Minggu, 31 Januari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Sepi Ini Menyiksakku

Kisah Nyata Cerita Dewasa Sepi Ini Menyiksakku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Sepi Ini Menyiksakku merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Sehari-hari, aku biasanya membantu kakek. Kakek mempunyai ladang yang meski tak begitu besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Ladang itu sebagian dia jadikan tempat memelihara ikan, dan sebagian lagi ia jadikan tempat bercocok tanam segala macam jenis sayuran, mulai dari kol, sawi, bawang merah, kacang panjang, tomat, bahkan cabe. Kampung kami memang sangat sepi, saat itu belum ada listrik.

Di pertengahan kelas 5 SD, nenek meninggal dunia. Hal itu sempat membuat keluarga kami shock, khususnya kakek, dia tak menyangka akan ditinggal oleh nenek secara mendadak. Kakek sempat murung dan berubah jadi pendiam selama beberapa bulan. Aku sempat sedih juga karena kehilangan tempat main dan panutan kalau lagi ada masalah di sekolah. Ibu yang merasa iba pada kakek akhirnya berusaha menjodohkan kakek dengan seorang wanita, sebut saja mbak Ashanti, seorang wanita parubaya yang masih kelihatan cantik di usianya yang sudah lewat 30 tahun.

Awal perkenalan ibu dengan mbak Ashanti terjadi saat wanita itu ingin membeli ikan milik kakek untuk acara hajatan ulang tahun putra sulungnya. Mengetahui kalau mbak Ashanti adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya -sama dengan kakek yang ditinggal mati oleh nenek- ibu berusaha menjodohkan mereka. Dan di luar dugaan, mbak Ashanti menerimanya, padahal selisih usia mereka sekitar 30 tahun. Mungkin karena melihat kakek yang masih kelihatan gagah di usianya yang sudah lanjut, mbak Ashanti jadi kesengsem. Kakek memang masih kelihatan berotot dan awet muda meski kulitnya agak sedikit gelap, itu akibat kebiasaannya bekerja keras di ladang setiap hari.

Begitulah, sekitar 7 bulan setelah ditinggal oleh nenek, kakek menikah lagi. Mbak Ashanti yang dulunya tinggal di desa sebelah, setelah menikah dengan kakek, sepakat untuk tinggal bersama kami. Dia membawa serta 2 orang anaknya yang masih kecil-kecil. Mbak Ashanti ternyata orangnya baik, diapun secara ekonomi sangat mapan, jauh dibanding kakek, hingga tak jarang akhirnya sering membantu keuangan keluarga kami, khususnya ibuku yang memang tak tentu mendapat kiriman dari ayah. Mbak Ashanti mempunyai beberapa rumah peninggalan almarhum suaminya yang dia kontrakkan. Cerita Sex 2016

Sebagai rasa terima kasih, aku berusaha tidak menolak jika disuruh apapun olehnya, karena kadang mbak Ashanti juga memberiku upah, meski kadang aku harus pergi melintasi kampung lain untuk berbelanja memenuhi permintaannya.

Sifat lain dari mbak Ashanti yang aku suka, dia bukan tipe orang yang malas. Tak jarang dia mencucikan pakaian milikku saat ibuku terlalu sibuk bekerja. Saat dia mencuci, aku sering kali membantunya menimba air, hal yang memang sudah rutin aku lakukan kalau mencuci bersama ibuku. Hal itu makin membuat mbak Ashanti sayang kepadaku. Aku yang kadang suka diledek oleh teman-temanku -bahkan saudara-saudaraku- sebagai anak yang sedikit bodoh dan polos, tapi di mata mbak Ashanti, aku adalah anak yang baik. Tapi ada satu kebiasaanku yang sering membuat ibuku marah; jika sudah tidur, aku akan sulit sekali dibangunkan. Apalagi kalau baru saja terpejam, mungkin butuh satu ember air, baru aku bisa bangun.

Sampai akhirnya, saat aku di akhir kelas enam SD, ayah meminta ibu untuk pindah mengikutinya. Kata ayah, usahanya sudah lumayan rame, daripada membayar orang untuk membantu, mending mengajak ibu saja. Alasan lainnya, karena ayah tak kuat kalau harus terus jauh dari ibu. Saat itu aku masih belum mengerti apa maksudnya. Ibu yang tampaknya juga merindukan ayah, akhirnya setuju.

Rencana awalnya, aku dan adikku akan dibawa. Tapi kakek melarang, katanya: mending kami ditinggal dulu, karena ayah belum benar-benar mapan, sayang kalau buang-buang uang untuk biaya kami pindah sekolah. Saat itu, aku memang sudah mendaftar ke SMP di kotaku. Adikku saat itu masih kelas lima SD. Alasan kakek cukup masuk akal. Tapi adik perempuanku yang memang sangat dekat dengan ibu, tidak mau ditinggal, dia ngotot untuk ikut dengan ibu pergi ke kota menemani ayah. Akhirnya, setelah berembug cukup lama, kakek memutuskan; adikku boleh ikut ibu, sedangkan aku akan tetap di kampung bersama kakek. Aku sendiri tidak keberatan karena selama ini aku memang dekat dengan kakek. Jadilah aku berpisah dengan ibu dan adikku.

Kepindahan ibu tidak membuatku merasa kehilangan karena kadang tiap bulan ibu pulang. Selain untuk menengokku, ibu juga memberi uang sekedarnya untuk kakek. Selama kepergian ibu, mbak Ashanti lah yang ganti menjagaku. Dia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Kalau dulu aku sering tidur di bale-bale, sekarang aku lebih leluasa tidur di kamar. Mbak Ashanti memberiku kamar belakang yang dulu ditempati oleh ibu. Sedangkan kakek dan mbak Ashanti tetap di kamar depan, bersama anak-anaknya yang masih kecil. Kamar di rumah kakek memang hanya dua, berhadap-hadapan, walau kamar kakek sedikit lebih besar.

Akhirnya, aku lalui hari-hari bersama kakek dan mbak Ashanti dengan penuh suka cita. Seringnya di rumah berdua membuatku dekat dengan mbak Ashanti, dia pun jadi tahu dengan salah satu kebiasaan burukku.
”Kenapa sih kamu kalau dibangunin susah sekali? Semalam mau mbak suruh pindah ke kamar karena udara dingin banget, takut kamu sakit.” kata mbak Ashanti pada suatu hari, saat dia kesulitan membangunkanku.
“Yah, dia mana bisa dibangunin! Ada bom meledak juga tetap ngorok,” sahut kakek sebelum aku sempat menjawab.
Aku cuma tertawa menanggapinya.

Tak terasa, sudah satu tahun kami hidup bertiga. Kini aku sudah naik ke kelas 2 SMP. Saat itulah, untuk pertama kalinya aku mengalami mimpi basah, itu sebenarnya membuatku sangat heran dan bingung. Ingin bertanya, tapi tak tahu kepada siapa. Seiring dengan itu, suaraku juga mulai berubah, membuat aku malas bermain dengan teman-teman lain. Ditambah bulu-bulu halus di bawah hidungku yang juga mulai tampak, aku makin menjadi bahan ledekan teman-temanku. Aku yang awalnya anak yang jarang suka bermain, sekarang jadi makin malas keluar. Paling hanya ke sawah tak jauh dari rumahku, itupun kalau pas musim layangan saja. Selebihnya, aku lebih suka melihat kakek berkebun atau memberi makan ikan.

Biasanya, setelah adzan maghrib berkumandang, kampung kami menjadi sepi. Kegelapan terlihat dimana-mana, hanya lampu-lampu minyak yang menyala, atau kadang juga petromak yang menjadi penerang bagi warga kampung yang letak rumahnyapun tak begitu berdekatan. Hanya masjid yang biasanya ramai hingga sekitar jam tujuh malam. Setelah itu, desa kami benar-benar sepi dan kebanyakan penghuninya langsung terlelap dalam mimpi.

Di pertengahan kelas dua, kulihat kakek suka mulai merasa kelelahan, mungkin karena usianya yang makin merambat senja. Aku memang kadang suka diminta kakek, atau bahkan mbak Ashanti, untuk memijat mereka. Tapi di saat itu, hampir seminggu sekali kakek menyuruhku melakukannya. Aku pun kadang meminta pertolongan mbak Ashanti, terutama jika aku ingin dikerok. Mbak Ashanti memang kadang melakukan itu jika aku masuk angin.
Pagi itu, kulihat kakek tidak ke ladang. “Sakit lagi ya, mbak?” tanyaku.
”Ah, biasa. Memang harus istirahat dulu. Seminggu lalu baru kuras kolam, eh kemarin malah tanam tomat.” katanya.

Kulihat mbak Ashanti menatapku penuh arti, saat itu aku sedang menimba air hanya dengan bercelana dalam saja. Aku tak merasa aneh karena aku sudah sering melakukan itu. Dan selama ini tidak pernah ada masalah.

Hingga suatu hari, secara tak sengaja, handuk yang kupakai untuk melilit tubuhku jatuh saat aku sedang asyik menimba, padahal saat itu aku sedang tidak memakai celana dalam, hingga terlihatlah burung mudaku di depan mata mbak Ashanti. Dia tertawa cekikikan saat melihatnya,
”Cepetan ditutup, nanti burungnya kabur lho!” dia berkata sambil melengos ke samping, kulihat mukanya jadi agak pucat dan memerah.
Aku yang tak merasa risih sama sekali, hanya bersikap biasa saja.
”Iya, mbak.” kuraih handukku dan kusampirkan lagi ke pinggangku.

Kuteruskan lagi menimba air. Di pikiranku; karena saat SD dulu mbak Ashanti sering memandikanku jika ibu lagi repot, tentunya dia sudah sering melihat tubuh telanjangku, jadi buat apa malu. Aku tak pernah menyangka, kalau peristiwa sore itu ternyata begitu berkesan bagi mbak Ashanti.

Sampai kemudian, saat itu aku baru saja menyelesaikan ujian akhir kelas dua SMP, usiaku mungkin sekitar 14 tahun. Hari itu, kakek lagi pergi ke kota untuk membeli benih. Jam tujuh malam, saat mbak Ashanti masih asyik mendengarkan radio, aku sudah terlelap. Tidak seperti biasa, malam itu aku bermimpi. Mimpi yang sangat aku nantikan. Mimpi basah. Tapi entah, malam itu mimpiku terasa begitu nyata. Aku merasa kontolku memasuki lubang yang sangat hangat. Enaaak sekali! hingga tak lama kemudian, aku pun mengejang. Saat itu aku merasa ada orang duduk diatas pangkuanku, tapi dasar aku kalau tidur lelap sekali, aku tidak bisa mengetahui itu beneran atau cuma mimpi.

Paginya, aku langsung memeriksa celanaku. Heran, tak ada kerak kering bekas air maniku, hal yang biasanya aku temukan jika habis bermimpi basah. Yang membuatku makin bingung, mimpiku sepertinya terasa sangat nyata. Nikmatnya berkali-kali lipat daripada biasanya. Aku ingin mengulanginya lagi.

Dan keberuntungan membuatku merasakannya tak lama kemudian. Tepatnya kurang dari dua minggu sejak mimpiku yang pertama. Tapi kali ini aku agak sedikit sadar karena aku memang belum benar-benar terlelap. Kembali kurasakan seperti ada orang duduk di atas pinggangku, tapi penyakit lelapku membuatku tak bisa membuka mata. Aku hanya bisa menikmati rasa nikmat yang menjalar cepat di batang kontolku, rasa hangat dan geli seperti dipijit-pijit oleh benda yang sangat lembek dan empuk, membuatku meringis dan merintih dalam tidur.

Cukup lama aku menikmatinya, sampai akhirnya aku mengejang tak lama kemudian. Sebenarnya aku tak ingin rasa itu cepat berakhir, tapi mau bagaimana lagi, kutahan sekuat apapun, aku tetap tidak bisa mencegah rasa nikmatnya. Terpaksa kubiarkan spermaku menyembur keluar sebelum aku kembali terlelap beberapa detik kemudian.

Hal itu terus berlangsung selama beberapa minggu berikutnya. Meski cukup menggangu pikiranku, tapi jujur, aku sangat menikmatinya. Mimpi itu terasa nyata sekali, seperti aku benar-benar melakukannya. Sampai akhirnya, kembali kakek harus pergi ke kota untuk membeli bibit.
“Besok senin, pagi-pagi aku sudah pulang.” katanya kepada mbak Ashanti.
Dia lalu menoleh kepadaku.
“Kamu istirahat aja, besok kan sekolah.” katanya. Ya, saat itu badanku memang sedikit kurang enak. Sepertinya masuk angin.

Kakek menyuruh mbak Ashanti untuk mengerokiku, tapi aku tidak mau.
”Bentar juga enakan sendiri.” kataku.
Tapi sorenya, saat aku masih meringkuk di kamar dengan badan lemas, mbak Ashanti menghampiriku.
“Sini, kukerok aja. Kamu juga nggak usah mandi dulu, takut nanti tambah parah.” katanya.

Aku hanya diam dan tetap berbaring tengkurap. Mbak Ashanti kemudian mengangkat kaosku. Sambil mengurut punggungku dengan uang koin, dia berkata.
“Kamu tuh udah gede, kalau mandi tutup pintunya, jangan seenaknya gitu, apa nggak malu?” tanyanya.
“Malu sama siapa, mbak? Kan nggak ada orang, paling cuma kakek.” kataku.
“Iya, tapi kali aja ada tetangga yang datang.” kata mbak Ashanti.
”Ah, nggak merah. Kamu mungkin telat makan aja, jadinya kembung. Makanya jangan telat makan.” dia menasehati dan akhirnya memijat punggungku.
Setelah punggung selesai, ia kemudian menyuruhku berbalik. ”Biar kupijat dada sama perutmu.” katanya.

Kubalikkan badan. Aku mulai merasa geli saat mbak Ashanti perlahan mengurut perutku. Tanpa sadar, kontolku mulai bergerak menegang.
”Kamu tuh yang bener kalau pake celana. Celana rusak masih aja di pake.” katanya.
Aku saat itu memang memakai celana bekas SD-ku dulu yang bagian resletingnya sudah rusak, hingga menampakkan sedikit kulit batang penisku.

Saat mbak Ashanti memijat bagian bawah perutku, kontolku makin tak karuan tegangnya, mbak Ashanti hanya tersenyum saat melihatnya.
”Ih, tuh kan, saking sempitnya sampe nonjol gitu.” katanya dengan halus.
”Kayaknya sesak banget ya?” tanya mbak Ashanti.
Aku kira dia membicarakan celanaku, jadi aku menyahut enteng saja.
”Iya, mbak.” jawabku.
”Dibuang saja,” kata mbak Ashanti.
”Dibuang gimana, mbak?” kataku tak mengerti.

Tidak menjawab, perlahan mbak Ashanti memijat pangkal pahaku. Dan entah sengaja atau tidak, dia berkali-kali menyenggol bagian selangkanganku. ”Ih, bener. Sesak banget! Kayaknya pengen dikeluarin tuh.” katanya.
”Dikeluarin?” aku semakin tak mengerti.
”Bener-bener harus dibuang, hehe.” sahut mbak Ashanti sambil terkikik.
“Terserah ah, gimana enaknya mbak aja.” jawabku pada akhirnya. Pasrah, percaya sepenuhnya kepadanya.
“Iya, tapi kamu jangan bilang-bilang kakek ya?” bisiknya.
“Iya, mbak, masa mau bilang kakek,” kataku mengangguk, masih berfikir dan tak mengerti apa yang ia maksudkan.
”Ehm… sekarang, tutup muka kamu dengan bantal.” kata mbak Ashanti kemudian.

Aku menurut, walau sedikit heran. Masa lepas celana aja harus pakai tutup muka segala? Tapi aku tetap melakukannya.
“Gini ya, mbak?” kutindihkan bantal ke mukaku hingga aku tidak bisa melihat apa-apa.
”Aku buang semuanya ya?” kata mbak Ashanti.
Aku masih tak mengerti, tapi aku tetap menjawab,
”Terserah, mbak.”

Akhirnya kurasakan celanaku ditarik ke bawah. Dan tidak cuma celana pendek, kurasakan celana dalamku pun ikut ia tarik hingga terlepas semuanya. Sungguh, aku merasa kikuk, malu, dan agak risih telanjang di depan mbak Ashanti.
”Mungkin mbak mau mengganti semuanya karena aku nggak mandi,” bisikku dalam hati untuk menenangkan pikiranku yang mulai bergejolak.
Di bawah, kontolku yang sudah menegang kini makin mengacung tegak ke atas saat tangan mbak Ashanti mulai merabanya, memperlihatkan segala kejantanan dan kekuatannya.
”Ih, keras amat” katanya sambil mulai mengocok pelan.

Rasa geli dan nikmat langsung kurasakan, aku tidak sanggup untuk menolak. Apalagi saat tak lama kemudian, kurasakan tubuh montok milik mbak Ashanti mulai mengangkangiku, membuatku makin terbuai dan terpesona. Batang kontolku kini tepat menempel ke belahan vaginanya. Bahkan sesaat kemudian, kurasakan ujung kontolku perlahan menembus, memasuki belahan dagingnya yang sangat hangat, yang mengingatkanku akan nikmat mimpi basahku beberapa minggu terakhir. Sungguh, seperti ini rasanya, sangat mirip sekali!!
”Kamu diam saja, jangan dibuka bantalnya!” mbak Ashanti berkata sambil terus menekan pinggulnya ke bawah.

Dinding vaginanya yang lembek dan lengket semakin menggerogoti batang kontolku. Ya Tuhan, apa mbak Ashanti sedang menyetubuhiku? Tanyaku dalam hati, namun tidak bisa menolak. Begitu nikmat rasa ini hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam dan menikmati apapun yang ia berikan.

Di sela-sela kebingunganku, perlahan tapi pasti, kontolku semakin masuk ke dalam, menghunjam dan menembus memek mulus mbak Ashanti, bahkan kini sudah mentok di mulut rahimnya. Kontolku kini sudah menancap sepenuhnya, mengisi rongga memek mbak Ashanti yang kurasa sangat sempit dan legit. Aku hanya bisa menutup mata dan menyembunyikan mukaku di balik bantal saat perlahan mbak Ashanti mulai menggerakkan badannya naik turun.

Goyangannya itu membuat alat kelamin kami yang saling bertaut erat mulai bergesekan pelan. Rasanya sungguh nikmat sekali. Kudengar nafas mbak Ashanti semakin berat dan tak teratur, membuatku semakin tak kuasa menahan gejolak. Akhirnya akupun mengejang. Perlahan cairan hangat keluar dari kontolku, menyemprot deras di liang memek mbak Ashanti, yang dibalas olehnya dengan denyutan nikmat dinding-dinding rahimnya.

Setelah muncrat semuanya, barulah mbak Ashanti melepaskan himpitannya dan merapikan kembali celanaku. Kontolku yang basah oleh cairan kental, ia lap dengan menggunakan kain lembut. Kutebak itu adalah celana dalamnya.

“Udah, boleh dibuka sekarang.” kata mbak Ashanti kemudian.
”Sudah nggak sesak lagi kan?” tanyanya sambil tersenyum.
Aku hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Persetubuhan pertamaku dengan mbak Ashanti membuatku kehilangan kata-kata. Tapi, benarkah ini yang pertama? Setelah merapikan kembali pakaiannya, kuperhatikan mbak Ashanti yang melangkah pergi meninggalkan kamarku.

Keesokan harinya, kakek masih belum kembali. Di sekolah, aku jadi sering melamun, membayangkan apa yang telah aku dan mbak Ashanti lakukan kemarin. Aku tahu bahwa itu terlarang dan tidak boleh, tapi entahlah, aku menyukainya. Dan aku tidak ingin berhenti, aku ingin mengulanginya lagi kalau ada kesempatan. Sepertinya aku telah ketagihan dan merindukan memek 
mbak Ashanti. Aku telah dewasa sebelum waktunya.

Pulang sekolah, meski lagi konak berat, aku cuma tiduran di kamar. Aku tidak berani mendekati mbak Ashanti yang sedang asyik nonton teve di ruang tengah. Aku sedang mengusap-usap batang kontolku yang sudah tegang saat dia menyapaku dari pintu kamar.
“Kamu sakit?” tanya mbak Ashanti yang tahu-tahu sudah berada disana.
”Nggak, mbak.” kataku salah tingkah karena sudah dipergoki seperti itu.
”Kok di kamar aja,” kata mbak Ashanti sambil tersenyum.

Aku hanya diam, tak tahu harus memberikan jawaban apa.
”Apa sesak lagi?” dia bertanya lagi, matanya menatap penuh pengertian.
”Ah, nggak juga, mbak.” kilahku untuk menutupi rasa malu, untungnya saat itu aku juga mengenakan celana longgar yang sedikit banyak bisa menyembunyikan tonjolan penisku.
“Ya udah, sini perutnya mbak minyakin biar nggak masuk angin lagi.” katanya, dan tanpa disuruh, dia pun meminyaki perutku, lalu memijatnya perlahan.

Hal itu kembali membuat kontolku terbangun.
”Ih, dari luar memang nggak kelihatan, tapi dalamnya kelihatan sesak tuh,” mbak Ashanti menunjuk daerah kontolku yang perlahan-lahan berubah menjadi semakin munjung.
“Ehm, iya kali, mbak.” kataku pasrah karena aku memang tidak bisa menutupinya lagi.
”Tegang ya?” bisik mbak Ashanti sedikit genit.
”Iya, kenapa ya, mbok?” kataku polos.
“Nggak apa-apa, normal.” katanya sambil dengan tangan mulai mengusap-usap perlahan.
Aku mulai merasa nikmat di batang kontolku akibat belaiannya.
”Mau dibuang?” tawarnya.
”Jangan, mbak, sayang.” kataku bodoh.
”Nggak apa, nanti juga ada gantinya.” ia tersenyum.

Aku terdiam, berusaha mencerna ucapannya.
“Ehm, terserah mbak aja deh.” kataku pada akhirnya.
Kembali mbak Ashanti menutup mukaku dengan bantal. Dan perlahan, kembali kurasakan nikmat menjalari batang kontolku saat dia menduduki dan menjepit batang kontolku di belahan lubang vaginanya.

“Mbak, kalau kakek pulang bagaimana?” tanyaku sambil merintih keenakan menikmati genjotannya.
”Tenang saja, nanti juga gedor pintu.” jawab mbak Ashanti. Kurasakan goyangannya menjadi semakin cepat sekarang.
”Mbak, maksud mbak sesek itu apa?” tanyaku dengan tangan berpegangan erat pada sprei, berusaha menahan desakan nikmat dari batang penisku agar tidak cepat memancar keluar.
”Ah, kamu pura-pura nggak tahu ya?” kata mbak Ashanti.
”Beneran, mbak.” sahutku masih dengan muka tertutup bantal.
Tidak bisa kuketahui bagaimana raut muka mbak Ashanti sekarang, tepai dari erangan dan rintihannya, sepertinya dia merasa nikmat sekali, sama seperti yang aku rasakan sekarang.
”Maksud mbak, ininya kamu sudah penuh.” katanya sambil meraba biji pelirku.
“Oh, kirain celanaku yang sesek.” kataku baru mengerti.

Saat itulah mbak Ashanti tersadar, ternyata kami telah salah paham. Dia langsung menghentikan gerakannya diatas kontolku.
”Mbak, kenapa?” tanyaku bingung, tak ingin kenikmatan ini terputus di tengah jalan.
”Aduh, gimana dong?” kata mbak Ashanti sedikit panik.
”Maaf ya, kukira kamu mengerti…” dia sudah akan mencabut vaginanya, tapi segera kutahan pinggulnya.
“Nggak apa-apa, mbak. Aku nggak akan cerita sama kakek.” kataku menenangkan.

Mbak Ashanti terdiam, seperti masih berusaha mencerna kata-kataku. ”Beneran ya?” ia bertanya memastikan.
”Iya, mbak. Asal mbak mau beginian terus sama aku.” kataku dari balik bantal.
Selama dia tidak menyuruh, aku akan tetap bersembunyi.
“Baiklah, mbak juga sudah tanggung. Mbak pinjam sebentar inimu ya?” katanya sambil memegangi penisku yang kini cuma kepalanya saja yang masih menancap.
”Iya, mbak.” sahutku dengan senang hati.

Akhirnya mbak Ashanti pun melanjutkan gerakan naik turunnya di atas batang kontolku, hingga tak lama kemudian, aku kembali memuntahkan cairan kental ke dalam memeknya.
”Terima kasih ya,” dia mencium pipiku dan kembali merapikan pakiannya.
”Sama-sama, mbak.” Aku yang kelelahan, dengan tetap telanjang, terlelap tak lama kemudian.
Sejak itu, sesekali, jika mbak Ashanti lagi pingin, dia suka berbisik;
”Boleh pinjam nggak?” Atau jika aku yang pingin, aku terkadang berkata,
”Mbak, kayaknya sesek.” itulah kode yang kami sepakati.

Begitulah, hubungan terlarang kami terus terjalan. Bahkan kami seakan tak peduli tempat dan waktu, jika hasrat kami sudah tak terbendung, kami selalu berusaha menuntaskannya, kapanpun dan dimanapun. Bahkan pernah, di malam hari, mbak Ashanti masuk ke kamarku dan naik ke atas tubuhku, padahal saat itu kakek lagi ada di rumah. Nekat sekali dia, tapi aku juga tidak bisa menolak karena aku tahu kalau kakek sudah terlelap.

Yang lebih gila, pernah kusetubuhi mbak Ashanti di gubuk tengah ladang saat ia tengah mengantarkan makanan buat kakek. Sementara kakek mencangkul untuk membuat bedengan, kutindih istrinya yang masih nikmat dan cantik itu hanya dengan beralaskan tikar lusuh. Kakek sama sekali tidak curiga karena matanya memang sudah sangat rabun, ia tidak bisa melihat jelas ke gubuk dimana kami berada.

Sering juga saat kakek nonton teve di ruang tengah, kuseret mbak Ashanti ke dapur. Hanya dengan bertumpu pada meja, kutusuk tubuh sintalnya dari belakang. Mbak Ashanti berusaha menutupi mulutnya dengan tangan agar rintihan dan teriakannya tidak sampai terdengar oleh kakek. Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi karena kakek juga sedikit tuli.

Tapi selama kami bercinta dan bersetubuh, aku dan mbak Ashanti tidak pernah melakukan kontak lain selain pertautan alat kelamin kami. Aku tak pernah mencium bibirnya, juga meraba tubuh sintalnya. Paling banter aku cuma sedikit memeluknya kalau sudah konak banget. Jika lagi pingin, aku biasanya langsung menusukkan kontolku ke memek mbak Ashanti tanpa melakukan foreplay atau pemanasan terlebih dahulu. Gairah kami yang meluap-luap sudah cukup untuk membuat memek mbak Ashanti jadi basah dan lengket.

Jika mbak Ashanti yang pingin, biasanya dia meremas-remas dulu batang penisku, baru memasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya. Sesekali aku memang kadang meremas payudara montok milik mbak Ashanti disela-sela genjotan kontolku, tapi tak pernah lebih dari itu. Bahkan melihat bagaimana warna dan bentuknya saja, aku juga tidak pernah. Bagiku yang penting kontolku bertemu dengan memeknya, itu sudah lebih dari cukup.

Sungguh, walau diperlakukan begitu, aku tetap puas. Begitu juga dengan mbak Ashanti. Jika aku datang, menusukkan kontolku, dan pergi meninggalkannya jika sudah usai, baginya itu sudah merupakan hal yang paling nikmat. Rupanya setelah hampir setahun tak pernah merasakan kepuasan dari kakek, ia jadi gampangan seperti itu. Tapi untungnya ada aku yang siap memuaskannya sewaktu-waktu, hingga disela-sela kesepiannya, dan kesepian di kampungku, mbak Ashanti tetap bisa meraih kenikmatan ragawi dan berpacu di malam-malam gelap dan sunyi bersama.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.17 | 0 komentar

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata All In One Story Lesbian

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata All In One Story Lesbian

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata All In One Story Lesbian merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

 Tante Lin berusia 45 tahun dengan ukuran payudara 38 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal di Yogyakarta. Sedangkan Ibu Susi berusia 40 tahun dengan ukuran payudara 38 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai dosen di Malang dan juga tinggal di sana. Suami mereka berdua adalah kakak beradik dan sibuk bekerja di luar negeri.

Mereka berdua menjadi lesbi ketika suatu sore Tante Lin ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai relasi suaminya di Inggris, namanya Jenny. Dia orang Amerika. Dia mengatakan kal0 ada sesuatu yang ingin dibicarakan tentang suaminya. Tante Lin disuruhnya datang ke hotel tempatnya menginap sore itu juga. Di Hotel Garuda. Kebetulan Ibu Susi sedang liburan di tempat Tante Lin .  Cerita Sex 2016

Sehingga diajak pula Ibu Susi. Setelah melapor ke resepsionis hotel, mereka berdua langsung menuju ke kamar Jenny . Mereka disambut Jenny sendiri.
“Selamat sore,” sapa Jenny ramah dalam bahasa Indonesia meskipun agak kaku.
“Selamat sore,” jawab Tante Lin .
“Bisa ketemu dengan Jenny ,” sambung Tante Lin .
“Saya sendiri. Ibu siapa?”
“Saya Nyonya Hermawan,” jawab Tante Lin menyebutkan nama suaminya.
“Ooo.. Maaf Bu. Saya tidak tau.”
Jenny lalu menjabat tangan Tante Lin .
“Dan ini kerabat saya,” kata Tante Lin .
“Susi,” kata Ibu Susi sambil menjabat tangan Jenny .
“Mari, silakan masuk! Maaf kursinya saya pakai untuk menaruh tas. Saya hanya semalam di sini. Kita duduk di tempat tidur saja.”

Mereka bertiga masuk dan lalu duduk di tepian tempat tidur.
“Kenapa hanya semalam?” tanya Ibu Susi.
“Saya kebetulan hanya mampir untuk membicarakan masalah Pak Hermawan. Besok saya sudah berangkat ke Australia.”
“Bagaimana dengan suami saya?” tanya Tante Lin .
“Dia terlibat suatu masalah.”

Kemudian Jenny menceritakan masalah yang dihadapi suami Tante Lin . Sampai akhirnya mereka bertiga terdiam beberapa saat. Tiba-tiba..
“Saya mohon kepada anda untuk menolong suami saya,” kata Tante Lin kepada Jenny .
“Saya sebetulnya tidak bisa menolong Pak Hermawan. Bisa, asal..”

Jenny tidak melanjutkan kata-katanya. Tetapi tangannya melepaskan kancing baju yang dipakai Tante Lin yang duduk di sampingnya. Tante Lin diam saja. Dibelainya bagian atas payudara kirinya yang masih ditutupi BH.
“Ehmm.. ehmm.. ehmm..”
Kedua tangan Jenny lalu bergerak ke belakang, melepas tali BH yang dipakai Tante Lin . Salah satu tangannya maju ke depan dan meremas payudara kanan Tante Lin .
“Aaahh.. aahh.. aahh..”

Ibu Susi yang sedang duduk di samping Tante Lin dan sedang membaca majalah terkejut mendengar suara yang keluar dari mulut Tante Lin . Dilihatnya kedua tangan Jenny sedang meremas kedua payudara Tante Lin sedangkan kedua tangan Tante Lin melepas baju yang dipakai Jenny . Sekarang bibir mereka berdua sudah saling menempel dan kedua lidah mereka saling mengulumdengan hangat. Ibu Susi yang melihat itu tidak kuat menahan nafsu. Diremasnya kedua payudaranya sendiri yang masih ditutupi pakaiannya.

Baju Tante Lin sekarang sudah terlepas dari tempatnya dan kedua tangannya melepas kaos dalam yang dipakai Jenny sambil tetap berciuman. Bibir Tante Lin terlepas dari bibir Jenny demi dilihatnya kedua payudara Jenny yang ukurannya dua kali lebih besar dari miliknya meskipun tubuhnya biasa saja. Jenny yang merasakan hal itu lalu merebahkan diri sambil menarik tubuh Tante Lin . Sehingga mulut Tante Lin jatuh tepat di atas payudara kiri Jenny . Dijilatinya payudara kiri Jenny  tersebut sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanan Jenny . “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Ibu Susi melihat hal tersebut. Nafsunya semakin panas sehingga sekarang tangannya menarik tangan kiri Tante Lin dari payudara kanan Jenny dan mulutnya ikut beraksi. Dijilatinya payudara kanan Jenny sambil tangannya meremas payudara kanan Jenny . Kedua tangan Jenny akan meremas kedua payudara Tante Lin . Tetapi tangan kirinya dipegang tangan Tante Lin . Sedangkan tangan kanannya dipegang tangan Ibu Susi.

Tante Lin dan Ibu Susi sibuk mempermainkan kedua payudara Jenny  sampai akhirnya Ibu Susi kelelahan dan terlentang di samping kanan Jenny . Jenny yang merasa tidak bisa apa-apa ketika kedua payudaranya dipermainkan kedua tamunya kemudian mengangkat kepala Tante Lin yang masih sibuk. Tante Lin tahu diri dan kemudian dia ikut terlentang di samping kiri Jenny . Tidak lama, setelah Jenny  bangkit dari tempat tidur, Tante Lin menghampiri Ibu Susi. Tante Lin dengan cekatan melepas pakaian bagian atas Ibu Susi yang masih berpakaian lengkap.

Sekarang mereka berdua sudah setengah telanjang dan Tante Lin lalu menindih Ibu Susi. Kedua payudara mereka saling menempel. “Ouohh..” Mulut mereka berdua sama-sama mengeluarkan suara yang disambut dengan kedua bibir mereka yang saling berciuman dan perang antar lidah. Jenny sendiri setelah bangkit dari tempat tidur lalu melepas celana jeans yang dipakainya.

Sekarang dia sudah telanjang bulat karena dia tidak memakai celana dalam. Dia mengambil dua buah dildo berukuran 20 cm dari dalam tasnya. Dia berbalik dan melihat ke tempat tidur. Tante Lin dan Ibu Susi sedang dalam puncak kenikmatan. Mereka berdua sudah telanjang bulat. Mereka berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur. Jenny melemparkan salah satu dildo ke tempat tidur.Sedangkan yang satunya sedang menari-nari di kedua payudaranya sendiri.

Dildo tersebut kemudian naik dan masuk ke dalam mulutnya. Dikeluar-masukkan dildo tersebut. Setelah puas, dildo tersebut turun ke bawah. Dimasukkannya dildo tersebut ke dalam lubang kemaluannya sepanjang 15 cm. Diputar-putar dan digesek-gesekkan dildo tersebut dalam lubang kemaluannya sambil dia menari-nari. “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Jenny terkejut dengan suara tersebut dan dilihatnya Tante Lin dan Ibu Susi sama-sama terlentang sehabis lelah bercumbu. Dilihatnya tangan Ibu Susi memberi isyarat untuk menghampirinya. Jenny naik ke tempat tidur dan tangannya menggesek-gesekkan dildo yang dilemparnya tadi ke kedua payudara Ibu Susi bergantian.

Sedangkan dildo yang satunya masih menggantung di kemaluannya sehingga mirip kemaluan laki-laki meskipun sudah keluar dengan panjang 15 cm. Kemudian dildo tersebut dengan pelan-pelan dimasukkan ke dalam lubang kemaluan Ibu Susi. Dikeluar-masukkan seolah-olah Jenny adalah seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi seorang wanita. “Aaahh.. aahh.. aahh..”
Sedangkan dildo yang menari-nari di kedua payudara Ibu Susi sekarang sudah menjelajahi kemaluan Tante Lin . Setelah beberapa menit Jenny mengeluarkan dildo dari dalam liang kemaluannya. Sekarang tangan kanannya mengeluar-masukkan dildo ke dalam lubang kemaluan Tante Lin dantangan kirinya mengeluar-masukkan dildo ke dalam kemaluan Ibu Susi.

Kedua tangan Tante Lin dan Ibu Susi juga tidak tinggal diam. Kedua payudara Jenny yang menantang dijadikan permainan kedua tangan mereka. Diremas, dipilin dan disentil putingnya. “Aaahh.. aahh.. aahh..” Mereka bertiga akhirnya kelelahan. Setelah keluar untuk makan malam, mereka melanjutkan permainan mereka sampai pagi.

Pagi harinya Tante Lin  dan Ibu Susi mengantarkan Jenny ke Bandara. Jenny meninggalkan masing-masing dildo untuk Tante Lin dan Ibu Susi. Keesokan harinya Ibu Susi juga kembali ke Malang karena masa liburannya sudah habis.

KISAH LESBIAN MARTHA


Martha berusia 23 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Dia tinggal di rumah kontrakan di Yogyakarta bagian selatan.

Martha menjadi lesbian karena Tante Lin . Martha dan Tante Lin  sama-sama menjadi anggota sebuah pusat kebugaran terkemuka di Yogyakarta. Suatu sore, Martha dan Tante Lin berada di tempat ganti pakaian pusat kebugaran tersebut. Hanya mereka berdua karena kebetulan hujan turun dengan derasnya dan membuat banyak anggota pusat kebugaran tersebut enggan datang.

Martha melihat Tante Lin yang berdiri beberapa meter dari tempatnya berdiri. Entah mengapa pandangan matanya kali ini beda dari biasanya. Dilihatnya kedua payudara Tante Lin yang seolah-olah ingin keluar dari penutupnya karena ketatnya baju senam yang dipakai Tante Lin . Tante Lin rupanya mengetahuinya.
“Ada apa Mbak?”
“Ah.. Tidak apa-apa Tante.”
“Tidak apa-apa kok melihat kedua payudara saya.”
Martha kaget kalau ternyata Tante Lin mengetahuinya pandangan matanya. Akhirnya keluarlah beberapa kata dari mulutnya.
“Kedua payudara Tante besar dan indah.”
“Punyamu juga besar dan indah.”

Tante Lin lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah bedak talk. Dia kemudian membalikkan tubuhnya dan membelakangi Martha.
“Mbak, bisa Tante minta tolong?”
“Bisa, Tante mau apa?”
Martha menghampiri Tante Lin yang sedang menurunkan pakaian senamnya sehingga sekarang punggungnya terbuka.
“Tolong taburkan bedak talk ini ke punggungku dan gosokkan sekalian.”

Martha menerima bedak talk kemudian menaburkannya ke punggung Tante Lin . Dia lalu menggosoknya dengan biasa saja.
“Aaahh..”
“Kenapa Tante?”
“Tidak apa-apa. Kamu mau tidak menggosok bagian depan?”
“Mau Tante. Tetapi jangan di sini. Nanti ketahuan orang lain.”
“Cuek saja.”

Martha ingin menolak. Tetapi terlambat. Tante Lin sudah membalikkan tubuhnya. Kedua payudaranya yang menantang membuat Martha langsung menaburi bedak talk ke kedua payudara Tante Lin . Digosoknya kedua payudara Tante Lin dengan kedua tangannya. Diremasnya kedua payudara Tante Lin .
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Mbak mau?” tawar Tante Lin .

Tanpa menunggu persetujuan Martha, Tante Lin  sudah menurunkan pakaian senam yang dipakai Martha. Dilihatnya kedua payudara Martha yang hanya terdiam sambil menyerahkan bedak talk. Tante Lin menerima bedak talk tersebut dan didorongnya Martha ke tembok. Martha disandarkan ke tembok dan mulut Tante Lin sudah menjilati payudara kiri Martha. Sedangkan tangan kirinya mengusapkan bedak talk ke payudara kanan Martha. “Ehmm.. ehmm.. ehmm..”

Hanya itu yang keluar dari mulut Martha. Tangannya meraih tangan kiri Tante Lin  dan melepaskan bedak talk yang dipegangnya. Dibimbingnya tangan kiri Tante Lin untuk membelai payudara kanan Martha. Tante Lin tidak hanya membelai tetapi juga memilin-milin puting payudara kanan Martha.”Aaahh.. aahh.. aahh..” Mendengar suara itu Tante Lin semakin bergairah untuk mencumbui Martha.

Dilepaskannya pakaian senam yang dipakai Martha yang masih menutupi bagian bawah tubuhnya sambil tetap memainkan kedua payudara Martha. Mulutnya turun ke bawah. Mulutnya tepat pada kemaluan Martha. Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Martha berulang-ulang.

Sekarang Tante Lin sudah menjilati kemaluan Martha sambil jari telunjuk tangan kanannya membuka lubang kemaluan Martha dan tangan kirinya masih menikmati permainan kedua payudara Martha. Lidahnya dimasukkan ke dalam celah lubang kemaluan Martha. Lidah Tante Lin sudah merasa puasbermain-main di kemaluan Martha. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam liang kemaluannya.

Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Tante Lin rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Tante Lin dalam mempermainkan kemaluan Martha. Berkali-kali Martha mendesah. “Aaahh.. aahh.. aahh..” 
Tante Lin  menghentikan permainannya sebentar. Dia melepaskan apa yang masih menutupi tubuhnya. Kemudian dengan bantuan jari-jari pada kedua tangannya Tante Lin menempelkan kemaluannya ke kemaluan Martha.

“Aaahh.. aahh.. aahh..” Suara yang keluar dari mulutnya dan mulut Martha disambut dengan menempelnya kedua payudara Tante Lin pada kedua payudara Martha. “Ouohh..” Lagi-lagi suara yang keluar dari mulut mereka berdua disambut dengan menempelnya kedua bibir mereka. Mereka berciuman dengan saling berebutan untuk menjilati lidah. Tante Lin menggerak-gerakkan tubuhnya.

Kedua payudaranya dan kedua payudara Martha saling bergesekan. Begitu juga dengan kedua kemaluan mereka. Setelah beberapa saat Tante Lin menghentikan permainan itu. Dia melepaskan tubuhnya pada tubuh Martha. Dia berbalik dan membungkuk mengambil pakaiannya. Ketikadia berdiri, dari belakang Martha memeluknya.
“Kamu belum puas?”
“Belum Tante.”
“Benar?”
“Benar Tante.”

Kemudian Tante Lin membalikkan tubuhnya dan bersamaan dengan itu Martha ganti mendorongnya ke tembok. Dilihatnya lagi kedua payudara Tante Lin . Kemudian digesek-gesekkan puting kedua payudaranya ke kedua puting payudara Tante Lin . Keduanya sama-sama mengeluarkan suara. “Ouohh..”

Bibir Tante Lin ingin mencium bibir Martha. Tetapi sengaja Martha menghindar. Martha lalu ganti ingin memperlakukan Tante Lin seperti apa yang telah diperlakukan padanya. Mulut Martha lalu turun ke bawah menjilati payudara kanan Tante Lin . Sedangkan tangan kanannya membelai payudara kiri Tante Lin dan juga memilin-milin puting payudara kiri Tante Lin .

Mulutnya turun ke bawah sambil tetap mempermainkan kedua payudara Tante Lin . Mulutnya tepat pada kemaluan Tante Lin . Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Tante Lin berulang-ulang. Sekarang Martha sudah menjilati kemaluan Tante Lin sambil jari telunjuk tangan kirinya membuka kemaluan Tante Lin dan tangan kanannya masih menikmati permainan kedua payudara Tante Lin .

Lidahnya dimasukkan ke dalam celah kemaluan Tante Lin . Lidah Martha sudah merasa puas bermain-main di liang kemaluan Tante Lin . Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Martha rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Martha dalam mempermainkan lubang kemaluan Tante Lin . Berkali-kali Tante Lin mendesah. “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Akhirnya mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus. Tante Lin  menambahi dengan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Martha.
Martha mengikutinya dengan juga memasukkan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Tante Lin . Bibir mereka melepaskan ciuman dan keluarlah suara.. “Aaahh.. aahh.. aahh..”
Demikianlah keduanya mencapai puncak orgasme setelah memainkan lobang pantat masing-masing.

KISAH LESBIAN WIDYA DAN SUSAN


Widya berusia 22 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Sedangkan Susan berusia 26 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai karyawan sebuah kantor swasta di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal di asrama putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.

Mereka berdua menjadi lesbian ketika suatu pagi berebutan kamar mandi. Ada 2 kamar mandi di asrama yang berpenghuni cuma 4 orang. Satu kamar mandi sedang dipakai orang. Sedangkan yang satu masih kosong. Secara serempak mereka berdua sudah berada di depan kamar mandi.
“Aku tergesa-gesa,” kata Widya.
“Aku juga tergesa-gesa,” kata Susan.
Mereka terdiam beberapa saat sampai kedua mulut mereka serempak mengeluarkan suara.
“Sama-sama saja.”

Mereka berdua langsung masuk ke kamar mandi dan Susan mengunci pintu kamar mandi tersebut.
“Tapi bagaimana caranya. Gayung cuma satu, sabun cuma satu, pasta gigi cuma satu,” kata Susan.
“Iya. Dan juga aku malu kalau telanjang,” kata Widya.
“Kalau itu tidak masalah. Kita saling membelakangi.”
“Begini saja. Kamu dulu yang mandi. Aku gosok gigi dulu.”

Kemudian Susan melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di belakang pintu kamar mandi. Dan di belakangnya Widya berdiri menunggu di pinggir bak mandi. Lalu mereka berputar haluan. Ganti Widya yang melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di belakang pintu kamar mandi.

Kemudian dia menggosok giginya. Di belakangnya Susan sedang mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah cukup, mereka berputar haluan kembali. Susan dengan membawa sabun berdiri menghadap pintu. Sedangkan di belakangnya giliran Widya yang mengguyur tubuhnya dengan air. Kemudian..
“San, sabunnya sudah?”
“Sudah. Ini,” kata Susan sambil membalikkan tubuhnya yang penuh busa sabun.

Bersamaan dengan itu Widya juga membalikkan tubuhnya. Mereka kaget dan serentak menutupi tubuh seadanya. Tangan kanan mereka menutupi kedua payudara dan tangan kiri mereka menutupi kemaluan. “Aku sudah lihat punyamu Wid. Buka saja. Kenapa ditutup?” Widya tidak membuka tangan kanannya yang menutupi kedua payudaranya.

Dibukanya tangan kirinya dan dibukanya tangan kanan Susan yang menutupi kedua payudaranya. Susan diam saja ketika Widya membelai payudara kirinya yang penuh busa sabun dan meremasnya. Dipilinnya puting payudara Susan. Yang keluar dari mulutnya hanya sebuah suara. “Aaahh.. aahh.. aahh..” Setelah Widya puas Susan berkata, “Punyamu aku sabuni ya?” Widya hanya mengangguk dan membuka tangan kanannya yang masih menutupi kedua payudaranya.

Susan kemudian mengusapkan sabun yang sejak tadi dipegangnya ke payudara kanan Widya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya mengambil busa sabun dari payudara kirinya sendiri dan diusapkan ke payudara kiri Widya. Tidak lupa kedua puting Widya juga dipilin-pilin. Susan tidak hanya menyabuni kedua payudara Widya. Seluruh tubuh Widya disabuninya dengan usapan yangmenggairahkan sambil kedua payudaranya sendiri sesekali disentuhkan ke tubuh Widya. “Ehmm.. ehmm.. ehmm..” Ganti Widya yang mengeluarkan suara dari mulutnya.

Tubuh mereka berdua sudah penuh dengan busa sabun. Susan dari belakang memeluk Widya dan kedua tangannya bergerak ke seluruh tubuh Widya. Widya yang dipeluk tidak ingin kenikmatan itu hanya milik Susan. Kedua tangannya juga bergerak ke seluruh tubuh Susan. Dia berkata sambil mendesah, “San.. tadi sebetulnya kamu tidak usah membalik tubuhmu. Cukup aku saja. Jadi kita tidak begini akhirnya.”
“Maksudku juga begitu. Aku membalikkan tubuhku dengan harapan kamu tetap menghadap bak kamar mandi.”

Kemudian sambil tetap dipeluk Susan, Widya membalikkan tubuhnya sehingga kedua payudara mereka saling menempel. “Ouohh..” Mereka berdua saling menggesekkan kedua payudara mereka sampai akhirnya mereka berdua sadar dengan apa yang terjadi dan serempak berkata, “Kita kan tergesa-gesa.” Mereka melepaskan pelukan dan karena Susan yang mendapatkan gayung lebih dulu dia yang membilas tubuhnya. Widya tidak sabar dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Susan. Mereka berdua kembali terlena dengan keadaan tubuh yang baru terkena satu guyuran air.

Mereka berdua saling membersihkan sisa busa sabun pada tubuh mereka berdua. Desahan-desahan kenikmatan keluar dari mulut mereka berdua. “Ehmm.. ehmm.. ehmm..” Beberapa menit mereka saling membersihkan busa sabun sambil sesekali tubuh mereka diguyur air. Setelah selesai mereka mengeringkan tubuh mereka dengan handuk. Mereka keluar bersama-sama dan Widya berkata kepada Susan, “San, nanti malam lagi ya?” Susan hanya mengangguk.

Dan tanpa menunggu malam ketika sore hari Widya selesai mandi, Widya waktu itu berani hanya melilitkan handuk ke tubuhnya karena keadaan asrama sedang sepi. Dia kaget melihat Susan sudah berada di dalam kamarnya masih dengan memakai pakaian kerjanya. Dia hanya sebentar kaget kemudian tersenyum. “Wid, aku sebetulnya mau menyusul kamu mandi. Tetapi kamu mungkin tidak dengar.

Jadi aku tunggu di sini.” Widya menghampiri Susan yang duduk di tepi tempat tidur dan duduk di sampingnya. Dibelainya paha Susan yang tidak tertutupi rok mini yang dipakainya.Kemudian, “Sebentar ya San. Aku pakai pakaian dulu.” Widya kemudian berdiri menghampiri lemari dan di depan lemari dia melepaskan handuknya. Dia mencari-cari pakaian dari dalam lemari.
“Kamu menantang aku ya? Tidak usah pura-pura cari pakaian.”
“Rupanya kamu tahu.”

Widya kemudian membalikan tubuhnya dan dilihatnya Susan sedang melepaskan BH-nya dan kemeja yang dipakainya hanya dilepaskan kancingnya. Setelah BH Susan terlepas, dengan cepat kedua tangan Widya melepaskan kemeja yang dipakai Susan sambil bibirnya mendarat di bibir Susan. Mereka berciuman dan saling menjilat lidah. Kedua payudara mereka saling menempel.
Kedua puting payudara mereka saling digesekkan. Kemudian Widya menghentikan ciumannya dan dia duduk bersimpuh di depan Susan. Dibelainya paha Susan dengan kedua tangannya. Sedangkan Susan menikmati remasan kedua tangannya pada kedua payudaranya. Kedua tangan Widya lalu naik ke atas dan masuk ke dalam rok mini yang dipakai Susan. Dia berusaha melepaskan celana dalam yang dipakai Susan. Berhasil.

Pada waktu yang sama Susan yang mengetahui Widya sedang berusaha melepaskan celana dalamnya lalu menghentikan remasan pada kedua payudaranya. Kedua tangannya melepaskan rok mini yang dipakainya. Sekarang Susan sudah telanjang bulat. Widya kemudian membimbing Susan ke tempat tidur. Dan mereka pun bercumbu dengan nikmatnya hingga fajar menyingsing. Dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang mengamati percumbuan mereka..

KISAH LESBIAN ANITA DAN ANGGA


Anita berusia 17 tahun dengan ukuran payudara 34 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus siswa sebuah SMU di Yogyakarta. Sedangkan Angga berusia 23 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal di asrama putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.

Mereka berdua menjadi lesbian ketika suatu sore Angga yang baru pulang dari rumah temannya mendengar suara-suara aneh dari kamar Widya. Angga penasaran dan melihat pintu kamar Widya sedikit terbuka. Dilihatnya Widya yang sedang menjilati kemaluan Susan dan tangan Susan yang meremas payudara kanannya sendiri. Tubuh mereka berdua telanjang dan banjir keringat. Tanpa sadar tangan Angga bergerak ke atas dan meremas kedua payudaranya sendiri yang masih ditutupi pakaiannya.

Dia lalu tersadar dengan apa yang telah dilihatnya. Kemudian dia beranjak dari samping pintu kamar Widya dan masuk ke kamarnya. Dia kemudian melepas pakaiannya. Dia teringat kejadian di kamar Widya. Entah mengapa kemudian Angga yang tinggal memakai pakaian dalam kemudian menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dilepasnya BH yang masih dipakainya. Kemudian dia meremas kedua payudaranya.
“Aaahh.. aahh.. aahh..” Angga terus meremas kedua payudaranya dan sesekali memilin putingnya sambil membayangkan Widya dan Susan masuk ke kamarnya. Dia berdiri dan Widya dari depan tanpa bertanya lagi melepas celana dalam yang dipakai Angga dan lalu menjilati kemaluannya. Sedangkan Susan dari belakang melepas BH yang dipakai Angga dan kemudian dari belakang meremas kedua payudaranya. “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Tangan Angga menghentikan remasan pada kedua payudaranya dan turun ke bawah. Tangannya dimasukkan ke dalam celana dalamnya. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. “Aaahh.. aahh.. aahh..”
Setelah beberapa lama bermasturbasi, Angga akhirnya tertidur dalam keadaan tinggal memakai celana dalam. Keesokan harinya Angga terbangun setelah mendengar pintu kamarnya diketok. Dia membuka matanya dan memperhatikan jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 10:00. 

Angga terkejut karena dia bangun kesiangan dan dia akhirnya lega ketika mengetahui bahwa hari ini dia libur kuliah. Terdengar pintu kamarnya diketuk lagi. Dia lalu bangun dan mengambil daster kaos dari dalam lemari dan dipakainya. Dibukanya pintu kamarnya dan dilihatnya Anita yang masih menggenakan seragam sekolahnya.
“Mari masuk Nit!”
Kemudian Anita masuk.
“Kamu kesiangan juga Nit?” tanya Angga.
“Aku pulang pagi Mbak,” jawab Anita sambil duduk di karpet yang ada di kamar Angga.
Dia mengambil sebuah majalah tetapi tidak dibacanya.
Dia bertanya kepada Angga, “Mbak. Tadi malam lihat tidak?”
“Lihat apa?”
“Di kamar Mbak Widya.”

Angga terkejut mendengar perkataan Anita. Kebetulan, pikir Angga.
“Kamu mau melakukannya?”
Tanpa menunggu persetujuan Anita, tangannya sudah memegang tangan kanan Anita dan diremaskannya ke payudara kirinya. Tangan kiri Anita dengan sendirinya membelai paha Angga dan bibirnya dengan pelan mendarat di bibir Angga. Keduanya berciuman dan saling perang antar lidah. 

Tangan Angga melepas kancing baju seragam yang dipakai Anita.
Anita menghentikan ciuman dan belaiannya pada paha Angga. Dia melepas baju seragamnya. Kemudian mengangkat daster kaos yang dipakai Angga sampai terlihat kedua payudaranya. Dibelainya payudara kanan Angga. Angga pun melepasdaster kaosnya sehingga Anita dengan leluasa menghisap payudara kiri Angga sambil tetap membelai payudara kanannya.
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Ehmm.. ehmm.. ehmm..”

Tangan Anita menghentikan belaiannya pada payudara kanan Angga. Dan kini dihisapnya payudara kanan Angga sambil dia melepas kaos dalam dan BH yang masih dipakainya. Dia lalu menelentangkan Angga dan menindihnya sehingga kedua payudara mereka saling menempel. Kedua puting payudara mereka saling digesekkan. “Ouohh..”

Setelah beberapa lama saling menggesekkan kedua payudara. Anita kemudian menggeser tubuhnya ke samping Angga sambil tetap tengkurap. Dilepasnya rok seragam yang masih dipakainya dan tidak ketinggalan celana dalamnya. Angga juga melepas celana dalamnya dan duduk sambil membelai punggung Anita. Dia kemudian menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke punggung Anita. Anita lalu ikut duduk dan mereka berdua saling membelai kedua payudara. “Ehmm.. ehmm.. ehmm..”
Anita menceritakan bahwa semalam dia yang baru pulang dari berbelanja keperluan sekolahnya. Dia melewati kamar Widya dan tanpa sengaja melihat Widya dan Susan berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus.

Mereka berdua saling mengocok lubang pantat dengan jari telunjuk tangan kanan. Angga terangsang dengan cerita Anita dan kini mereka berdua sudah saling menjatuhkan. Anita kalah dan kemaluannya langsung digarap oleh Angga. Dia menungging dan dikangkangnya kaki Anita. Mulutnya tepat pada kemaluan Anita. Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Anita berulang-ulang.

Sekarang Angga sudah menjilati liang kemaluan Anita sambil jari telunjuk tangan kirinya membuka lubang kemaluan Anita. Lidahnya dimasukkan ke dalam celah lubang kemaluan Anita. Lidah Martha sudah merasa puas bermain-main di kemaluan Anita.
Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Angga rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Angga dalam mempermainkan lubang kemaluan Anita. Berkali-kali Anita mendesah. “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Kini puting payudara kiri Angga digesek-gesekkan ke kemaluan Anita. Kedua tangannya juga meremas kedua payudara Anita bekerja sama dengan kedua tangan Anita. “Aaahh.. aahh.. aahh..” Akhirnya Angga menghentikan permainannya. Dia berdiri dan Anita juga ikut berdiri. Angga membungkukkan badannya dan berpegangan pada kursi. Kakinya dikangkangkan.
Anita tahu maksudnya. Dia merebahkan tubuhnya tepat di bawah tubuh Angga. Kedua tangannya kemudian meremas kedua payudara Angga. Kemudian kedua tangannya menuju lubang kemaluan Angga. Jari telunjuk tangan kirinya membuka lubang kemaluan Angga. Kemudian jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan.

Jari-jarinya juga dikeluar-masukkan ke dalam lubang pantat Angga. “Aaahh.. aahh.. aahh..” Pelan-pelan tubuh Angga turun ke bawah dan lubang kemaluannya tepat di lubang kemaluan Anita. Dia menindihi Anita. Tetapi mereka berdua tidak melakukan apa-apa. Kemudian Angga berdiri dan duduk di kursi. Anita juga ikut berdiri.
“Sini Nit.!”

Anita kemudian menghampiri Angga. Angga membimbing Anita untuk duduk di pangkuannya dengan posisi terbalik. Mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Setelah beberapa lama Anita bangkit dari pangkuan Angga. Dia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Angga ingin menghampirinya. Tetapi mereka berdua serentak membenahi pakaiannya ketika mendengar suara mobil masuk ke dalam asrama.

KISAH LESBIAN IBU ANA


Ibu Ana berusia 37 tahun dengan ukuran payudara 42 dan tubuh yang ideal. Dia seorang ibu rumah tangga yang mengelola asrama putri yang didiami oleh Widya, Susan, Anita dan Angga. Ibu Ana menjadi lesbian karena Anita. Ketika suatu siang dia ke asramanya dan diterima oleh Anita yangbaru saja bercumbu dengan Angga. Dia memakai daster kaos milik Angga.
“Mari Bu!” kata Anita mempersilakan Ibu Ana duduk.
“Bagaimana kabar anak-anak sini,” sambil dia duduk di sofa panjang.
Anita kemudian menceritakan keadaan teman-teman satu asramanya. Tiba-tiba Angga muncul.
“Maaf Bu, saya mau pergi,” kata Angga.
“Silahkan,” jawab Ibu Ana.

Ketika itu Anita tanpa sengaja melihat kedua payudara Ibu Ana yang masih ditutupi pakaiannya.
“Ada apa Nit?” tanya Ibu Ana.
“Tidak apa-apa Bu,” jawab Anita.
“Ibu darimana?” sambung Anita.
“Berbelanja.”

Ibu Ana lalu mengeluarkan beberapa barang dari tas plastik dan diletakkan di meja. Barang-barang itu memang disediakan Ibu Ana setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di asramanya. Kebetulan Ibu Ana memperoleh menjadi anggota dari sebuah agen produk kecantikan. Anita tertarik pada sebuah barang yang setelah dikeluarkan dari tas plastik tidak diletakkan di meja tetapi dimasukkan ke tas kecilnya.
“Itu apa Bu?”
“Ini buat Ibu.”

Diserahkannya sebuah botol kecil ke Anita. Sebuah cream untuk membantu memperbesar dan memperindah payudara.
“Jadi ini ya? Yang membuat payudara ibu jadi besar itu. Saya mau Bu.”
“Itu buat kamu saja. Nanti Ibu beli lagi.”
“Caranya bagaimana Bu?”
“Tinggal diusap saja di payudaramu.”
“Beri contoh Bu.”
“Malu saya kalau..” Ibu Ana menghentikan perkataannya.
“Malu apa Bu?”
Ibu Ana hanya diam.
“Malu telanjang ya?”

Ibu Ana hanya menggangguk.
“Kenapa malu Bu. Ibu harus bangga mempunyai payudara besar. Atau begini saja Bu. Kalau Ibu malu, aku juga lepas pakaian. Jadi kita sama-sama malu.”
Ibu Ana ingin mencegah Anita melepas pakaiannya. Terlambat. Anita sudah melepas daster kaos yang dipakainya.
“Ibu curang. Kenapa tidak lepas pakaian? Aku yang lepas ya Bu?”

Anita menghampiri Ibu Ana yang setengah menghindar untuk dilepas pakaiannya. Tetapi akhirnya Anita berhasil melepas kaos ketat termasuk BH yang dipakai Ibu Ana. Dibelainya kedua payudara Ibu Ana. Ibu Ana sendiri juga membelai kedua payudara Anita.
“Payudaramu juga indah.”
“Tetapi tidak besar Bu. Bagaimana cara menggunakan cream ini Bu?”
Ibu Ana menghentikan keasyikannya membelai kedua payudara Anita. Dia mengambil botol cream tersebut.

Dibukanya dan diambil sedikit. Diusapkannya cream tersebut ke payudara kirinya. Diratakan dan diremas-remas. Anita mengikutinya. Tetapi tidak ke payudaranya. Diambilnya sedikit cream dan diusapkan ke payudara kanan Ibu Ana. Anita melakukannya dengan gairahnya yang memanas. Ibu Ana ingin menghindar. Tetapi dia merasakan bahwa remasannya lebih nikmat dari remasan suaminya sendiri. Dia mendiamkan Anita meremas kedua payudaranya. Dia bahkan menikmatinya dan ikut meremas kedua payudara Anita tanpa memakai cream. “Aaahh.. aahh.. aahh..”

Keduanya berpandangan dan tersenyum. Anita kemudian memegang kepala Ibu Ana dan diletakkan di payudara kirinya. Entah mengapa, seolah-olah sudah pernah melakukan. Bibir Ibu Ana menghisap payudara kiri Anita. Tangannya membelai dan meremas payudara kanan Anita. Kemudian Ibu Ana merasa puas dan kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa panjang tersebut sambil kakinya masih di bawah.

Anita mengangkat kaki Ibu Ana ke atas kemudian dia menduduki paha Ibu Ana bagian atas. Diremasnya kedua payudara Ibu Ana sambil memilin-milin puting payudara kanan Ibu Ana. Tangan Ibu Ana tidak tinggal diam. Dia ingin juga meremas kedua payudara Anita. Tetapi Anita pintar menghindar sehingga Ibu Ana setengah jengkel hanya bisa membelai punggung Anita.
Tidak lama setelah itu Ibu Ana mendorong punggung Anita sehingga tubuh Anita menindih tubuh Ibu Ana. Kedua payudara mereka saling menempel. Kemudian mereka saling menggesek-gesekkan puting kedua payudara. Keduanya sama-sama mengeluarkan suara.
“Ouohh..”
“Ehmm.. ehmm.. ehmm..”

Anita duduk lagi dan membersihkan cream yang menempel di kedua payudaranya gara-gara didorong Ibu Ana. Ibu Ana membantu membersihkan tetapi tidak sekedar membersihkan. Diremasnya payudara kanan Anita dan sekaligus memilin puting payudaranya. Anita selesai membersihkan cream di kedua payudaranya dan lalu membersihkan kedua payudara Ibu Ana.
Setelah selesai, Anita memegang kedua tangan Ibu Ana yang asyik mempermainkan kedua payudaranya. Diletakkannya kedua tangan Ibu Ana ke pundaknya dan mendorong sendiri tubuhnya menindih Ibu Ana kembali. Kembali kedua payudara mereka saling menempel. Keduanya kembali sama-sama mengeluarkan suara.”Ouohh..”

Kemudian Anita duduk lagi dan mengambil sebuah botol yang ada di meja. Botol tersebut mirip sebuah penis. Disentuhkannya botol tersebut ke bibir Ibu Ana. Ibu Ana yang telah mencapai puncak kenikmatan berusaha mencoba untuk menghisap botol tersebut. Tetapi Anita sengaja hanya menyentuhkannya. Dia menarik botol tersebut dengan lembut turun ke bawah melalui leher danakhirnya sampai diantara kedua payudara Ibu Ana.

Botol tersebut digesek-gesekkan turun-naik dan Ibu Ana mengimbangi dengan memegang kedua payudaranya. Dijepitnya botol tersebut dengan kedua payudaranya sedangkan Anita masih terus menggesek-gesekkannya secara turun-naik. Tangan kanannya membelai kedua payudara Ibu Ana bergantian. Anita menghentikan gesekannya dan botol tersebut kini pindah ke payudara kanannya. Disentuhkannya botol tersebut mengelilingi payudara kanannya dilanjutkan dengan aksi botol tersebut mengelilingi payudara kirinya. “Ehmm.. ehmm.. ehmm..”

Ibu Ana hanya melihat, dan setelah Anita selesai dengan permainannya, dia memegang tangan Anita yang memegang botol tersebut. Didorongnya botol tersebut ke mulutnya. Anita lalu mengeluar-masukkan botol tersebut sambil salah satu tangannya dibimbing oleh kedua tangan Ibu Ana untuk meremas kedua payudaranya.
Setelah beberapa lama, Anita lalu mengeluarkan botol tersebut dan botol tersebut yang basah 
diusapkan ke payudara kirinya. Kemudian botol tersebut diletakkan ke meja kembali. Ibu Ana yang melihat payudara kiri Anita basah lalu membersihkan dengan belaian tangannya yang lembut. Kembali mereka terlena dengan belaian-belaian yang menggairahkan dilanjutkan dengan saling meremas.

Setelah puas saling meremas kedua payudara, Anita lalu menyentuhkan kedua puting payudaranya ke kedua puting payudara Ibu Ana. Pelan-pelan dia turun menindihi Ibu Ana sehingga kedua payudara mereka saling menempel. “Ouohh..”
Tidak puas begitu saja, keduanya kemudian melanjutkan permainan binal tersebut hingga titik kenikmatan penghabisan. Sungguh Nikmat hidup ini. 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.08 | 0 komentar

Sabtu, 30 Januari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Duo Tante Hyper

Kisah Nyata Cerita Dewasa Duo Tante Hyper

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Duo Tante Hyper merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya.

Setiap kali bercinta, istriku bisa sampai 3 – 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.

Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan percintaan. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.
Kisah ini berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.
“Eh, Edi emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Edi, salah seorang dari kawanku. Cerita Sex 2016

“Sabaarr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya.
10 menit kemudian, saat aku akan menyulut Rokok ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Edi. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya.

Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
Edi yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
“Lina..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
“Indah..” sahut gadis manis disampingnya.

Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Edi dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lina dan Indah. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami.

Aku sendiri duduk di dekat Lina, sementara Indah serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lina sendiri sudah habis satu Pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Indah yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Indah, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Indah dan mengambil duduk di antara Indah dan Lina. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
“Boy.., I want your sperm tonight Honey..” bisik Lina lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.

Indah yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee
Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.

“Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lina padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Indah membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
“Gini lho Tan.. mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Indah diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
“Aaakkhh..” pekikku tertahan saat Indah spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.
“Oookh My Godd.. sshh.. aakk..” desahku.

Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Indah betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lina lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.
“Aaakk.. mmhh..” desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
“Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus..” bisikku dalam hati.

Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lina dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lina, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lina, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).
Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.

Bukit indah Tante Lina adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian,
“Oookkhh.. Nimaatthh.. Sayy.. seddootthh.. terruusshh..” desah Lina terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
“Ssshh.. terusshh.. Sayy..” Lina mendesis seperti ular.
Tiba-tiba,
“Teett..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda 10 menit lagi akan berakhir.

Aku melihat Adi dan Edi tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
“Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.
“Emmhh.. Oke..” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.

Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Edi, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lina.
“Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
“Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lina kepada Indah.
“Baik Tan.. Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Indah.

Rupanya Tante Lina adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.
Begitu masuk, Tante Lina lalu mengunci pintu, aku dan Indah mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Indah, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.

“Inn..” bisikku mesra kepada Indah mengawali percumbuanku.
Indah yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kEdisongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
“Sreett..” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Indah terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.

Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
“Wuuaahh.. sshh.. terusshh.. nikkmatthh..” desah Indah keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lina di kamar mandi yang begitu lama.
“Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.
“Emmhh..” desah Indah sedikit kesal.

Akan tetapi, aku melihat Indah melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lina lagi meregang orgasmenya.
“Aaakkhh.. sshh.. sshh..” desah Tante Lina, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lina pun tidak melihatku.
“Boyy..” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
“I.. ii.. yaa.. Tan..?” sahutku agak kaget.
“Sini doongg..! Hangatin vagina Lina dengan penis Kamu yang.., ookkhh..” Tante Lina terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Lina di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
“Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati.

Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lina pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lina nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
“Mmmpphh.. ookkhh.. setubuhi aku Boy..! Cepeetthh..!” pinta Tante Lina sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Baik.. Liss.. Terima penisku yang panjaangg..” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
“Oohh.. mmpphh.. nikmatthh..” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
“Kocokkhh.. yaacchh.. terusshh.. aakhh.. nimat bangeetthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.

Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
“Aaakkhh.. oohh.. nimatthhnyaa.. ookkhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
10 detik kemudian,
“Nngghh.. aakkhh.. sshhff.. ookkhh.. Boyy.. kocokk.. lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lina diiringi geliat liar tubuh indahnya.
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
“Akkhh..” teriakku pelan saat Tante Lina menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Lina sudah mulai ngilu.

Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lina sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lina diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lina dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lina yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Indah yang juga lagi meregang orgasmenya dan Indah tampaknya lebih liar dari pada Lina, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.
“Aaaookkhh.. sshh.. aakkhh.. aakkhh..” jerit Indah keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.

Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Indah itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
“Booyy.. ayyook terusinn..!” pinta Tante Lina diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Indah yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lina. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lina dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Indah yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lina.
“Ookkhh.. Terusin Kee..!” pinta Tante Lina saat Indah menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lina.

Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Indah menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lina rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh Lina bagaikan daging burger di antara aku dan Indah, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
“Oooaakkhh.. nngghh.. ohh.. nngghh.. Kocok terushh.. yaa.. iyaa.. teruss..!” desah Tante Lina keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lina menggeliat-geliat liar.

Indah masih aktif membantu Tante Lina menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lina melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Indah hingga Tante Lina tampak lebih histeris lagi dari yang tadi.

Kuraba raba punggung Lina sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Indah memainkan peran di lubang anus Tante Lina, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lina.
“Oookkhhghh.. Goddhh.. Ke.. truuss.. Yanng.. ookkhh, kontholl.. akkhh.. sshh..” ceracau Tante Lina tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.

Kedua lubang Tante Lina terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lina saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lina.
“Oookkhh.. Lisshh.. nikmathh.. vaginamu.. Akkhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
“Booyy.. Akuu.. mmhh.. mauu..” seru Tante Lina menyambut orgasmenya.

Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
“Sssebentar.. Liss.. Kita keluar bareng..” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.
Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
“Liss.. Aku nyammppaaii.. uuaakkhh.. aakkhh.., aakhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lina, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lina.
“Sseerr.. serr..” kurasakan cairan Tante Lina mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lina meregang nikmat.

Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lina histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Indah juga mempercepat kocokan di anusnya.
“Aaakkhhggh..” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lina. Indah tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lina erat dan berbisik,
“Enak khan Tann..?”
Tante Lina sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Indah, aku mengecup mesra Tante Lina dan beralih kepada Indah untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.

Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lina tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Indah lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lina amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.

“Oookkhh.. sshh..” desis Tante Lina saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Indah sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
“Oookkhh.. gellii.. sshh.. teruss.. Kee..!” pintaku pada Indah saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
“Oaakhh.. aakkhh.. sshhsshshh..” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.

Indah masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
“Oookkhh.. teruss.. hisapphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Indah untuk melakukan lebih dalam lagi.
“Ooouakghh.. Plop..” tiba-tiba mulut Indah melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
“Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Indah.
Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Indah disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Indah tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Indah akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lina.

“Mass.. sshh.. ookkhh.. masukin Aku.. ookkhh.. mmpphh..” pinta Indah sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Indah yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Indah melihat orgasme dari Tante Lina sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.

“Bless..” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan,
“Aaakkhh.. mmpph..” guman Indah yang membuat Tante Lina tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lina mengambil posisi memangku kepala Indah di paha kanannya dan membelai lembut kening Indah.
“Aaawww.. ookkhh.. gelli.. Massh..” teriak Indah saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
“Mass.. dikocok pelaann.. yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.

Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Indah mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Indah mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lina untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.

“Oookhh.. Masshh.. aakuu.. hammppirr..!” bisik Indah saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
“Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lina lagi.
“Akkhhgghh.. sshh.. mmpphh..” desahku dan Indah bersamaan saat telunjuk Tante Lina mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Indah.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Indah. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.

“Oookkhh.. Taan.. aakk.. kuu tak kuu..atthh..” teriak Indah mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lina dan hisapan vagina Indah bersamaan. Demikian pula Indah. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lina membuatnya lupa daratan.
“Aaagghh.. ookkhh.. ookkhh.. aakkhhg.. mm.. sshshh.. awww.. sshh..” ceracauku dan Indah tidak beraturan.

Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Indah meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lina dan aku juga merasakan aliran mani Indah dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Indah dan Tante Lina mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.

Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lina ataupun Indah atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lina dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.26 | 0 komentar

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Jual Property Rangkap Sewain Tubuh

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Jual Property Rangkap Sewain Tubuh

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Jual Property Rangkap Sewain Tubuh merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Perkenalkan namaku Acong, saat ini aku bekerja di salah satu pengembang perumahan ibukota . Karena tugasku banyak berhubungan dengan transaksi akad kredit perumahan jadi aku lebih banyak di tugaskan stay di salah satu bank yang mengurusi transaksi perumahanku.
Aku hanya ingin berbagi pengalamanku yang sulit untuk dilupakan he..he..he…
Seperti biasa setiap hari senin setelah kami melakukan rapat, saya langsung meluncur ke salah satu bank yang biasa kami lakukan transaksi akad kredit, dan hampir semua pengembang yang melakukan transsaksi akad kredit di bank tersebut selalu menempatkan orangnya seperti saya . sampai sampai diantara kami sudah saling kenal.

Saat kami sedang mengurus beberapa dokumen KPR saya melihat ada seorang wanita cantik dan yang sedang duduk di bangku antrian karena saat itu tidak terlalu padat pengunjung saya mencoba mendekati wanita itu….. dan dengan sedikit basa basi akhirnya terjadilah percakapan kami berdua. Ternyata dia pun sama seperti aku merupakan salah satu utusan dari salah satu pengembang perumahan di daerah bekasi.

Tika namanya hidung yang mancung dengan bentuk muka yang oval serta warna kulit sawo matang di tambah dengan Alis matanya yang tebal membuat aku betah berlama lama ngobrol sama dia. Apa lagi saat itu dia menggunakan pakaian semacam kemeja putih yang di padu dengan renda renda sehingga nampak jelas dadanya yang padat ber isi menonjol kedepan , dia mengenakan rok yang cukup pendek dengan warna sedikit gelap , sehingga nampak jelas pahanya yang mulus dengan sedikit di tumbuhi bulu bulu halus membuat mataku berkali kali mencuri pandang ………pahanya …..

Jujur yang paling bikin hati ini bergetar adalah pada saat dia melirikkan matanya yang manja sambil sedikit tersenyum …..waoow….. rasanya jantung ini terhenti kawan…..
Dari sejak pertemuan pertama itulah akhirnya kami sering ketemuan dan semakin akrab …. Dan terkadang akupun sering membantu dia kalo mengalami kendala karena dia ternyata masih baru bekerja di bidang ini. Cerita Sex 2016

Dari seringnya kami mengobrol akhirnya sayapun tahu bahwa dia ternyata seorang janda yang baru satu tahun di tinggal suaminya dan masih belum punya anak ….
“Tika udah beres kerjaanya “ sapaanku saat itu
“udah mas, hanya tinggal menunggu satu SP3 lagi katanya sih sedang nunggu di tanda tangan kepala cabang, itu pun kalo di ambil besok ga apa apa ko, emang kenapa mas “
“kita hang out yuuuuk “ jawabanku sekenanya ……..
“hayuuuuk’’ jawabanya mengagetkanku …….
“ cius nih ti……. “
“ Iya serius, Aku juga udah suntuk nihh pengen penyegaran… udah lama kaga pernah hang out “

Tak kusia siakan kesempatan ini dan langsung aku ambil tasku dan kunci mobilku ….dan kami berdua langsung meluncur ke salah satu Mal yag ada di daerah kelapa gading….
Rasanya waktu itu cepat sekali berlalu …. Setelah kami keliling keliling dan melihat lihat sekeliling mall akhirnya kamipun mencari food court untuk mengganjal perut ini yg sudah keroncongan. Sambil makan kami terlibat lagi obrolan yg cukup mengasikann…. Dan terkadang sayapun menggoda dia ……..

”Ti …apa.ga bosan hidup sendirian terus….. apa kaga kangen sama …… “
“ hayo sama apaan ….? ” Sambil mengerlikan matannya yang manja dan sedikit tersenyummmm……
”nganu he..he..“ jawabku seenaknya ……
“ Emang mas juga kaga kangen ya …. Mas juga kan ketemu istrinya sebulan sekali he..he..he.. “
“ Iya sih ….. terkadang bĂȘte juga Ti …. Istrika tinggal di semarang, dan kami ketemunya sebulan sekali, nasib kita sama ya ti….. xii..xii…xii..’
“ Ti … kaya nya masih siang nih… kita nonton aja yu …… “
‘Boleh mas, tapi mas yg teraktir ya ….. he..he..he ‘ ‘siap…. Jawabku
Saya tak pedulikan film apa yang kami tonton, yang ada di fikiranku aku ingin berlama lama sama Tika…….

Pas masuk studi 21 ruangannya sudah mulai gelah pertanda film kan segra di mulai ….dan kami pun dapat tempat duduk di barisan kedua dari belakang……
Samabil makan Pop Corn kami berdua asik menikmati film, saat aku mau ambil pop korn aku coba pegang tangan Tika ……. Eh dia malah memgang balik tanganku dengan lebih erat, ….. sambil kubisikan ketelinganya ……
‘ti tangannya dingin banget ……. “
“ iya mas AC nya dingin banget, bikin dong aku hangat ……….”
Tak pikir pajang lagi karena mendapat lampu hijau dari Tika ….. aku semakin berani memegang dia … dan aku coba peluk dengan melingkarkan tanganku ke bodynya …..dia malah semakin merapatkan tubuhnya ke dadaku ……..ujung susunya yang padat nyempat bersentuhan dengan tubuhku …….aku malh semakin berani dan semakin konak …..

Aku sudah ga pedulikan lagi apa cerita filmnya…. Aku malah lebih sibuk …. Tanganku bergerilya di sekitar dada nya …. Aku coba kecup keningnya …… terus aku ciumin belakang tlinganya sambil tanganku meremas remas susunya …. Dan ketika ku gesek kesekan putinganya dia sedikit menggerinjal dan sedikit mendesah ……. Ohhhh…mas ….. terus mas …….
sambil bibirku saling berpangutan tanganku yg satunya negelus ngelus pahanya yang sedikit di tumbuhi bulu itu … menambah kami …..semakin liar ….. waktu tak terasa begitu cepat…….tak terasa film sudah berakhir …. Padahal kami saaat itu sedang asyik asyiknya menikmati …dan membuat nanggung .permainan itu….. takut ketahuan penonton lain…… kami berdua buru buru merapikan pakaian kita masing masing … ….
Aku tatap muka Tika … nampaknya dia merasa tanggung permainannya … mungkinn karena sudah terlalu lamanya dia hidup sendirian he..he…..

Karena waktu sudah menunjukan hamper jam 9 malam, aku coba tawarkan sama Tika untuk tinggal saja di apartemenku …. Dan Tikapun mengganggukan kepala tanda setuju …..
Sampai di apartemen aku langsung mandi dulu karena tubuhku seperti sudah kaga enak, dah bau keringat , dan bergantian sama Tika. Krna Tika kaga bawa baju ganti ku berikan kaos kebtulan kaosku emang aga tipis tipis ..maklum Jakarta panas man…..

Keluar dari kamar mandi aku sedikit terbelalak melihat Tika hanya peke kaos yang kupinjamkan, Nampak sekli pucuk putingnya menonjol …. Ke atas… kerena Tika tanpa pake BH lagi…….
“Gimana seger ti…. Udah mandi …..” aku pura pura kaga kaget liat dia ….
“Iya mas seger bangetttttt ….. dan rasanya pikiran lebih fressss he..he… “..

Aku duduk di sofa nonton TV …sambil mengunyah makanan ringan yang kami beli saat pulang dari nonton tadi..
“boleh aku ikut nonton mas “ Tika langsung duduk di sofa di sampingku ……
“ ya boleh lah ….. wuih Nampak cantik sekal malam ini ti “
“ah bisa aja massss “ sambil melirikan matanya yang manja membuat jantungku berdetak kencang ….

Sambil mengobrol kesana kemari aku rapatkan duduku ke sampingnya, dan diapun semakin merapatkanya. Aku pegangin tangannya , diapun diam saja seperti pasrah …. Da aku tatap matanya, dari tatapan matanya yang lembut seperti menyimpan kerinduan untuk di dekap karena sudah terlalu lamanya dia menjanda…….

Aku coba memeluk dia ….. dan kukecup keningnya……dia malah smakin merapatkan tubuh …….susunya yang mulai menegang di tambah putting susunya yg sudah mulai mengeras ….beradu dan bersentuhan dengan dadaku …… membuat jantungku berdegup semakin …. Kencang …., aku jadi semakin berani …… aku jilatin belakang kupingnya … sambil tanganku bergerilya di sekitar susunya …aku remas …wow ww dia sedikt mengerinjal sambil mengeluarkan lenguhan …..
“ahhhhh… nikmat mas ..terusss masss’’ terus aku jilatin pipinya dan bibirnya dia pun balas mencium bibirku… aku permainkan lidahnyaa…. Bergantian saling melumat dan mengisap lidahnya masing…..

Di tengah pergumulan yang semakin seru aku bisikan ke telinganya …
“Sayang aku sangat menikmati saayyy luar baisa …… boleh aku buka bajumu sayang” dia mengagukan kepalanya tanda setuju … langsung aku angkat kaosnya ke atas, aku sedikit tertegun melihat sususnya yang indah ditambah putingnya yg kecil yang sedikit kemerehan dengan sedikit mendongak ke atas sudah mualai mengeras menandakan diapun sudah sangat terangsang… dia balas membuka bajuku.

Aku langsung jilati lehernya …setelah aku puas menjilati sekitar leher aku terus… turun ke bawah aku jilatin susunya sambil tanganku meremas remas susu yang sebalahnya …. Dia mulai mengerinjal gerinjal sambil mengeluarkana suara suara indah …
”.ohh..nikmat mas….” aku terus jilatin ssusunya aku sengaja aku tidak jilatin dulu putingnya… untuk memberikan kenikmatan yang lebih lama padanya…..
Setelah puas aku jilatin sekitar susunya … aku langsung jilatin putingnya sambil ku isap isap putingnya …. Dia menekan kepalaku ke putingnya sambill mengeluarkan suara yang semakin merancu kaga karuann……

“OHhhhhh …masss terus mas …. Aku dah lama tidak merasakan kenikmatan iniii Ohhhhhhh………….. ‘ setelah puas aku jialtin susunya aku dekap tubuhnya..diapuan membalas mendekapku…susunya yang sudah menegang ditambah putingnya yang indah semakin mengeras terasa di dadaku, aku coba gesk gesekkan tubuhku ke putingnya dia semakin erat mendekapku …..
ohh sungguh ini kenikmatan yang luar baisa …..aku lama mendekap dia, sampai akhirnya aku bisikan ke telinganya
“Sayang bolehkan aku bergerilya ke bagian memekmu aku smakin konak saying ….” Dia hanya tersenyum menandakan dia setuju…

Tak kubuang kesempatan itu aku langsung membaringkannya aku buka celananya dia terlentang di depanku tanpa selembar benagpun…. Aku langsung tindih dia di tasnya …aku dekap sambil ku jilati bibirnya, dadanya dan sekali lagi kuisap isap putingnya sambil tanganku mengelus ngelus sekitar pahanya …..aku semakin liar dan bernafsu…… aku terus menjelitatinya… terus turun ke bawah… ke sekita perutnya…..dan akhirnya aku jilati pahanya …….yang mulus yang sediit di tumbuhi bulu bulu harus membuat torpedoku langsung melambai lambai minta jatah……

Aku sengaja aku jilati dulu sekitar paha dan sekiatar memeknya … dia terkadang mengelepar gelepar seperti ikan yg di lempar kdaratann.. bau harum memeknya yang mulai mengeluarkan pelumasnya membuat aku semakin menikmati… aku ciumi bulu memeknya ohhh ….betapa nikmatnya…. Dan aku terus jialti memeknya dan dia pun mengelapar gelepar sambil mengeluarkan erangan erangan kenikmatannn…..

Aku jilatin terus memeknya sambil ku isap isap… aku sentuh klotorisnya dengan lidahku sambil ku isap isap … dia semakin meronta kenikamtann… aku terus jilatin dan ku isap isapp sambil ku pegangin pahanya …..aku isap terus … sampai akhirnya kepalaku di tekanya ke memeknya sambil mengeluarkan erangangan kenikamatan …
” OHHHHH sayangg … nikamt sekali sayang… aku sudah kaga tahan sayangg sudah lama aku sudah di masukin kontol…ayo sayangg aku sudah tidak tahann….”
“Ok sayang…. Akupun sudah kaga than lagi sayang kontoku pun sudah tegak berdiri ini… “ aku kecup dulu keningnya ….. dan aku gesek gesek an dulu kontolku di sekitar memeknya … dia semakin mengeliat geliat …. Dia memegangin kontolku membantu memasukan ke liang memeknya ……
“Pelan pelan yah sayang aku dah lama kaga di pakai sayang “ “ ya syangg…”

Aku coba tekan pelan pelan ….aku angkat lagi sedikit dan aku tekan lagii
“..ohhh… nikamtt sayangg… terus sayan tekann sayangku sudah kaga sakit lagi sayang ..dan sudah kaga tahan….ohhhh” Aku langsung tekan kontolku ke memeknya yang sudah mulai licinnn….
Dan blesss blesss kontolku keluar masuk memeknya ……sambil di barengin suaranya yang sedikit menjerit
“Awwwwww….Nikmatnya …. Kontolmu gede bangett sayangg… baru kali ini aku sangat manikamati… terus sayangg ..”
sampai beberapa kali aku masukan kontolku sama memeknya … sampai akhirnya
“ Ohh sayang terus sedikit lagi sayang aku sudah mulai mu keluar sayang sambil menaik turunkan pantatnya.”

“Sama sayang aku pun sudah mu keluar …. Aku semakin terangsang dan aku terus tekan memeknya sama kontolku … “OHhhhhhhhhhh kita sama sam berbarenagn sayang keluarkan sayang “
“ iya sayangg “ dann akhirnya ……..
“Wawwwwwww crooot crot “ kami berdua mencapai klimatknya…….
“Ohh sayang ini luar biasa, nikamanya luar biasa sayang’ sambil dia memeluk saya…. Akupun senang sudah biasa mebuatnya dia bahagia…. … he..he… setelah aku kelelahan aku bopong dia ke kamar tidur, kami tidur berdua tanpapa selembar benangpun sambil kami perpelukan menandakan kebahgian yg luar biasa …… 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.18 | 0 komentar