriku. Pinggul Wilson mulai bermain.
“Aahh.. aahh.. yess.. oouuhh..” Rere meracau nggak karuan.
Aku juga hampir pingsan karena napsuku. Tanganku mengocok penisku dengan cepat.
“Ohh.. Soonn.. kontol lu gede banget banget, sayang.. aahh.. ahh.. ahh.. gue mau sampe nih, Soonn.. oouugghh.. gue keluar, Soonn.. aarrgghh!” Rere menjerit-jerit merasakan nikmat yang menhantam seluruh sendinya.
“Ra.. di dalam apa di luar..” Shit.. aku baru sadar kalau Wilson lupa pakai kondom! “Di mana, Raa?” Wilson mempercepat goyangannya.
“Di luar, Son.. uuhh..” Rere udah lemas sehabis orgasme. “Wow.. anget banget, sayang..” ucap Rere lembut saat penis Wilson berkedutan di atas perut Rere yang putih dan rata. Tangan Rere cepat mengurut-urut penis Wilson yang sedang memuntahkan laharnya.
“Ooh fuucckk..” Wilson ambruk di atas tubuh istriku. Aku juga mempercepat kocokanku dan nggak lama..
“Baby, I’m coming..” aku terengah-engah mengarahkan penisku ke mulut Rere.
“Sini, sayang.. aku mau kamu punya..” Rere membuka mulutnya lebar dan kusemburkan maniku ke dalam mulutnya..
“Telen sayang.. yeaahh.. agghh!” Orgasmeku menghantamku dan penisku berkedutan di dalam mulut Rere. Dengan lembut Rere menjilati dan mengulum penisku.
Seluruh adegan itu memakan waktu hanya 1.5 jam saja. Wilson lalu pamit pulang segera.
“Thanks, Son.” Kataku waktu mengantarnya ke depan pintu. Rere sudah tertidur di kamar kelelahan.
“Anytime, buddy. Memek bini lu luar biasa.”
“dinda punya gimana? Emangnya nggak seenak Rere?” ujarku iseng aja sebenarnya.
“Hehehe.. lu coba aja sendiri. My treat. Tapi itu kalau dia OK. Later, man. Let’s do lunch tomorrow.”
Aku tersenyum kecil dan menganggukan kepala.

Besoknya aku makan siang bersama dengan Wilson di daerah Kemang. Sambil ngobrol ngalor ngidul, Wilson berkata, “Besok malam dinda sampai di rumah. Still interested?”
“Well, gue sih OK banget kalo lu berdua OK juga. Rere gimana?” kataku pelan.
“Ajak aja besok. Gue punya rencana nih. Kita bisa nonton live show barangkali. Hahaha.”
Deg. Jantungku berhenti sejenak. Wilson memang gila, kayaknya. Tapi kegilaan yang mengasyikan.
“Are you serious? Gimana caranya? Mana mau mereka?”
“Serahin aja sama Om Wilson. Lu tau beres dan ngecret aja deh pokoknya. OK ya. Gue musti balik ke kantor nih. Masih ada urusan. See you tonite.”
“See you, bro.”

Akhirnya malam yang kunantikan tiba juga. Sekitar pukul 9 aku dan Rere sudah sampai di rumah Wilson dan dinda di Permata Hijau. Kukatakan pada Rere bahwa another fantasy is waiting. Dia excited sekali dan siap dengan busana yang sangat frontal memamerkan keseksian tubuhnya. Kaos hitam yang hanya berupa kemben seperut dan rok mini hitam ketat dari bahan kulit membalut tubuhnya. Sepatu hak tinggi hitam menghiasi sepasang kaki panjang mulusnya.
dinda membukakan pintu rumahnya dengan pakaian yang tidak kalah seksinya. Rok sebetis dengan belahan di bagian belakang yang dalam ke tengah pahanya dan atasnya kemeja tipis longgar tanpa BH sehingga kami dengan jelas melihat putingnya yang tegak menantang.
“Come in,” katanya seraya tersenyum manis pada kami.
“Kita main strip poker malam ini. I heard you guys were having a grand time while I was gone. Curang! Kok nggak ngajak-ngajak sih?”
Kami cuma bengong saja mendengar penuturannya.
“Emangnya OK buat lu, Yu?” Tanyaku. Rere sudah merah padam wajahnya.
“Sure, sex is a sport. And I need to have some exercise. Hahaha.” Busyet, udah ketularan lakinya nih, pikirku.

Tanpa ragu-ragu, dinda menggandeng Rere dan mencium pipinya yang masih kemerahan karena kaget campur malu.
“Come on, girl.. don’t be like that. What are best friends for? To fuck each other brains out!” tawanya berderai-derai disambut dengan tawa Wilson dari dalam rumah.
“Bisa aja lu, Yu..” Rere yang sudah santai kembali sekarang menyahut.
“Abis ini nih, Rendi, gara-garanya.”
“Tapi suka kaan..” sekali lagi Wilson yang tiba-tiba sudah disamping Rere mendekatkan wajahnya ke wajah Rere.
“He-eh. Suka banget.” Rere berkata begitu sambil meremas penis Wilson.
“Kontol laki lu ini bikin gue kelojotan kemaren malem nih, Yu.”
“Kalo gitu kontol lakilu musti bikin gue kelojotan dong malem ini, biar satu sama.” dinda berkata sambil melirik nakal padaku. Aku jadi tertawa kecil, namun penisku sudah tegang sekali rasanya.
“But first let’s have dinner!”

“Mmhh.. Ren.. jilat terus itil gue.. aahh iyaa..” dinda mendesah lembut ketika aku mulai menjilati kelentitnya yang sudah membesar di atas sofa living roomnya. Rere dan Wilson menonton sambil keduanya mengelus-elus sendiri tubuh mereka yang sudah telanjang bulat.
“God.. suck my clit, honey.. yess.. you’re gonna make me come.. oouuhh!” Jeritan lirih dinda cukup keras. Untung saja para pembantu RT sudah di perintahkan untuk pergi keluar rumah malam ini. Jadi hanya tinggal kami berempat saja.
Kusodok-sodokan lidahku kedalam vagina dinda yang sedang mengeluarkan cairan kenikmatannya. “Tell me what you want, babe.” Kataku sekenanya. Penisku sudah mulai mengeluarkan cairan dan terasa hangat.
“I want you to fuck me and make me cum.. do it now..” dinda meracau sambil menggeleng-gelengkan kepalanya akibat terserang birahi yang bertubi-tubi.

Kulirik Rere dan Wilson yang sedang bergumul 69 di lantai di bawah sofa itu. Erangan dan rintihan mereka cukup membuatku dan dinda semakin beringas. Segera kuposisikan penisku ke lubang kewanitaannya. Bless.. aahh.. hangat sekali di dalam sini. dinda dengan ahlinya mengencangkan otot vaginanya saat aku mulai menggenjotnya. Setelah beberapa kali dindanan pantatku, aku rasakan maniku mulai membludak.
“Yu.. gue bisa nggak tahan kalo lu gituin terus memeknya.. oohh.. uuhh..” aku mulai merasakan denyutan di pangkal penisku.
“Hmmhh.. biarin.. gue juga udah dikit lagi sampai kok.. hh.. lepas di dalem aja.. gue lagi aman kok.. aarrghh!” dinda menjerit keras karena tiba-tiba aku menggenjotnya keras berkali-kali.
“Shit.. Yu.. terima nih, sayang.. shiitt.. aahh.. aahh.. gilaa..” Aku ikut teriak karena orgasmeku datang secara tiba-tiba.
“Renn.. ohh.. I’m cumming, honey.. I’m cummiinngg.. iihh.. oohh..” Denyutan memeknya sangat terasa memijat penisku. Aku ambruk di atas tubuh dinda dan kami berdua saling berpagutan French kissing dan kuhisap dan kujilati toketnya yang montok berkeringat.
“Hhmm.. udah dulu dong, Ren.. ntar gue naik lagi nih.” Kata dinda lembut sambil menggelinjang geli.
“That’s the idea, babe.. lihat tuh Rere sama Wilson..” bisikku di telinganya sembari menggigit kecil kupingnya.

Rere dan Wilson masih saling menjilat dan menghisap dengan serunya dalam posisi 69. Tubuh Rere mulai bergetar, mengerang-erang, dan tangannya mengocok penis Wilson dengan cepat. Tiba-tiba, Wilson yang berada di bawah mendorong tubuh Rere ke samping.
“Stop dulu sayang.. hhuuhh.. stop..” Wilson berdiri perlahan-lahan.
“Kenapa, Son? Nggak enak ya? Ayo dong.. tadi gue udah ampir tuh.. aaduuhh.. jangan gini dong.. tega deh lu..” Rere merajuk bercampur birahi yang membuat kepalanya pusing.
“Hehehe.. you can cum, but dinda is the one that will do it to both of us.” Deg. Jantungku berdegup kencang. Jadi ini maksudnya Si Wilson dengan live show.
dinda tersenyum simpul mendengar itu.
“Ra, sekarang elu kangkangin muka gue. I’ll take you there, honey.” dinda berkata dengan genitnya.

Rere yang sudah tidak sanggup lagi, diam sejenak, lalu mengangkangi wajah dinda yang masih berkeringat.
“Aawwhh.. make me cum.. please make me cum.. ohh yeaasshh.. isep itil gue, sayang.. iyaahh gitu.. iyaahh..” dinda menjerit-jerit kecil merasakan permainan lidah dan bibir dinda di vaginanya.
Sementara itu Wilson kulihat memposisikan penisnya di vagina dinda yang masih melelehkan air maniku.
“Aahh yess.. enak, Masshh.” dinda mulai merasakan genjotan suaminya.
“Honey.. I’m cumming.. oohh..” Rere mengerang dan mendesah panjang saat orgasmenya datang. 

Pinggulnya begoyang maju-mundur menggosokkan vagina dan kelentitnya ke bibir dinda yang siap menyedot-nyedot cairan vagina Rere yang mengalir deras. Tubuh Rere yang basah berkeringat bergetar hebat dan tangannya meremas keras buah dadanya yang bergeldindat manja.
Kulihat paha Wilson mulai bergetar hebat dan ia memeluk tubuh Rere dari belakang sambil terus menghentak-hentakan penisnya ke vagina istrinya. Suara becek berkecipak di dalam vagina dinda seksi sekali.
“Oohh.. fuckin’ fuck.. aku keluar, sayaanghh..” Wilson memuntahkan lahar panasnya yang pasti bercampur dengan milikku di dalam vagina dinda. Tubuh Wilson berkelojotan dan tangannya meremasi buah dada Rere yang masih menikmati orgasme dashyatnya mengangkangi wajah dinda.
“Yess.. anget sekali punya kamu, Masshh.. hheehh..” dinda memejamkan matanya menikmati sensasi yang luar biasa. Bibirnya belepotan cairan Rere dan vaginanya berlelehan air maniku dan suaminya. Aku terhenyak lemas di bawah sofa dengan penis terkulai lemas dan perasaan sangat puas.

Keesokkan paginya di rumah kami, aku terbangun mendapati Rere yang tengah memeluku dari belakang. Kubalikan tubuhku, dan kulihat ada senyuman lembut di wajahnya.
“Ra, baby?”
“Hmm? Udah bangun, sayang?” istriku menjawab lembut.
“Are you happy?” tanyaku tulus.
“Very. Sini, bobo lagi.. aku pengen dipeluk terus sama kamu. I love you so much, sayang.”

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar