Kisah Nyata Cerita Dewasa Rahasia Lesbianku
Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Rahasia Lesbianku merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+ kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :
Kulit Lola putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang cerdas dan rajin typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari Lola tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu orangnya juga alim dan sopan.
Lola yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Mei Hua yang menyewakan salah satu dari dua kamarnya yang kosong kepada Lola. Penampilan ci Mei Hua berbeda sekali dengan Lola: di usianya yang hampir 30, ci Mei Hua boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang.
Rupanya, ci Mei Hua yang sudah lama tidak merasakan belaian pria menyimpan. Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.
Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Mei Hua menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Mei Hua dalam membayangkan bentuk sex yang diinginkannya. Bahkan sejak dua tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Lola sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Lola mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Lola begitu biasa apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.
Apa yang dilihat pada diri Lola adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin namun begitu naif. Ci Mei Hua sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun sesudah agak lama tinggal bersama Lola, barulah Ci Mei Hua mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Lola begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Mei Hua mengetahui hal ini dari Lola sendiri yang memandang Ci Mei Hua sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa. Cerita Sex 2016
Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu adik ci Mei Hua yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’ inilah yang ada dalam pikiran ci Mei Hua melihat adiknya sendiri dan Lola.
Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya Ci Mei Hua sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Lola. Biasanya, Lola tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya. Pukul 18:30, Mei Hua memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Mei Hua yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.
Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Mei Hua tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Mei Hua yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Mei Hua membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.
Ci Mei Hua membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Lola dan kamarnya sendiri.
Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya tanpa disadarinya, Ci Mei Hua sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Mei Hua hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Mei Hua). “Sudahlah, kamu menurut saja toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”
Adiknya masih ragu. Ci Mei Hua tahu ini dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Mei Hua mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi ia mendesis sambil berkata: “Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!”
Sesudah berkata demikian, ci Mei Hua memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Mei Hua hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Mei Hua melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Lola. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Mei Hua menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar aku ada tugas buat kamu: bawalah Lola ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Mei Hua. Sementara adiknya pergi memanggil Lola ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Lola ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Lola hingga jatuh ke ranjang. Lola yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Mei Hua yang begitu tiba-tiba tersebut. Ci Mei Hua melucuti kaos ketat yang dikenakan Lola dengan buas.
“Kyaa..!!” Lola menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Mei Hua hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya apalagi dengan sesama jenis! Ci Mei Hua telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Lola dan melemparkannya ke lantai. Ci Mei Hua melihat sepasang toket Lola yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti..” Ci Mei Hua melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Lola dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.
“Pahamu putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Mei Hua menurunkan celana dalam Lola. Lola tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Mei Hua yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Mei Hua berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Mei Hua menurut ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.
“Jangan ci.. saya takut.” Lola yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Mei Hua mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Mei Hua dengan cepat bergerak ke arah Lola. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Lola sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Lola dan melumasi lubang pantatnya pula.
“Ayo kamu lubang yang satunya!!” ci Mei Hua memerintahkan adiknya untuk mengentot Lola yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah duduk di atas ranjang. Ci Mei Hua memapah tubuh Lola dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Lola yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Mei Hua yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Lola. Bles! Batang kemaluan adik ci Mei Hua akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Lola yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Mei Hua.
Rasa sakit bercampur nikmat membuat Lola membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa..” Ci Mei Hua membaringkan Lola dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Lola). “Lola, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Mei Hua memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Lola.
Lola yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Mei Hua serta batang kemaluan adik ci Mei Hua yang menancap di lubang anusnya. Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Lola.. “Aaa.. aa..” Lola masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.
Ci Mei Hua tertawa melihat Lola berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Lola nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan Lola mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi.. “Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Lola kehilangan kendali. Lola yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Lola yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Mei Hua meracuni pikiran Lola yang semula begitu bersih dan polos. “Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI Mei Hua..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”
Lola menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Mei Hua semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Lola semakin menikmatinya ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Mei Hua. “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..” Adik Ci Mei Hua menganal lubang pantat Lola sambil meremas-remas kedua toket Lola dari belakang, walaupun ukuran toket Lola relatif kecil namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. “Auuh.. ah..” mulut Lola menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Mei Hua bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.
Ci Mei Hua mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Lola secara alami mengikuti gerakan Ci Mei Hua dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Lola. Sampai akhirnya tubuh Lola benar-benar menegang dan Lola melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Mei Hua mencabut dildo dari lubang vagina Lola, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Mei Hua menariknya keluar ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Lola dengan dildo Ci Mei Hua.
Adik Ci Mei Hua juga mencabut dildonya dari lubang anus Lola dan merebahkan Lola yang sudah lemas di ranjang. Lola masih memejamkan kedua matanya Ci Mei Hua melepas kacamata Lola yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Mei Hua tersenyum dan mencium Lola, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.
Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Mei Hua dengan hati-hati. Keenakan, c ci Mei Hua memejamkan matanya nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Mei Hua benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak Mei Hua ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah.. tunggu say bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu..”
Adik Ci Mei Hua menurut dan berhenti. Ci Mei Hua bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Mei Hua cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Mei Hua tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.
Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri. “Aaaghh.. duh, enak sekali ci..” Ci Mei Hua meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Mei Hua apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.
Adik ci Mei Hua memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm.. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Mei Hua memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Mei Hua minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Mei Hua menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Mei Hua mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.
Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Mei Hua. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh.. mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh.. uuhh..” Tubuh ci Mei Hua terus bergoyang-goyang toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Mei Hua yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh susumu begitu empuk ci..” Ci Mei Hua hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Mei Hua merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.
Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAHH.. AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Mei Hua, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.
Demikian pula adik ci Mei Hua, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Mei Hua mengetahui hal ini karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Mei Hua berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan jangan ragu.. ayo!” Ci Mei Hua memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Mei Hua memijat buah pelir adiknya. “Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci Mei Hua langsung mengarahkan ujung batang kemaluanadiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.
Lola yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Mei Hua dan adiknya. “Ci Mei Hua.. saya juga mau..”, kata Lola sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Mei Hua yang seksi.
Ci Mei Hua menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Lola, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Lola di pangkuannya. Lola yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Mei Hua menyentuh bibir Lola dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.
Lola mengerti apa yang dimaksud ci Mei Hua, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Mei Hua kembali tersenyum ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Lola yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Mei Hua, turun memasuki mulut Lola.
Peju dalam mulut ci Mei Hua sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Lola. Ci Mei Hua tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut ci Mei Hua memberi isyarat kepada Lola untuk menutup mulutnya. Lola menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Mei Hua. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Lola menelan peju yang sudah diberikan ci Mei Hua kepadanya. “Terima kasih ci..”
Kemudian ia bangkit dan duduk Lola menyentuh wajah ci Mei Hua dengan lembut. Lola kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Mei Hua sambil menjulurkan lidahnya. Ci Mei Hua yang mengerti maksud Lola segera menyambut ciuman Lola dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.
Sejak saat itu, kehidupan ci Mei Hua dan Lola selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Lola ‘menjebak’ teman kuliahnya entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Lola dapat membagi kisah petualangannya sex disini.
Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
0 komentar:
Posting Komentar