Jumat, 25 Maret 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Rahasiaku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Rahasiaku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Rahasiaku


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Rahasiaku merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Kulit Risa putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang cerdas dan rajin typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari Risa tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu orangnya juga alim dan sopan.

Risa yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Rina yang menyewakan salah satu dari dua kamarnya yang kosong kepada Risa. Penampilan ci Rina berbeda sekali dengan Risa: di usianya yang hampir 30, ci Rina boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang. Cerita Sex 2016

Rupanya, ci Rina yang sudah lama tidak merasakan belaian pria menyimpan. Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.

Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Rina menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Rina dalam membayangkan bentuk sex yang diinginkannya. Bahkan sejak dua tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Risa sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Risa mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Risa begitu biasa apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.

Apa yang dilihat pada diri Risa adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin namun begitu naif. Ci Rina sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun sesudah agak lama tinggal bersama Risa, barulah Ci Rina mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Risa begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Rina mengetahui hal ini dari Risa sendiri yang memandang Ci Rina sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa.

Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu adik ci Rina yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’ inilah yang ada dalam pikiran ci Rina melihat adiknya sendiri dan Risa.
Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya Ci Rina sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Risa. Biasanya, Risa tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya. Pukul 18:30, Rina memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. 

Dilihatnya Ci Rina yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.
Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Rina tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Rina yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Rina membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.

Ci Rina membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Risa dan kamarnya sendiri.

Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya tanpa disadarinya, Ci Rina sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Rina hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Rina). “Sudahlah, kamu menurut saja toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”

Adiknya masih ragu. Ci Rina tahu ini dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Rina mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi ia mendesis sambil berkata: “Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!”

Sesudah berkata demikian, ci Rina memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Rina hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Rina melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Risa. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.

Ci Rina menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar aku ada tugas buat kamu: bawalah Risa ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Rina. Sementara adiknya pergi memanggil Risa ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Risa ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Risa hingga jatuh ke ranjang. Risa yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Rina yang begitu tiba-tiba tersebut. 

Ci Rina melucuti kaos ketat yang dikenakan Risa dengan buas.
“Kyaa..!!” Risa menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Rina hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya apalagi dengan sesama jenis! Ci Rina telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Risa dan melemparkannya ke lantai. Ci Rina melihat sepasang toket Risa yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti..” Ci Rina melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Risa dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.

“Pahamu putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Rina menurunkan celana dalam Risa. Risa tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Rina yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Rina berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Rina menurut ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.

“Jangan ci.. saya takut.” Risa yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Rina mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Rina dengan cepat bergerak ke arah Risa. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Risa sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Risa dan melumasi lubang pantatnya pula.
“Ayo kamu lubang yang satunya!!” ci Rina memerintahkan adiknya untuk mengentot Risa yang malang di lubang anusnya. 

Adiknya menurut, ia berpindah duduk di atas ranjang. Ci Rina memapah tubuh Risa dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Risa yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Rina yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Risa. Bles! Batang kemaluan adik ci Rina akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Risa yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Rina.

Rasa sakit bercampur nikmat membuat Risa membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa..” Ci Rina membaringkan Risa dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Risa). “Risa, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Rina memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Risa.

Risa yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Rina serta batang kemaluan adik ci Rina yang menancap di lubang anusnya. Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Risa.. “Aaa.. aa..” Risa masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.

Ci Rina tertawa melihat Risa berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Risa nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan Risa mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi.. “Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Risa kehilangan kendali. Risa yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Risa yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Rina meracuni pikiran Risa yang semula begitu bersih dan polos. “Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI Rina..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”

Risa menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Rina semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Risa semakin menikmatinya ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Rina. “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..” Adik Ci Rina menganal lubang pantat Risa sambil meremas-remas kedua toket Risa dari belakang, walaupun ukuran toket Risa relatif kecil namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. “Auuh.. ah..” mulut Risa menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Rina bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.

Ci Rina mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Risa secara alami mengikuti gerakan Ci Rina dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Risa. Sampai akhirnya tubuh Risa benar-benar menegang dan Risa melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Rina mencabut dildo dari lubang vagina Risa, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Rina menariknya keluar ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Risa dengan dildo Ci Rina.

Adik Ci Rina juga mencabut dildonya dari lubang anus Risa dan merebahkan Risa yang sudah lemas di ranjang. Risa masih memejamkan kedua matanya Ci Rina melepas kacamata Risa yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Rina tersenyum dan mencium Risa, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.

Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Rina dengan hati-hati. Keenakan, c ci Rina memejamkan matanya nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Rina benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, 

Namun di tengah ambang sadar dan tidak Rina ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah.. tunggu say bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu..”
Adik Ci Rina menurut dan berhenti. Ci Rina bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. 

Namun Rina cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Rina tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.

Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri. “Aaaghh.. duh, enak sekali ci..” Ci Rina meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. 

Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Rina apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.
Adik ci Rina memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm.. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Rina memejamkan matanya keenakan. 

Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Rina minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Rina menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Rina mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.

Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Rina. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh.. mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh.. uuhh..” Tubuh ci Rina terus bergoyang-goyang toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. 

Adik ci Rina yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh susumu begitu empuk ci..” Ci Rina hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Rina merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.
Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAHH.. AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Rina, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.

Demikian pula adik ci Rina, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Rina mengetahui hal ini karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Rina berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan jangan ragu.. ayo!” 

Ci Rina memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Rina memijat buah pelir adiknya. “Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci Rina langsung mengarahkan ujung batang kemaluanadiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.

Risa yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Rina dan adiknya. “Ci Rina.. saya juga mau..”, kata Risa sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Rina yang seksi. Ci Rina menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Risa, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Risa di pangkuannya. Risa yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Rina menyentuh bibir Risa dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.

Risa mengerti apa yang dimaksud ci Rina, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Rina kembali tersenyum ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Risa yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Rina, turun memasuki mulut Risa.

Peju dalam mulut ci Rina sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Risa. Ci Rina tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut ci Rina memberi isyarat kepada Risa untuk menutup mulutnya. Risa menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Rina. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Risa menelan peju yang sudah diberikan ci Rina kepadanya. “Terima kasih ci..” 

Kemudian ia bangkit dan duduk Risa menyentuh wajah ci Rina dengan lembut. Risa kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Rina sambil menjulurkan lidahnya. Ci Rina yang mengerti maksud Risa segera menyambut ciuman Risa dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.

Sejak saat itu, kehidupan ci Rina dan Risa selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Risa ‘menjebak’ teman kuliahnya entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Risa dapat membagi kisah petualangannya sex disini.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar