Minggu, 03 Januari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Tuti Mantan Pacar Adikku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Tuti Mantan Pacar Adikku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Tuti Mantan Pacar Adikku adalah pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+ kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Aku kembali menceritakan pengalamanku yang tentunya tetap seru dan membuat jantung kalian berdebar-debar. Kali ini aku kembali menceritakan kisah nyataku yang terjadi sekitar 1 tahun lalu.
Siang itu aku sendirian di rumah. Ayah, Ibu dan adik-adikku sedang ada acara masing-masing. Aku yang memang sedang tidak ada acara, bertugas untuk menjaga rumah. Daripada tidak ada kerjaan dan melamun sendirian, aku berniat untuk membersihkan rumah.
“Aku mau memberikan kejutan yang baik kepada orang-tuaku…” pikirku waktu itu.
Ketika aku sedang membersihkan kamarku (waktu itu aku masih tidur berdua dengan Dewi, adikku yang bungsu), aku menemukan foto Dewi dengan mantan pacarnya waktu SMU yang bernama Riki . Keluargaku dan Riki sudah cukup dekat, bahkan dia sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri. Tapi sejak Dewi putus darinya dan sudah memiliki pacar baru, Riki mulai jarang main ke rumah.

Tiba-tiba aku yang kangen dengan Riki karena sudah jarang bertemu, sempat berpikir kenapa tidak aku undang saja dia main ke rumah. Kemudian aku mengirim SMS ke nomer Riki yang masih aku simpan di Handphone-ku. Aku sengaja tidak memberitahukan kalau keluargaku sedang tidak ada di rumah semuanya, termasuk Dewi. Takut saja kalau Riki nanti merasa segan untuk main ke rumah. Aku sebenarnya berencana mau menjodohkan lagi Dewi dengan Riki agar dapat berpacaran kembali. Siapa tau dengan mengundang Riki  ke rumah semuanya akan sesuai dengan rencana.

Sesaat setelah mengirimkan SMS, aku melanjutkan membersihkan kamarku yang sempat terhenti sesaat, sambil menunggu balasan darinya. Sesekali aku melihat Handphone-ku apakah sudah ada balasan dari Riki atau belum, namun cukup lama menunggu aku belum juga mendapatkan balasan darinya. Sampai akhirnya aku lupa sendiri dan larut dalam pekerjaanku.
Ketika membereskan lemari baju di kamar adikku yang cowok, aku menemukan sekeping DVD tanpa cover. Karena penasaran aku mencoba menyetel DVD tersebut di ruang tengah.
Di layar TV sekarang terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara. Badanku gemetar dan jantungku berdegup kencang karena ternyata DVD tersebut adalah Blue Film.

Aku yang tadinya berniat menghentikan film tersebut dan mengembalikan ke tempatnya, memutuskan untuk melanjutkan saja. Di tengah-tengah film, pikiranku menerawang mengingat saat terakhir aku dan teman-teman kampus Dewi menonton DVD seperti itu yang dilanjutkan bersetubuh dengan mereka.

Birahiku tiba-tiba saja semakin tinggi. Aku memang sudah seminggu ini tidak melakukan masturbasi. Sehingga selama menonton, tanpa sadar bajuku sudah tidak karuan. Kaos berwarna hitam yang aku pakai, sudah terangkat sampai di atas payudara. Kemudian Bra-ku sudah dalam keadaan terlepas. Kuelus-elus sendiri payudaraku sambil sesekali kuremas. Sungguh enak sekali rasanya, apalagi kalau sampai terkena putingnya.

Celana pendekku sudah aku turunkan sampai sebatas mata kaki, lalu tanganku aku masukan ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa! Semakin lama aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tangan kananku semakin cepat menggosok klitoris, sementara yang satunya sibuk meremas-remas toketku sendiri.
“Oohh.. Ooohh..” desahku yang sudah merasa hampir mencapai orgasme.
Tiba-tiba, pintu depan diketok. Tentu saja aku gelagapan memakai pakaianku yang terbuka disana-sini. Setelah itu aku mematikan DVD player tanpa sempat mengeluarkan Disc-nya.
“Aduh gawat…!!” pikirku panik.
“Siapa ya? Apa jangan-jangan Ayah dan Ibu? Tapi kan baru sebentar…” aku mulai kuatir.

Dengan terburu-buru aku membukakan pintu. Ternyata di depan pintu berdiri sosok yang sudah aku kenal, yaitu Riki mantan pacar adikku.
“Halo Teteh! Tadi SMS Riki ya? Maaf ya udah lama gak main nih…” katanya dengan ceria.
“Kirain Riki  gak bisa datang? Kok nggak jawab SMS Teteh dulu sih?” tanyaku.
“Emang sengaja Teh. Kan Riki mau ngasih surprise sama keluarga mantan pacar nih…” jawabnya sambil tersenyum cuek.
“Oh gitu? Teteh kirain Riki udah nggak mau lagi main ke rumah…” candaku sambil mempersilakan duduk di ruang tamu.

Riki tersenyum mendengar candaku, mungkin dia juga sudah sangat kangen dengan sikap akrab yang diberikan oleh keluargaku.
“Kok sepi banget sih Teh? Yang lain lagi pada kemana?” tanyanya bingung melihat suasana rumahku yang lengang.
“Sedang ada acara masing-masing tuh. Dewi juga lagi pergi sama temannya, jadi di rumah cuma ada 
Teteh doang. Maaf ya Teteh gak kasih tau Riki sebelumnya. Abisnya Teteh juga udah lama gak ngobrol sama Riki sih…” aku mencoba menerangkan dan berharap Riki dapat maklum.
Terus terang saja, aku sudah sangat kangen dengan Riki . Ternyata Riki pun mau mengerti maksudku. Apalagi dia juga sudah menganggap keluargaku seperti keluarga sendiri, dia saja memanggil namaku dengan ‘Teteh’ berbeda dengan kebanyakan teman-teman Dewi yang memanggilku dengan ‘Kakak’. Maklum saja keluarga Riki termasuk Broken Home, tapi tidak berarti dia nakal seperti layaknya anak yang tumbuh tanpa pengawasan orangtua.

Karena sudah lama aku tidak mengrobrol dengan Riki , kami berbicara banyak mengenai berbagai hal. Aku juga sempat memperhatikan di usianya yang menginjak 17 tahun, ia mulai tumbuh sebagai seorang pria dewasa. Walaupun secara fisik wajahnya yang terbilang biasa saja belum banyak berubah, tinggi badannya juga masih tidak berbeda denganku, hanya sekitar 160 cm. Tapi sikapnya yang sekarang sudah jauh lebih dewasa.

Setelah cukup lama mengobrol, aku baru sadar kalau tubuhku dalam keadaan kotor setelah berberes rumah. Aku kemudian pamit dengan Riki untuk mandi. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku mengajaknya untuk makan siang bersama. Di saat makan, aku merasa Riki terus memperhatikan tubuhku yang saat itu memakai kaos putih ketat dan hotpants warna kulit.
“Huh, dasar cowok! Dimana-mana sama aja…!” omelku dalam hati.
Namun aku bisa memaklumi dia, karena pasti tubuh mungilku saat itu terlihat sangat sexy dan menggiurkan.
“Ada apa Ki? Kok ngelamun sih? Lagi mikirin Dewi ya?” aku berpura-pura menanyakan hal lain untuk menyadarkan lamunannya.
“Ah, enggak kok Teh. Dewi kan sekarang udah punya pacar baru…” ujar Riki sekenanya.
“Riki jangan pulang buru-buru yah. Tadi Teteh udah kasih tau ke Dewi kalau Riki  sedang ada di rumah…” kataku berharap supaya Riki dapat lebih lama di sini.
“Iya deh Teh. Riki  juga mau di sini dulu sampe semuanya pulang…” jawabnya.
“Ya udah, Riki nonton TV dulu aja. Teteh mau masuk ke kamar dulu. Mau istirahat sebentar…” lanjutku.
“Ya udah Teh, nggak apa-apa kok. Teteh istirahat aja dulu…” kata Riki .

Setelah pamit ke Riki , aku beranjak masuk ke kamar tidur. Setelah menutup pintu kamar, aku bercermin. Wajahku terbilang manis, kulit kuningku juga bersih dan mulus karena sering luluran. Walaupun badanku mungil, tapi terbilang proporsional. Bajuku kemudian aku lepas dan mencopot Bra-ku, karena aku terbiasa tidur tanpa menggunakan Bra. Kemudian aku memperhatikan payudara milikku yang berukuran kecil namun kencang, dan tentu saja semakin membuat tubuhku tampak indah, karena sesuai dengan postur mungilku.

Aku tersenyum sendiri melihat hotpants-ku yang memang membuat aku tampak sexy. Pantas saja Riki sampai memperhatikan tubuhku seperti itu. Aku yang dalam keadaan cukup lelah, merebahkan diriku sebentar di atas kasur tanpa memakai kaos dan mencoba beristirahat sejenak. Belum lama beristirahat, aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah yang tepat berada di depan kamarku. Astaga! Aku baru ingat, itu pasti suara dari DVD porno yang lupa aku keluarkan tadi. Apa Riki sedang menyetelnya? Penasaran, aku pun bangkit dari tempat tidurku, dengan terburu-buru aku memakai kaos tanpa sempat memakai Bra terlebih dahulu, kemudian dengan perlahan-lahan aku keluar dari kamarku.

Begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat pemandangan yang mendebarkan. Riki sedang berada di karpet depan TV sambil mengeluarkan penisnya dan mengocok-ngocoknya sendiri. Ternyata penisnya cukup besar juga untuk anak seusia dia, kurang lebih sekitar 14 cm dan sudah tampak tegang sekali.

Aku berpura-pura batuk, kemudian dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Riki dan ikut duduk disampingnya. Dia tampak kaget menyadari aku sudah berada di sampingnya. Lalu dengan terburu-buru dia memasukkan penisnya ke dalam celananya lagi.
“Eh, Te…teh ga-ak jadi istira…hat ya…?” kata Riki  salah tingkah.
Kemudian dengan wajah panik dia mengambil remote DVD dan hendak mematikan filmnya.
“Iya nih Ki, gerah banget di dalam. Eh, filmnya nggak usah dimatiin. Kita nonton berdua aja yuk! Kayaknya seru tuh…” ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan payudaraku yang hanya terbungkus oleh kaos putih ketatku saja.
“Hah? Teteh mau i-ikut nonton…? Jangan Teh Riki malu…” katanya gugup.
“Kok Riki masih malu? Kayak sama siapa saja. Riki kan sudah seperti keluarga sendiri, masa masih malu sama Teteh?” kataku meyakinkannya.
“I-iya deh…” jawab Riki dan tidak jadi mematikan DVD-nya.

Dengan santai aku duduk di samping Riki sambil ikut menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga hotpants-ku semakin tertarik dan memperlihatkan paha mulusku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan bintang porno itu memang sungguh menakjubkan, mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik ke arah Riki  yang sejak tadi bergantian antara memandangi adegan panas tersebut dan terkadang juga melihat ke arah paha dan payudaraku. Terlihat ia berkali-kali menelan ludahnya. Nafasku juga mulai memburu karena terangsang melihat Film tersebut.
“Ki, kamu udah pernah bersetubuh?” tanyaku tiba-tiba.
“Eh, kok Teteh tau-tau nanya kayak gitu sih?” jawab Riki bingung.
Riki agak kaget mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang ke arah puting payudaraku yang tercetak pada kaos putihku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku kubuka lebih lebar sehingga sekarang cetakan vagina pada Hotpants-ku terlihat jelas.
“Gak usah malu Ki. Teteh bisa jaga rahasia kok…!” tanyaku semakin penasaran.
“Belum pernah kok Teh… Beneran deh!” jawab Riki  tersipu.
“Tapi kamu udah sering nonton Film kayak gini kan?” pancingku.
“Lumayan sering sih Teh. Tapi paling Riki nontonnya rame-rame, atau kalo lagi nonton sendirian sambil ngocok deh…” jawabnya mulai santai.
“Ki, menurut kamu Teteh cantik gak sih?” lanjutku terus menggoda Riki .
“Iya Teh! Sebenernya dari dulu Riki udah merhatiin kalo Teteh tuh cantik…” timpal Riki .

Merasa dipancing seperti itu Riki mulai memberanikan diri untuk memegang tanganku. Aku sedikit kaget, namun membiarkan tanganku dibelai oleh telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Riki basah oleh keringat karena gugup. Karena aku biarkan, dia terus membelai-belai bagian tangan seraya perlahan-lahan mulai naik untuk mengusap pergelangan tanganku. Aku pasrah saja ketika Riki memberanikan diri melingkarkan tangannya pada bahuku. Namun tampaknya ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil terus memeluk bahuku, tangan kanannya mulai berani memegang-megang payudaraku.
“Enak ya Teh diginiin…?” tanya Riki disela permainan tangannya.
“Emph… Emph…” aku hanya merintih menikmati remasan Riki pada payudaraku.

Sambil memegang payudaraku, dengan ganas Riki mulai menciumi bibir dan leherku. Akupun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumannya. Keganasan kami berdua membuat suasana ruangan ini menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku yang sudah terangsang berat berniat untuk melanjutkan ke bagian yang lebih jauh lagi.
“Ki… Sebentar deh. Teteh buka kaos dulu ya…” kataku menghentikan pegangannya.
Riki  hanya mengangguk mendengar kata-kataku. Tentu saja dia pasti sudah tidak sabar untuk melihat payudaraku yang tanpa terbungkus apa-apa.
“Ki, payudara Teteh bagus gak?” ketika aku sudah mencopot kaos ketatku sehingga payudaraku sudah terpampang jelas di hadapannya.
“Ba-bagus Teh…!” jawabnya dengan terbata-bata.

Riki tampak melotot menyaksikan bagian atas tubuhku yang menggoda. Hal itu malah membuat aku semakin terangsang dan melanjutkan perbuatanku. Merasa terus dipancing seperti itu, Riki tampaknya tidak tahan lagi. Ia langsung melumat bibirku sambil meraba-raba payudaraku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Aku memejamkan mata meresapinya, Riki semakin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya berusaha memainkan vaginaku dari luar. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku sehingga lidahku pun ikut bermain. Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk mengikuti arus permainan. Dengan kuluman lidah Riki yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangannya pada kedua payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Sementara di bawah sana kurasakan tangan Riki sudah mulai meraba pahaku yang mulus.
“Aaaaahh Herlaaand…. Aaaahhhhhhh….” aku mendesah panjang merasakan nikmat yang melanda diriku.
“Mulus banget paha Teteh! Bikin gemes Riki aja nih…!” sahut Riki sambil tangannya merayap naik lagi ke selangkanganku.
“Sekarang giliran Teteh yang liat badan Riki !” pintaku kepada Riki .

Riki  yang tadinya malu-malu semakin salah tingkah mendengar permintaanku. Karena sudah sangat bernafsu aku memaksa Riki untuk mencopot seluruh pakaiannya hingga dia bugil. Aku semakin terangsang melihat tubuh bugil Riki dari dekat. Badannya walaupun agak kurus tapi cukup berotot. Penisnya sudah mengacung tegak dan membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalau waktu dulu ngebayangin bentuk penis cowok aja rasanya jijik tapi ternyata sekarang malah membuat darahku berdesir.
“Wah penis kamu udah tegang banget Ki! Bentuknya bagus… Teteh boleh isep ya…!?” tanyaku tidak sabar.

Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan mengulum batang kemaluannya dengan semangat.
“Slurp… Slurp… Slurp… Mmmh! Slurp… Slurp… Slurp… Mmmh…” penis Riki terasa nikmat sekali di mulutku.
“Teh… Aaaah… Enaaakk…! Dari dulu emang Riki pengen banget ngerasain mulut Teteh ngisep kontol Riki . Akhirnya kesampaian juga…!” katanya sambil terus menikmati hisapanku pada penisnya.
Aku semakin bernafsu menghisap penisnya, terkadang aku juga menjilat buah zakarnya sehingga Riki mulai mendesah.
“Hmm… nikmat banget penis kamu Ki!” kataku memuji kenikmatan penisnya.
“Aaaaahh.. Eeennakk banget! Teteh udah pengalaman yah?” ceracau Riki menikmati hisapanku.

Aku hanya melanjutkan hisapanku tanpa menghiraukan pertanyaan Riki . Setelah beberapa menit merasakan hisapanku pada penisnya, Riki akhirnya tak kuat lagi menahan nafsu. Didorongnya tubuhku hingga terlentang di karpet, lalu diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal diam dan ikut bekerja meremas-remas payudaraku.
“Ahh… Mmmh.. Uuuh.. Eenak Ki…” desahku keenakan.
Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa. Sesaat kemudian mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan kuat.
“Auwh… Nikmaaaat bangeett… Aaah…!” desahanku semakin kencang.
Aku menggelinjang, tapi tanganku justru semakin menekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku. Sejurus kemudian lidahnya turun ke arah vaginaku. Tangannya menarik Hotpants dan celana dalamku. Mata Riki seperti mau copot melihat vaginaku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Vagina Teteh bagus gak ki...bentuknya..?” tanyaku penasaran.
“Bagus banget Teh! Riki  suka banget memek yang nggak ada bulunya kayak gini. Mana masih rapet banget lagi…” jawabnya.
Sekarang tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Lalu dengan lembut Riki membelai permukaan vaginaku. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya meremas-remas dadaku.
“Sshhhh…” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya mulai menekan bagian tengah kemaluanku.

Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku sudah mulai naik, mengucurlah cairan pra-orgasmeku. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli sekaligus nikmat di bawahku sehingga tangan Riki terhimpit diantara kedua paha mulusku.
“Eemmhh… Enaaaakk bangeettt…!” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Riki .
Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya.

Setelah puas memainkan jari-jarinya di vaginaku, kurasakan Riki mulai menjilati pahaku yang mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Kemudian Riki membuka vaginaku lebar-lebar sehingga klitorisku menonjol keluar, aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya sungguh nikmat, geli-geli enak seperti mau pipis. Riki terus menjilatinya dengan rakus sambil sesekali menggigit kecil klitorisku atau terkadang dihisapnya dengan kuat. 

Tangannya juga terus mengelus paha dan pantatku yang mempercepat naiknya libidoku.
“Aaahh Herlaaannnd!! Uuuhh.. Eenak… Terus…!” jeritku.
“Slurp… Slurp… memek Teteh gurih banget… Mmmh… Slurrrppp…” katanya disela-sela menjilati vaginaku yang sudah mulai basah.
Riki terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan lagi. Tidak sampai lima menit, tubuhku mulai mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku.
“Aaaaaaaaaahh…” aku menjerit panjang merasakan nikmat pada seluruh tubuhku.
Tampaknya aku mencapai orgasme yang pertama akibat permainan jari ditambah dengan jilatan-jilatan lidah Riki pada vaginaku.

Aliran orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu. Aku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku terus dihisapinya selama kurang lebih lima menitan. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah kemudian Riki melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
“Emang enak banget deh cairan memeknya Teteh…!!” puji Riki kepadaku.
“Riki jago banget sih bisa bikin keluar Teteh…” aku juga ikut memuji Riki .
“Teteh udah keluar kan? Sekarang giliran Riki yah…” pintanya.
“Riki mau Teteh apain?” tanyaku yang masih dalam keadaan lemas karena baru mencapai orgasme.
“Sepongin kontol Riki lagi dong! Abisnya bikin ketagihan sih!” jawab Riki .
Lalu Riki duduk di sofa sambil kembali memamerkan penis miliknya yang sudah sangat tegang. Aku bersimpuh dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis itu, pertama kukocok dengan lembut kemudian semakin cepat dan pelan lagi. Hal itu tentunya semakin memainkan birahi Riki .
“Aaaah… Teteeeeh…! Enaak bangeeet…” Riki semakin mendesah kencang.

Setelah puas mengocok-ngocok penisnya, aku mulai menjilati batangnya dengan pelan. Mungkin karena Riki sudah dikuasai hawa nafsu, dengan setengah memaksa dia mengarahkan batang penisnya ke mulutku yang dan kemudian menjejali penisnya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma khas pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya. Lalu kupakai ujung lidahku untuk menyeruput lubang kencingnya. Hal itu membuat Riki blingsatan sambil meremas-remas rambutku.
“Sluurpp… Sluuuurp… Mmmmmh..” desahku sambil menikmati setiap jengkal penisnya.
“Enak ya ki…? Hmm…?” tanyaku sambil mengangkat kepala dari penis Riki dan menatapnya dengan senyum manisku
“Enaaak banget Teh…” Riki mendesah-desah keenakan.

Riki mulai mengerang-erang keenakan, tangannya meremas-remas rambutku dan kedua payudaraku. Aku semakin bernafsu mengulum, menjilati dan mengocok penisnya. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat pemiliknya medesah-desah, aku juga memakai lidahku untuk menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajah Riki akibat teknik oralku.
“Oooh… Terus Teehh… Riki hampir keluar…!” Riki semakin mendesah.
Karena Riki sudah hampir keluar, aku melepaskan hisapanku pada penisnya dan mulai mengocoknya. Aku semakin bersemangat memainkan penis miliknya yang kepalanya sekarang berwarna lebih kehitaman. Semakin lama aku semakin cepat mengocoknya.
“Aaahh… Riki keluaaaarrr Teeeh..!!” desahan Riki semakin kencang.
“Croot.. Croot..” tak lama kemudian penisnya menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut mulut, wajah, payudara dan hampir seluruh tubuhku. Dengan sigap aku menelan dan menjilati sperma Riki seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Aku benar-benar menikmati permainan ini.
“Eeehhmmm… Sluuurp…” aku terus menikmati menghisap penisnya.

Kemudian aku meneruskan untuk mengusap dan aku jilati semua spermanya yang berceceran di tubuhku sampai tak tersisa. Lalu aku hisap penisnya dengan kuat supaya sisa spermanya dapat kurasakan dan kutelan. Setelah aku yakin spermanya sudah benar-benar habis, aku melepaskan hisapan pada penisnya, kemudian benda itu mulai menyusut pelan-pelan.
“Nikmatnya sperma kamu ki…” bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermanya yang masih menempel pada bibirku.
“Obat awet muda ya Teh…” kata Riki bercanda.
“Yaa begitulah… Makanya Teteh tetep awet muda kan?” aku ikut membalas candanya.
Walaupun sudah sempat mencapai orgasme, namun birahiku belum juga padam. Aku berpikiran untuk melanjutkan permainan kami ke tahap selanjutnya.
“ki.. Ayo sekarang masukin penis Riki ke vagina Teteh! Udah nggak tahan nih…” perintahku yang masih dikuasai hawa nafsu.

Tanpa pikir panjang lagi, Riki lalu mengambil posisi duduk, kemudian diacungkan penisnya dengan ke arah lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima serangan penisnya. Pelan-pelan dimasukkannya batang penisnya itu ke dalam vaginaku.
“Uuhh… Nnggghhh…!” desisku saat penis yang sudah sangat keras itu membelah bibir kemaluanku.
“Teteh mau tau apa yang pengen Riki lakuin ke Teteh dari dulu? Riki pengen ngentot Teteh sampai ketagihan…!!” katanya sambil tersenyum nakal.
“Aaaauw… Pelan-pelan dong ki… Aaakh…” desahku sedikit kesakitan.
Walaupun sudah tidak perawan lagi, tapi vaginaku masih sempit. Mungkin juga karena penis Riki  termasuk besar ukurannya.
“Auuhh.. Enaaak ki…” desahku yang semakin merasakan nikmat.
Riki tampak merem-melek menahan nikmat. Tentu saja karena Riki  baru pertama kali melakukan ini. Lalu dengan satu sentakan kuat penisnya berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh dasarnya.
“Aaaahh… Nikmaat bangeett Laaand….” teriakku.

Aku melonjakkan pantatku karena merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kurasakan cairan hangat vaginaku mengalir di pahaku. Masa bodoh dengan status Riki yang adalah mantan pacar adikku! Sudah kepalang tanggung pikirku, aku ingin merasakan nikmatnya bersetubuh hingga orgasme dengan Riki . Sesaat kemudian Riki memompa pantatnya maju mundur.
“Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!” suara penisnya sedang keluar masuk di vaginaku.
“Aakh…! Aaaakh…! Nikmaaat banget… ki.…” aku meneriakkan nama Riki .
Aku menjerit-jerit karena merasakan nikmat yang luar biasa saat itu. Vaginaku yang sudah basah sekarang dimasuki dengan lancar oleh penis Riki yang sangat tegang itu.
“Ooh… Lebih keras lagiii Laand… Lebih cepaaat…” jeritku kenikmatan.
Keringat kami yang bercucuran menambah semangat gelora birahi kami. Tapi Riki malah mencabut penisnya, mungkin ia lelah dengan posisi ini.
“Dasar ABG…!” umpatku dalam hati.

Aku jadi tidak sabar lalu bangkit dan mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas penisnya, dengan birahi yang memuncak kuarahkan batang penis Riki untuk masuk ke dalam liang vaginaku.
“Ooooooh.. Herlaannddd…!!” aku menjerit keenakan.
Lalu dengan semangat aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan pinggulku.
“Ouuh.. Memek Teteh enak bangeeet…! Penis Riki serasa dipijat…” desahnya.
“Uggh.. Uuuh.. Penis Rikiiii… Juga nikmaat…” aku juga memuji keperkasaan penisnya.
Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat. Karpet di ruangan ini pun sudah basah oleh cairan sperma Riki maupun lendir yang meleleh dari vaginaku. Namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Aku menghujamkan vaginaku berkali-kali dengan irama sangat cepat. Aku merasa semakin melayang. 

Bagaikan kesetanan aku menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami bergumul, aku merasa seluruh tubuhku bergetar hebat.
“Teeeh… Riki bentar lagi keluar nih…!” erangnya panjang sambil meringis.
Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat.
“Aaaaaah… Teteeeh juga udah mau keluar Ki…!! Kita keluar sama-sama Ki…!!” aku berteriak kencang karena sudah hampir mencapai orgasme.
“Oooohh… Teeehhh… Aaaaaahh…!!” Riki berteriak panjang.

Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat. “Cret.. Cret..” kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, sedangkan vaginaku juga mengeluarkan cairan yang sangat banyak, tanda aku sudah mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya. Dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Aku memeluk erat-erat tubuh Riki sampai dia merasa sesak karena aku memeluknya dengan sangat kencang. Kami seakan sudah tidak peduli bila tetangga sebelah rumahku akan mendengarkan jeritan-jeritan kami.

Riki mencabut penisnya vaginaku dan akhirnya kami berdua hanya bisa tergeletak lemas di atas karpet dengan tubuh bugil bermandikan keringat.
“Aaahh… Ki… kamu hebaaat banget Ki…” pujiku sambil mengistirahatkan tubuh yang sudah lemas ini.
“Riki ju… ga Teh… Haaah…. Haaaah… Terima kasih untuk kenik… matan ini… Belum pernah Riki merasakan nikmat yang luar biasa seperti ini…” jawab Riki sambil terengah-engah seraya mengecup keningku dengan mesra.

Setelah merasa kuat untuk bangun, kami berdua beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sperma, keringat dan liur. Tapi di kamar mandi kami tidak melakukan persetubuhan lagi, melainkan hanya berciuman dengan mesra saja, karena kami takut tiba-tiba Dewi atau keluargaku yang lain akan segera pulang. Siraman air pada tubuhku benar-benar menyegarkan kembali pikiran dan tenagaku setelah seharian penuh “bermain” dengan Riki .

Kami berdua pun membersihkan ruang di sekitar “medan laga” tadi dengan menyemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi. Setelah beres, kami pun sedikit berbincang mengenai kejadian tadi. Aku yang sempat ragu apa benar Riki belum pernah bersetubuh, karena dia sudah terlihat ahli, bertanya lagi kepadanya. Ternyata dari pengakuannya, memang Riki belum pernah melakukan persetubuhan dengan siapapun, termasuk Dewi. Riki mengaku melakukan ini hanya berdasarkan yang dia lihat dari DVD ataupun internet saja.
Di dalam pikiranku, aku juga merasa bersalah sekaligus kasihan kepada Dewi yang belum sempat merasakan nikmatnya penis Riki . Tentu saja kehilangan keperjakaan dengan kakak mantan pacarnya adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi Riki . Dia berharap kami dapat melakukannya lagi kapan-kapan. Aku pun juga berharap dapat menikmati penis Riki lebih sering lagi.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :


Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar