Jumat, 04 Maret 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Perawanku Di Rengut Dinda

Kisah Nyata Cerita Dewasa Perawanku Di Rengut Dinda

Kisah Nyata Cerita Dewasa Perawanku Di Rengut Dinda


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Perawanku Di Rengut Dinda merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

“Yah, kita terlambat deh, Yu.” keluh Dina.
“Sudah lewat lima menit nih”, Yuni langsung lunglai.
Kuliah pertama hari ini dosennya killer banget, namanya Pak Sundjoto. Ia benar-benar takut sama Pak Sundjoto. Namanya saja sudah Sundjoto, bagaimana senjatanya. Finally, mereka harus bolos kuliah. Itu lebih baik, daripada mereka harus dihukum menyalin tugas statistik tujuh kali.
“Ya udah deh, aku mandi dulu. Kau juga Din, nanti masuk angin” kata Yuni sambil segera masuk ke kamarnya dengan lemas.

Dina benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak terlalu lama memilih-milih bra tadi, tapi Dina memang paling senang pilih-pilih underwear. Bisa dikategorikan bahwa Dina seorang kolektor underwear. Akibatnya mereka harus mengejar waktu menembus hujan yang cukup deras, tapi nyatanya tetap harus terlambat. Untuk menebus kesalahannya itu Dina memasakkan mie goreng untuk Yuni. Yuni gemar banget sama mie goreng, dan itu merupakan senjatanya untuk meminta maaf kepada Yuni. Cerita Sex 2016

Dina tak peduli kedinginan. Tanpa harus mandi dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Yuni. Lalu Dina segera membawa mie goreng “made in” dirinya ke kamar Yuni. Yuni kaget ketika Dina tiba-tiba masuk ke kamarnya begitu saja. Pasalnya Yuni belum selesai memakai bajunya. Ia masih bertelanjang dada. Untung bagian paling sensitifnya sudah ‘diamankan’ sebelum Dina masuk tadi.agen poker

Dina juga tak kalah kagetnya. Ia sampai terbengong-bengong memandangi pemandangan indah yang terhampar di depan matanya. Kedua bukit kembar Yuni membusung di depannya. Sekal membulat sedikit berlebihan untuk tubuhnya yang agak kurus. Kedua bola mata Dina yang bening nanar memandangi kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yang bertengger di kedua ujung bukit kembar itu. Darah Dina bagai disiram air hujan, dingin menggigil. Ia terbayang beberapa adegan blue film yang pernah ditontonnya.

Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar memekakkan telinga. Dina tersentak mendengarnya.
“Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja. Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi hangat,” kata Dina sedikit gugup.
Diletakkannya sepiring mie goreng itu di meja rias. Dina segera berbalik hendak pergi tapi urung karena Yuni memanggilnya.
“Din, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan aku?” pinta Yuni.

Mulanya Dina ingin menolak. Dia takut birahinya muncul dan salah tempat karena Yuni dan Dina sejenis. Tapi melihat wajah memelas Yuni, perasaan bersalah Dina kembali muncul. Bagaimanapun juga Dina yang menyebabkan Yuni jadi masuk angin. Akhirnya Dinapun bersedia menuruti permintaan Yuni.
“Sebentar aku ambilkan balsemnya,” ujar Dina segera keluar kamar Yuni.

Tapi ternyata Yuni menyusul Dina. Yuni berfikir di kamar Dina juga tidak apa-apa, sama saja. Maka dengan hanya mengenakan CD-nya Yuni masuk ke kamar Dina. Tentu saja Yuni tidak perlu khawatir karena mereka hanya berdua di rumah itu saat ini.
“Disini saja, Din.” kata Yuni membuat Dina terkejut tak menyangka Yuni akan menyusul ke kamarnya.

Yuni menelungkupkan badannya diatas ranjang. Kemudian Dina duduk di tepi ranjang untuk mulai mengerokin kulit punggung Yuni. Tapi niat itu urung dengan tiba-tiba. Jemari Dina menyentuh kulit punggung Yuni sekilas. Kulit punggung Yuni halus sekali.
Punggung Yuni yang agak kecoklat-coklatan nampak belang di bagian yang biasa tertutup tali bra. Tanpa sadar Dina menyentuhkan jari telunjuknya menyusuri bagian punggung Yuni yang belang itu. 

Dari punggung atas teruuss menyamping. Yuni yang merasa kegelian membalikkan badan. Pada saat itulah tanpa sengaja jari telunjuk Dina menyentuh pYunidara kiri Yuni.
“Kenapa, Din?” tanya Yuni sedikit mengatupkan mata menahan rasa merinding di tubuhnya.
“Kulitmu halus sekali.”ujar Dina dengan nafas tersendat.
Mata Dina kembali tertuju pada bukit kembar yang terpampang di depannya.
“Milikmu besar sekali.” lanjut Dina.
“Kamu sudah pernah ML (make love) ya?”
“Siapa bilang? Ini keturunan.”, jawab Yuni sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas, bagaikan menantang setiap tangan untuk memegangnya.

Birahi Dina yang mulai terbakar dan imbas dari kehujanan tadi membuat Dina menggigil. Kemudian dilepaskannya kaosnya yang sudah agak kering. Tersembulah dua bukit kembar Dina yang masih terbalut kain bra. Dua bukit yang sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya karena menegang menahan birahi Dina yang mulai meluap. Entah mengapa Yuni menjadi senang ketika Dina melepas kaosnya.
“Milikmu juga besar Din.” kata Yuni.
Dina memandangi kedua bukit yang masih tertutup kain itu
“Coba aku buka ya” pinta Yuni.

Yuni menempelkan tubuhnya ke tubuh Dina untuk membuka pengait bra di punggung Dina sehingga Dina mudah untuk melepaskannya. Mata Yuni berbinar-binar memandangi dua bukit kembar ukuran 32 milik Dina itu. Walau sedikit lebih kecil dari miliknya, tapi milik Dina itu nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi Dina yang mulai bergolak. Tiba-tiba Dina melepaskan klok yang dipakainya. Sesekali gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama. Hanya memakai CD tanpa penutup lain.
“Yuu.. aku rasanya mau..” suara Dina mendesah
“Mau apa?” tanya Yuni dengan tatapan menggoda.
“Aku tak bisa menahannya Yu..” suara Dina makin mendesah.

Tahulah kini Yuni apa yang diinginkan Dina. Ia segera menarik tuduh Dina merebah. Kemudian dirabanya dada Dina perlahan dan lembut. Diresapinya kehalusan kulit Dina senti demi senti. Disentil-sentilnya puting pYunidara Dina setiap kali jemari Yuni menyentuhnya. Dada Yuni bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Dina tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Yuni.
“Yu.. ooh.. dinginn..”
“Din.. kamu menggairahkan banget.. aku.. juga mau..”

Yuni mulai gelap mata. Kini ditindihnya tubuh Dina. Bibir Yuni menyentuh bibir Dina. Dilumatnya bibir bawah Dina dengan rakus, dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya lidah Dina dengan lidahnya hingga membuat Dina berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka saling menghimpit. 

Keduanya nampak seperti kembar siam saja, saling menempel dan melumat. Dina menggesek-gesekkan kemaluannya pada kemaluan Yuni berirama. Sedangkan kedua tangannya telah meremas-remas kedua bokong Yuni yang semok dan sekal. Nafas keduanya semakin memburu menikmati apa yang belum pernah sekalipun mereka rasakan.
“Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh” rintih Dina di sela-sela cumbuan Yuni.

Bibir Yuni turun menjilati leher Dina yang jenjang dan memberikan gigitan-gigitan kecil sehingga nampak noda merah di beberapa tempat di leher Dina. Gejolak birahi Dina yang telah bergolak bagai tak bisa dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di sore itu. Dibalikkannya tubuh Yuni sekuat tenaga.

Kini posisi mereka berbalik. Dina yang berbadan lebih besar menghimpit tubuh Yuni. Tanpa banyak pikir diremasnya bukit kembar Yuni bergantian. Makin lama semakin keras. Yuni meringis menahan sakit. Lalu Dina memasukkan puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya Dina meniup dan menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa bagian yang bisa digapai oleh lidahnya. Kemudian digigit-gigitnya gemas daging yang sudah sangat keras itu.
“Achh..” teriak Yuni kesakitan.

Yuni membenamkan kepala Dina ke dadanya yang semakin dibusungkan. Yuni benar-benar melayang. Manakala jemari Dina mulai meraba-raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah bermandikan lendir yang berasal dari lubang vagina Yuni. Dina meraba-rabanya. Tangannya kini telah menelusuri setiap lekuk bukit belah yang berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika cemarinya menyentuh daging kecil yang tersembul di antara belahannya.
“Ehh.. nikmat sekali Din.. teruss lakukan teruss.. ehh” Yuni mengerang kenikmatan.

Dina tak banyak bicara. Ia hanya mendengus-dengus memburu sambil terus mengulum puting susu Yuni. Ditekannya vagina Yuni dengan telapak tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang vagina Yuni yang kini menempel di tangannya. Dina menghentikan kulumannya. Dilihatnya telapak tangannya yang basah oleh cairan dari lubang vagina Yuni itu. Dijilatnya cairan itu. Tak berasa.
“Kenapa berhenti, Din?” kata Yuni kesal.
“Ikuti petunjukku Yuni,” pinta Dina.

Dina segera melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang bulat. Tak selembar kainpun membalut tubuhnya. Dilemparkannya CD yang telah basah itu entah kemana. Kemudian dilepasnya pula CD milik Yuni. Yuni membantu dengan meregangkan selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama polos seperti bayi.

Dina kini berganti posisi tidur. Tubuhnya masih tetap menindih tubuh Yuni. Tapi mukanya kini sudah berada di atas selakang Yuni. Dan wajah Yunipun sudah berada di bawah selakang Dina. Dina memulainya dengan menciumi vagina Yuni. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di rerumputan yang telah basah itu.

Yuni bagai diperintah mengikuti semua yang dilakukan Dina. Disapunya semua bagian vagina Dina yang ditumbuhi bulu-bulu yang agak jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Dina lalu dihisapnya agak kuat. Dina mendesis-desis kegelian. Lalu dilakukannya hal serupa pada vagina Yuni membuat Yuni bergelinjangan. Ditekan-tekannya kembali vagina Yuni dengan telapak tanggannya. Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya dinding vagina Yuni sehingga membuat Yuni semakin terlena.

Tiba-tiba Dina melihat lubang berwarna coklat kemerah- merahan yang agak terkatup. Dijilat-jilatnya lubang itu, Yuni bergelinjangan. Dina terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah satu blue film yang pernah ditontonnya. Mungkin lubang inilah yang dimaksud. Lubang yang selalu disodok oleh penis kalau ingin mendapatkan kepuasan tertinggi. Mata Dina berbinar-binar. Ia berguling ke samping, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Yuni.
“Aku akan membawamu terbang, Yuu..”

Yuni mengangguk pasrah. Yang terpenting baginya adalah menikmati permainan Dina selanjutnya. Dina meraih sebatang wortel dari rak sYunir di bawah meja. Kemudian ditekuknya siku kaki Yuni dengan posisi agak mengangkang sehingga kepala Dina mudah mencumbu kembali bagian terpeka Yuni itu. Dengan perlahan ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang kemaluan Yuni. Yuni merintih-rintih kesakitan. Vaginanya terasa panas dan nyeri. Tapi Dina terus mendorongnya ke dalam.
“Aaahh..” Yuni menjerit badannya terduduk seketika.

Matanya liar memandangi benda apakah gerangan yang telah membuatnya merasa kesakitan. Darah segar menyembur, keperawanan Yuni telah amblas. Dina menarik keluar batang wortel itu, tapi belum sampai keluar sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata Dina mengerjap-ngerjap. Sedang Yuni memandangi batang wortel yang keluar-masuk lubang keperawanannya dengan nafas menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara rasa nyeri di lubang kewanitaannya.

Kemudian direbutnya batang wortel itu dari tangan Dina. Dimasukkannya ujung wortel itu lebih dalam dengan tangganya sediri. Matanya terpejam menikmati kenikmatan yang luar biasa. Dina yang merasa kelelahan tergeletak bersimbah keringat.

Hatinya bergemuruh mengenang yang barusan terjadi. Ada apa dengannya? Apakah dia sudah menjadi seorang lesbi? Ah, tidak! Ia masih normal! Hati Dina berontak. Ia segera berlari keluar kamar sebelum Yuni kembali memburunya dengan batang wortel yang masih bersimbah darah keperawanan Yuni.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :

Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar