Sabtu, 23 Januari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Malam yang membawa Nafsu

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Malam yang membawa Nafsu

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Malam yang membawa Nafsu merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Namaku Irwan, umurku 26 tahun, seorang pengangguran. Aku pernah sekali menjadi gigolo (yah.. sebutan kasarnya). Ketika itu aku baru pertama kali merantau dari kampungku di pulau Jawa ke Banjarmasin. Seorang temanku bekerja di sana. Aku menyusul temanku itu ketika dia mengirimiku alamat yang cukup jelas, lagipula aku dengar Felix, nama temanku itu, sukses di perantauan. Dia bekerja di sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit.
“Daripada kamu nganggur di kampung, lebih baik ke Banjarmasin saja, Wan. Kebetulan lagi ada lowongan kerja.” begitu katanya suatu kali.
Berbekal uang 700 ribu aku berangkat ke Banjarmasin. Cerita Sex 2016

Setibanya di pelabuhan Felix menjemputku. Dari situlah aku tahu kehidupan Felix yang benar-benar kecukupan. Rumahnya tak besar, tapi cukup bagus, dan yang pasti rumahnya sendiri.
“Wah.. kamu benar-benar hebat, Rid.” pujiku.
“Pintar-pintar kita saja cari duit, Wan. Setidaknya punya obyakan sampingan.” jawab Felix dengan senyum yang misterius.
Aku nggak langsung dapat kerja, tapi nunggu dulu karena ternyata lowongan di tempat kerja Felix sudah terisi.
Karena nggak kerja semakin lama semakin habis uang yang kubawa dari kampung. Sebenarnya makanku ditanggung sama Felix, tapi nggak enak kan kalau setiap hari, sedangkan tahu sendiri kalau biaya hidup mahal di Banjarmasin.


Setelah satu bulan numpang di rumah Felix aku mulai tahu apa sebenarnya obyekan sampingan Felix yang tak lain adalah melayani nafsu tante-tante girang (alias gigolo). Bergidik juga aku ketika suatu malam mendengar suara-suara gaduh yang janggal di kamar sebelah (kamarnya Felix).
Ketika aku intip, ehh.. Si Felix lagi disepong sama seorang wanita stw. Habis itu aku melihat Felix dikasih beberapa lembar ratusan rupiah. Dan ketika Felix tahu kalau aku pergoki, dia cuman tersenyum kecut.

“Kalau mengandalkan gaji buruh pabrik sih, nggak bisa kirim ke kampung.” itu dalihnya.
Bahkan setelah aku tahu kalau Felix adalah seorang gigolo, dia malah semakin tak sungkan melakukan bisnis mesumnya itu di rumah. Iiih.. betapa tersiksanya aku mendengar deru-deru nafas mereka di kamar sebelah setiap malam. Walau sebenarnya aku ngiler juga. Bayangkan setiap malam Felix bisa mengeloni dua sampai tiga wanita, dan tidak semuanya stw. Ada juga yang sepertinya masih lajang. Setiap malam pula omsetnya bisa sampai dua juta. Ngiri banget aku.
Malam itu aku tak menyia-nyiakan kepergian Felix. Dia nggak pulang malam ini, lembur katanya. 

Dan kebetulan sekali telpon berbunyi. Siapa tahu dari langganan Felix, karena biasanya transaksi mereka terjadi via telpon.
“Halo Felix..aku Sansan.” terdengar suara mendesah di seberang begitu telepon diangkat.
“Aku tunggu di Platinum 156, cepat yah.. aku sudah telanjang sekarang..”
Glek! Aku telan air liurku berkali-kali. Job Felix datang. Bagaimana nih? Apa aku harus datang? Aku lihat isi dompetku, tinggal dua ratus ribu doang. OK deh, aku datang.

Hotel Platinum, tak susah mencarinya. Kemarin malam aku diajak Felix keliling-keliling kota dan sempat makan di restoran hotel itu. Setelah bertanya letak kamar kepada resepsionis aku segera menuju kamar 156. Didepan kamar aku kembali ragu, masuk atau tidak ya? Masuk tidak masuk tidak, aku hitung kancing kemejaku. Masuk.
Kreek..

Pintunya tak dikunci. Aku masuk dengan ragu-ragu. Kamar hotel itu seluas kamar Felix walau sedikit lebih bagus penataan ruangnya. Seorang wanita berumur 30 tahunan berada di atas ranjang. Dia agak terkejut ketika menyadari bukan Felix yang datang. Tapi kemudian dia tersenyum genit.
“Siapapun kau aku ingin bercinta denganmu. Kemarilah..”

Sansan beranjak dari ranjang. Glek. Kutelan liurku ketika hendak meleleh. Wanita yang hanya memakai stoking rajut tipis tanpa CD dan BH itu segera mendekatiku. Stokingnya hanya sebatas lutut, lengannya juga tertutup stoking tapi badannya polos sama sekali. Seekor kupu-kupu menghias di payudaranya sebelah kiri. Kedua gumpalan dadanya sekal dan besar banget, dan menantang banget. Begitu menantang sampai-sampai burungku bangun.

Sansan mengitari tubuhku yang sedikit gemetaran.
“Siapa namamu, sayang..” desah serak-serak seksi itu menyembur tipis di belakang telingaku.
“Ss.. saya Irwan.” jawabku gemetaran.
“Irwan? Hmm.. jangan panik, kamu baru pertama ya? Aku suka banget..” kata Sansan sambil menggosok-gosokkan kemaluannya yang gundul ke pahaku.
Siir.. tiba-tiba saja penisku tegang.
“Kalau gitu aku ajarin yah..” tambahnya sambil menggosokkan kemaluannya makin keras dan makin mepet di pahaku sampai celanaku sedikit basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.

Lalu perlahan wanita yang sedikit jangkung itu mencium bibirku lalu berkata
“Balaslah Wan, hisaplah bibirku”.
Aku menghisap bibir tebalnya. Bibiritu terasa kenyal banget ditambah bau tubuhnya yang wangi. Tiba-tiba Sansan memegang kemaluanku, aku sangat kaget.
” Wah pistolmu sudah tegang Wan,” kata Sansan sambil tangannya dimasukkan kedalam celana jeansku. 

Darahku berdesir-desir, nafasku kembang kempis dirangsang sedemikian rupa.
Sansan berusaha melepaskan celana jeansku, tapi bibirnya masih terus aku lumat dengan penuh nafsu hingga akhirnya aku tinggal memakai celdam saja. Kami masih saling melumat, tapi tanganku mulai menggerayangi dada sekal Sansan. Tanpa gemetar lagi aku memegang buah dadanya dan memelintir putingnya. Sansan mendesis-desis lirih merasakan kenikmatan belaianku.
“Wan.. kamu memabukkan..ehgh..”

Nafasnya memburu berpacu dengan nafasku.
Aku menuruni leher mulus Sansan lalu berlabuh di kedua gundukan buah dadanya. Lalu dengan memberanikan diri aku menciumi putingnya, dan Sansan bertambah mendesis,
“Teruslah Wan, terus.. ach.. nikmat banget..”.

Tanganku meremas-remas kedua bokong Sansan yang padat dan sekal. Sesekali jemariku menyusuri belahan pantat itu terus sampai ke lubang vaginanya. Sansan yang semakin kegelian semakin merapatkan tubuhnya sehingga aku semakin leluasa mengenyot payudaranya. Aku hisap putingnya kuat-kuat membuat Sansan mendorong kepalaku semakin terbenam diantara belahan payudaranya. Aku sadari betul perubahan yang terjadi pada buah dada Sansan, semakin membengkak menggemaskan dan putingnya tegang, kenyal dan menantang.

“Wan.. ach.. ehmm ehmm” Sansan kembali melenguh-lenguh ketika jemariku mengutak-utik klitorisnya. Entah sudah berapa kali vagina itu mengeluarkan lendir kenikmatan birahi Sansan. Panas birahinya sudah sampai di ubun-ubun.
Setelah puas menghisap puting buah dada Sansan aku mencoba menciumi vaginanya, tapi Sansan berkelit.
“Aku pengin pistolmu dulu, pangeranku..” katanya kemudian.

Sansan mendorongku terlentang diatas kasur empuk kemudian dia menungging diatas tubuhku kemudian sibuk menciumi penisku yang masih tertutup celdam krem. Posisi Sansan yang menungging memunggungiku membuatku leluasa mengutak-atik klitorisnya kembali. Kemudian aku memasukkan jempol kiriku ke dalam lubang kawinnya.
“Uach.. irwaann..”

Mudah sekali jempolku itu masuk ke dalam vaginanya. Lendir kental mengalir di selakangnya. Aku permainkan jempolku keluar masuk vaginanya, Sansan semakin bergelinjangan. Entah saking tak tahannya, Sansan segera mengeluarkan penisku dari CD lantas mengemutnya.
“Egh.. ach..Sand..”

Dadaku sesak menahan birahi yang meletup-letup didadaku. Baru pertama kali ini batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita. Sansan begitu terampil mengenyotnya. Semakin kuat Sansan menyedotnya dan
Crot..crot.. aku tak tahan lagi.
Spermaku keluar begitu saja. Tapi Sansan begitu menikmati spermaku yang muncrat seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Mhmm.. nikmat Wan.. aku suka, lagi dong..”

Begitu Sansan hendak mengenyot penisku lagi, aku segera menarik bokongnya hingga hampir menduduki mukaku. Langsung saja aku sedot vaginanya
“Aaach..” teriak Sansan tertahan.

Sudah tak tahan aku, aku kerjain vagina Sansan habis-habisan. Aku ciumi, aku gigit-gigit klitorisnya bahkan aku sudah berhasil memasukkan tiga jari tengahku sekaligus. Sansan misuh-misuh tapi segera mendehem-dehem keenakan. Aku sudah tak terkendalikan. Kalau sejak tadi aku seperti diajari sama Sansan, kali ini aku bekerja dengan naluriku sendiri. Dan kurasa Sansan tak keberatan, karena sekarang dia mendengking-dengking keasyikan.
Sruup..sruup..

Lendir kawin Sansan aku sedot dengan kekuatan penuh. Seluruh tubuhnya menggelinjang liar, lalu kembali lendir-lendir itu mengalir deras bagai sungai.
“Ough.. Wan, aku nggak tahan lagi..” erang Sansan semakin melebarkan selakangnya.
Lalu penisku dipegangnya dan dimasukkan kedalam vaginanya yang sudah licin berlendir. Perlahan-lahan batang pistolku amblas ke dalam lubang vagina Sansan,
“Ach.. engh..” desisnya kemudian.

Dan Sansan mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya ketika aku mulai mengocok-ngocok penisku. Penisku terasa mengembang didalam vagina Sansan, Sansan pun semakin mendesis.
“Ach.. Wan.. ehm.. ah..”
Jemariku meremas-remas payudaanya. Sansan terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata,
“Aku mau datang nih.. “.
“Hegh eh..” hanya itu yang aku jawab sebab aku masih sibuk menggenjot vaginanya.

Dan tak lama kemudian Sansan menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan lendir kawinnya disela-sela penisku yang masih tegang. Semakin liar aku remas-remas kedua buah dada Sansan hingga beberapa menit kemudian aku berbisik
“San.. sedikit lagi aku juga mau keluar”.

Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batang penisku keliang vagina Sansan, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku kedalam vagina Sansan bersamaan dengan keluarnya cairan kawinnya untuk kedua kalinya.
“Uwah..” pekik kami bersamaan.

Belum puas aku memompa penisku yang masih haus, aku meminta Sansan menungging. Dari belakang aku segera menekan masuk penisku diantara pantatnya. Sansan mengejang beberapa saat. Tampaknya lubang pantatnya masih sangat sempit hingga penisku sedikit kesulitan menembusnya.
“Egh.. ach.. sakit Wan..” erang Sansan.

Akhirnya seluruh batang penisku sanggup menembus masuk ke lubang pantat Sansan. Bagai remuk penisku digencet lubang yang masih sempit itu. Tapi sedikit tertolong karena spermaku kembali keluar membasahi liangnya. Kembali aku kocok-kocok penisku maju mundur. Sansan mengerang panjang merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dirasakannya. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang sudah sangat bengkak, bagai mau meledak. Aku pompa penisku sampai lima balas menit, setelah itu aku mengerang kembali mendapatkan puncak libidoku.

Penisku aku cabut dari dubur Sansan. Terasa tubuh ini sangat lemas, Sansan berbaring di sampingku. Kami saling berpelukkan dan berciuman. Ranjang itu sudah berantakan sekali.
“Wan.. kamu hebat, bahkan lebih hebat dari Felix. Sepertinya aku mencintaimu.” bisik Sansan sambil terus menciumiku.
“Kamu mencintaiku atau mencintai pistolku?” sindirku.
“Hi.. hi.. kamu ini bisa saja..” Sansan mengikik lirih sambil menyentil-nyentil batang penisku yang belum lemas benar.
“Kamu masih mau berlayar lagi, San?” tanyaku kemudian karena merasakan libidoku sedikit bangkit.
“Ah.. tidak sekarang, aku sudah tak kuat. Tapi aku puas banget say..”
“Kalau begitu jangan coba-coba membangunkannya, atau kita akan kembali melayang di atas angin.” bisikku membuat Sansan semakin geli.

Ketika aku hendak pergi mandi aku lihat tubuh Sansan yang full naked itu. Kedua buah dadanya merah membengkak sedikit menguatirkan. Bekas-bekas remasan tangan-tangan kami menghias di kegua gundukan bengkak itu. Putingnya sedikit menghitam, mungkin karena aku terlalu kuat menyedotnya. Wajah Sansan terlihat kusut, tapi masih cantik. Keringatnya masih membasahi tubuh jangkung nan langsing itu. Beberapa kali terdengan gumaman dari bibir tipisnya, mungkin masih menikmati sisa-sisa pelayaran kami. Aku tersenyum tipis lalu masuk ke kamar mandi.

Begitulah, aku menjadi pemuas nafsu Sansan. Kami sama-sama puas dengan permainan kami barusan. Setelah itu Sansan menceritakan tentang sisi kehidupannya kepadaku. Dan tak lupa di akhir perjumpaan kami, di tengah malam buta, Sansan menyelipkan sebuah amplop ke dalam CD-ku. Kami berpelukan sebelum aku pergi, dan berjanji akan memanggilku lagi kalau dia sewaktu-waktu dia membutuhkan. 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar