Kamis, 18 Februari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Asti Sang Janda Ratu Sex

Kisah Nyata Cerita Dewasa Asti Sang Janda Ratu Sex

Kisah Nyata Cerita Dewasa Asti Sang Janda Ratu Sex


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Asti Sang Janda Ratu Sex merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Namaku Asti, biasa dipanggil “Sri” saja, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, “kamu persis Desy Ratnasari, Sri!”, kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari. 

Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Shellaiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang. Cerita Sex 2016

Yang pertama perempuan, Aryati berusia 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi akan menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati berusia 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu- satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto berusia 22 thn, masih kuliah, kata Ibu Shella, Mas Ton (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula… Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata- kaki, bajuku berlengan panjang.

Aku tahu, Ibu Shella senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekukkan tubuhku cukup terlihat dengan jelas. Mas Ton sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Ton sekitar jam 8:00.

Aku tahu, Mas Ton sangat ingin menghampiriku dan bercinta denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan sodokan keperjakaannya. Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Ton dan aku yang ada di rumah, Mas Ton belum keluar dari kamar, menurut Ibu Shella sebelum berangkat tadi bahwa Mas Ton sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Shella minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. “Baik, Bu!”, begitu sahutku pada Ibu Shella.

Ibu Shella sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. 

Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Ton, pikirku.
“Mas Ton. Mas Ton!” panggilku menggoda,
“tadi Ibu pesan supaya Bu Sri memijati Mas Ton, supaya Mas Ton cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Ton?” Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Ton terbelalak melihat penampilanku,
“Aduh, kamu cantik sekali, Bu Sri… Persis Desy Ratnasari… ck, ck, ck…”
“Ah, Mas Ton, bisa saja, jadi mau dipijat?”
“Jadi, dong…” sekarang Mas Ton mulai nampak tidak sok alim lagi,
“ayo, ayo…”, ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi….
“Kok Wangi, Mas Ton?” Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.
“Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,”.

Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum “to-the-point” , padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.
“Mas Ton sudah pernah bercumbu dengan perempuan?”, aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.
“Mau Bu Sri ajari?”, wajahnya merah padam dan segera berubah pucat.

Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang kontolnya mengeras seperti kayu… Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas- remas puting susuku yang kanan…
“Aaah.. sssshhhh, Mas Ton, yang lembut doooong…” desahku makin membuat nafasnya menderu…
“Bu Sri, aku cinta kamu….” suaranya agak bergetar..
“Jangan, Mas Ton, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,” kubisikkan desahanku lagi….

Kulucuti seluruh pakaian Mas Ton, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut kontolnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat…
“Aduuuh, enaaaak, Bu Sri….” jeritnya… Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan kontolnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat.

Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku.
“Jilat itil Bu Sri, Mas Haaaarrr…, yang lamaaa…”, godaku lagi… Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke nonokku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya….
“Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr… ., sampai air mani Mabk Sri keluar, ya mas Haaar”.
“Lho, perempuan juga punya air mani..?” tanyanya blo’on. Aku tak menyahut karena keenakan…
“Mas Haaarrr, saya mau keluaaar…” serrrrrr…. serrrrrrrrr. … membasahi wajahnya yang penuh birahi.
“Aduuuuh, enak banget, Mas Ton! Bu Sri puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Ton….. kontol 

Mas Ton belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Ton pasti puas-keenakan. …” Kugenggam batang pelernya, dan kutuntun mendekati lubang nonokku, kugosok- gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi…
Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang nonokku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu nonokku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus kontolnya Mas Ton nanti…

“Sebelum masuk, bilang ‘kulonuwun’ dulu, dong sayaaaaaang. ..”, Candaku…. Mas Ton bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang….. lagunya…. mana tahaaaan…. “Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu….. .”
“Kulonuwun, Bu Sri cintakuuuuu. …”
“Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu. ..”, segera kubuka lebar- lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang kenikmatannya bisa menghunjam dalam- dalam. … Sreslepppppp. …….. blebessss… ..
“Auuuuuow… .”, kami berdua berteriak bersamaan… ..
“Enaaaak banget Bu Sri, nonok Bu Sri kok enak gini sih….?”
“Karena Bu Sri belum pernah melahirkan, Mas Ton… Jadi nonok Bu Sri belum pernah melar dibobol kepala bayi….. kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti nonoknya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti nonoknya Bu Sri begini, sayaaaaang.. . lagi pula Bu Sri selalu minum jamu sari- rapet, pasti SUPER-PERET. …”, kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan…

Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali…. Sekarang giliranku yang di atas… Mas Ton terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan tulang selangkang Mas Pur, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya. …. Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Ton selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Ton, aku ganti gaya. 
Mas Ton masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku.

Mas Ton malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku. Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi… kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan kontol dan nonok kami. 

Sekarang giliran Mas Ton yang di atas, waduuuuh… sodokannya mantep sekali… terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep. .. terkadang cepat plok-plok- plok. .. benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Tono yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali air nonokku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme… benar-benar nonokku sampai kredut-kredut karena dihunjam dengan mantapnya oleh kontol yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu….. bertubi-tubi. … kian lama kian cepat…… waduuuuhhhhh. ….. Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan… …
“Bu Sri, aku hampir keluaaaaaar nih…!!” ….
“Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar…. Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg”
“Ambil nafas panjang, Mas Ton… lalu tancepkan kontolnya sedalam-dalamnya sampai kandas…… baru ditembakkan, ya Maaaasss… ssssshhhhhh. …….”

Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hunjaman kontol Mas Ton semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh…hhhhh. …hhhhhh. …. seirama dengan hunjaman kontolnya yang semakin cepat…..
“Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!” , Mas Ton menancapkan kontolnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku…. bersamaan dengan keluarnya air nonokku yang kelima kali, Mas Ton pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya….

CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi….. Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;
“Enaaaaaaaaaakkkkk! “…..
sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya… dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama nonokku sampai seperti
“bonyok” rasanya….. Mas Ton pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku. …. sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan… “Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang… masih terasa enaknya… tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Ton boleh cabut yaaa……” pintaku memelas….. 

Kami kembali bercipokan dengan lekatnya…. .. kontolnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu….
“Bu Sri sayaaaang, terima kasih banyak ya….. pengalaman pertama ini sungguh- sungguh luar biasa… Bu Sri telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya…… saya akan selalu mencintai dan memiliki Bu Sri selamanya… .”
“Mas Ton cintaku, cinta itu bukan harus memiliki… tanpa kawin pun kalau setiap pagi –setalah Ibu & Bu Sri  Mas Ton pergi kerja–, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss….. Apalagi Mas Tono tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai nonok saya endut-endutan rasanya tadi…..”
“Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru… jadi ndak ada kuliah…”, kata Mas Tono.
“Nah… kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan 

Bu Sri  Mas Ton pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Ton?”, sahutku semakin menggelorakan birahinya. “Nantang ya?” Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia….. “aku cabut sekarang, ya Bu Sri ? sudah layu tuh sampai copot sendiri….” kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat….
setelah mencabut kontolnya dari nonokku, Mas Ton terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu…. radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi… lagunya masih tetap

“kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu. …” Setelah lagunya habis,
“Mas sayaaang, Bu Sri mau bangun dulu ya…. Bu Sri harus masak sarapan untuk Mas….”
“Untuk kita berdua, dong, Bu Sri…. masak untuk dua porsi ya… nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?”, sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan
“auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Bu Sri ya.., Bu Sri tambah sayang deh”. Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,
“Mas, numpang cebokan, ya…” Kuceboki nonokku, nonok Asti yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Ton… waduuuuhhh.. . benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya..

Meskipun nonokku sampai kewalahan disumpal dengan kontol yang begitu gede dan kerasnya — hampir sejengkal- tanganku panjangnya.. .. wheleh.. wheleh….
“Sebelum bikin nasi goreng, nanti Bu Sri bikinkan Susu-Telor-Madu- Jahe (STMJ) buat Mas Ton, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang. …” Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku…
“Sekarang Mas Ton istirahat dulu, ya…” kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu…
“Terima kasih, Bu Sri…Bu Sri begitu baik sama saya… saya sangat sayang sama Bu Sri…”. Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku… . setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,
“Mas Ton sayaaaang… . mari diminum dulu STMJ-nya, biar kontolnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Bu Sri ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss,” kataku membangkitkan lagi gelora birahinya…

Selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku…. dan Mas Tono-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut. Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya. . semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Ton nanti…. Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Ton dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua… hmmm…. nikmat dan mesranya… seperti penganten baru rasanya…

Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya…
Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Ton sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Ton sedang ngeloco (mengocok kontolnya), dengan wajah merah-padam. .. Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya..

“Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya… nanti bisa lecet… nanti pasti Bu Sri kocokkan… tapi Mas Ton harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi… kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!” Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri…

Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,
“Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang. .., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut…” Kusuapi Mas Ton-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilku dengan sangat birahinya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi…. Hihihi…
“Mas Ton sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat…. “, dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami.

Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Ton pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku…. wah! mesranya, Mas Ton-ku ini… Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Ton, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang nonokku….
Mas Ton agak terkejut,
“Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang nonok Bu Sri? Kalau bisa, nanti Bu Sri ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!”
“Siapa takut!” sahut Mas Ton…

Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap… mulutnya di depan nonokku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan kontolnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku…. segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala kontolnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang nonokku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku….

“Bu Sri, pisangnya sudah habis…. hebat kan?” Katanya lugu…
“Mas Ton memang nomer satu buat Bu Sri…” sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.
“Sekarang apalagi?” tanya Mas Ton…
“Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang nonok saya… dan saya akan meng-emuti dan mengocok kontol Mas dengan mulut saya…. ini namanya gaya 69, Mas sayaaang… mulut Mas ketemu nonok saya dan mulut saya ketemu kontol Mas Ton…. Enaaaak kan, sayaaang?” “Wah! Sensasinya luar-biasa, Bu Sri ……”
“Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas…. 

Harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar kan saya harus nunggu lagi kontol Mas ngaceng… kasian dong sama saya, Mas,” suaraku kubikin seperti mau menangis…. .
“Maafkan saya, ya Bu Sri…. saya belum ngerti… mesti harus banyak belajar sama Bu Sri …..” Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis kontolnya, kuhisap-hisap dan kumaju- mundurkan dalam mulutku….

Sementara Mas Ton meluruskan lidahnya dan menjilati ITIL-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang nonokku… ini berlangsung cukup lama… Pada menit kelimabelas, serrr… serrrr… serrrr…. cairan hangat nonokku meluap, sekarang Mas Ton malah menelannya.. .. aooowwww! Dan pada menit keduapuluhlima, serrr… serrrr… serrrr…. lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku…. sambil mulutku tetap terus mengocok kontolnya yang kerasnya minta-ampuuuuun. … pada waktu itu juga, kontolnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek….. .
“Enaaaakkkk. ….” Mas Ton berteriak keenakan…. .

Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut kontolnya yang masih cukup keras, kuhisap terus kontolnya, sampai tubuh Mas Ton berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya. …. kujilati kontol Mas Ton sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas…
“Gimana, Mas Ton sayaaang…. Enak opo ora?” godaku…
“Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan…. “, kata Mas Ton menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu….. Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi….

Mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya.. … Kucari kontolnya dan kupegang… wah sudah ngaceng keras lagi rupanya….. luarbiasa kuatnya Mas Ton kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi…..
“Mas Ton… saya ajari gaya kuda-kudaan. .. mau nggak?”,
“Mau dong, sayaaaang… . Gimana?”, tanyanya penasaran… .
“Mas Ton duduk menyender dulu…..” Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam kontolnya dan kutancapkan ke nonokku dari belakang….
BLESSS!!!, tangan Mas Ton mendekap kedua tetekku dari belakang…. Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda…. semuanya berlangsung dengan sangat halus…. sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada kontol Mas Ton maupun nonokku…..
“Gimana Mas?”, tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat….. .
“Benar-benar Bu Sri pantas menjadi dosen percintaan saya…..”, katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan…

Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Ton… Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Ton….. inilah arti sesungguhnya persetubuhan. … Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Ton terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi… membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.. .. kukejangkan seluruh anggota tubuhku….

Mas Ton sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak…..
“Keluar lagi ya, Bu Sri ?” tanyanya…. . Ya! serrr… serrrr… serrrrr…., kembali cairan hangat nonokku tertumpah lagi…. kelelahan aku rasanya….. . lelah tapi enaaak….
Aku melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, kekeringkan nonokku dengan dasterku supaya peret lagi… Mas Ton melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis….
“Saya sudah capek, Mas…. Gantian dong… Mas Ton sekarang yang goyang, ya?” Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang…..
Mas Ton kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang,
“Yang ini gaya anjing-anjingan, Mas….. tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya… pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya….”
“Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Bu Sri?” tanyanya lucuuuu….
“memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan… .. itu kan namanya tidak adil, 

Mas…. Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas…. Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii…. seremmmm…. ” Mas Ton memasukkan kontolnya pelan-pelan ke lubang nonokku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii. …. seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini….. aku tahu sekarang….
Mas Ton sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku….
“Aaaaahhhhhh. …”, aku mendesah sambil merasakan hunjaman kontolnya yang kembali menembus nonokku, demikian juga dengan Mas Ton… dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku….. .

Dia mulai menggoyangkan kontolnya maju mundur…. blep-blep-blep. …..aduuuuhhh. …. mantapnyaaaa. ….. tenaganya sangat kuat dan berirama tetap…… membuat aliran- darahku menggelepar di sekujur tubuhku….. ..
“Enaaaak, Maaaaasssss. ……”, lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat nonokku kesekian kalinya….. . puaaaasssss sekali tiada taranya….. ..
“aaaaaahhhhhhhh. ……… “, lenguhku…. ….
“Lap dulu dong, Bu Sriiii….. becek sekali nih….” pintanya…. . Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya….. . segera dia mengeringkan nonokku dan juga kontolnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku…. .
“Bu Sri , aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr. ….” desahnya membuatku semakin terangsang.. ….
“Tembakkan saja, Massss…… ..” Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya.. …. sampai nonokku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu…….

“Aaaaahhhhhhhh. ……” Mas Ton berteriak keenakan…. .. demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi kontolnya dengan cairan hangat kenikmatan nonokku….. .
“Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr….. … Bu Sri cintaaaaa banget sama Mas Ton…….”
“Aku juga Bu Sri ….. selain Bu Sri, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini …..”, aku tahu kata-kata ini sangat jujur…. membuatku semakin menggelinjang kenikmatan.. ….
“Terima kasih Mas Tonrrrrr…. . untuk cinta Mas Ton yang begitu besar kepada saya…..” Dengan tanpa melepaskan kontolnya, Mas Ton dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku. …

Dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap… .. dengan Mas Ton tengkurap di belakangku.. … Mulutnya didekatkan pada telingaku… . nafasnya menghembusi tengkukku… . membuatku terangsang lagi…… “Enaaaak dan puassss sekali, Bu Sri….. Apa Bu Sri juga puas?”
“Tentu, Mas Ton….. dari pagi tadi sudah sembilan kali nonok saya memuntahkan air hangatnya… .. Pasti saya puasssss bangettt, Mas!”
“Terima kasih, ya sayaaaang… … aku ingin setiap hari bercinta dengan Bu Sri seperti ini…….”
“Boleh, Massss…. saya juga siap kok melayani Mas Ton setiap hari….. kecuali hari Minggu tentunya…. . Ibu dan Bu Sri kan ada di rumah kalau Minggu….” Mas Ton melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Ton pun merebahkan dirinya di sisiku….

Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40…… sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua… dan kami pun tertidur sampai siang….. Sudah hampir jam setengah-dua ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Ton masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini,
“Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore….”
“Mmmm…” Mas Ton menggeliat,
“sudah jam berapa, istriku?”
“Setengah-dua, suamikuuuu.. …”, jawabku genit….
“Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Bu Sri tutup tadi….”
Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Ton menggendong/ mengangkatku ke ruang tamu.
“Edhian tenan, koyok penganten anyar wae…..” kataku dalam hati…. (“gila benar, seperti pengantin baru saja”)….

Selesai makan siang, Mas Ton kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus- elus kontol Mas Ton yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi….. Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Ton juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan. …
“Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya….., lebih terasa lho gesekan kontol Mas Ton di dalam nonok Bu Sri nanti,” ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Ton….

Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Ton lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut….. Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku.

Mulutnya bergerak kagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang nonokku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat…, kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr…. kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari nonokku…
“Mas, masukkan sekarang, Masssss….. Bu Sri udah nggak tahaaaannnn. …..”, pintaku manja…..
Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan.. …
“aaaaahhhhhh. ……”

Lenguhan kami kembali terdengar lebih seru…. Kontol Mas Ton baru masuk setengahnya dalam nonokku, dimajukannya lagi kontolnya, dan kumajukan pula nonokku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa. ….
“Mas sayaaaang… maju-mundurnya barengan, ya…..”, ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini “Gaya Miring”, dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja…..

Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba…. rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah…. Kulihat Mas Ton merem-melek, demikian juga dengan diriku, kontol Mas Ton dengan irama teratur terus menghunjam-mantap berirama di dalam liang sempit Asti….. nonokku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya… ..
“Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk. …….”, aku agak berteriaksambil mendesis…. … Air mani Mas Ton belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini…..
“Ganti gaya, Maaaasssss.. .. cabut dulu sebentar…. .” ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Ton memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi kontolnya memasuki nonokku….. .
“aaaaaaaaahhhhhhhhh hh…. enak, Bu Sriiiiii…. …, gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii… ..” 

Mas Ton mendesah nikmat….. Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Ton yang lebih aktif memaju-mundurkan kontolnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya. …..
Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini……
“Bu Sri, siap-siap yaaa…. rudalku hampir nembak….” Kupeluk erat guling, dan Mas Ton semakin mempercepat irama maju-mundurnya. …..
“Aaah, aaah, aaahh….” Mas Ton mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku….. setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku….. “Aaaaaaaa… ……” aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga air nonokku….. . Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa…..

Tanpa melepaskan pelukan dan juga kontolnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit… sampai semua getaran mereda…… Jam tiga sudah lewat…. berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Shella dan kakak-kakaknya pulang dari kerja…..
“Mas, bangun, Mas…. sudah jam tiga lewat….. saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu…..”
“Mandi bareng, yok….. di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?” ajaknya….

Dicabutnya kontolnya dari lobang nonokku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya….. . Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Ton bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan nonokku, kembali birahiku naik….. Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat…. Dengan posisi berdiri kembali kontol Mas Ton mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke nonokku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi…… bagai geregetan, Mas Ton kembali menggerakkan kontolnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa…..

“Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg. …”, tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka- rangsangan. …
“Lepas dulu, ya sayaaanggg.. .. kuambilkan handuk baru untuk kekasihku… ..”, Mas Ton melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya…
Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai…..
“Eiittt, tunggu dulu, istriku….. Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita……” Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini…..

Kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air nonok sedari pagi tadi… Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang… biar Mas Ton menindihku dari atas….. Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup….. dengan “Gaya Sederhana” pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita…. Mas Ton terus menggoyang kontolnya maju-mundur. ….
Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Ton masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat…..
“Mas Ton, Bu Sri sudah mau keluar lagiiiiii… …”, kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku…..
“Bu Sri , aku juga mau keluar sekarang…. ..”, dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing. …..
“Enaaaaaaaaaaakkkkk kk, Mas Haaaaaarrrrrr. ……” ”

Puaaaaassssss, Bu Sriiiiii…. ……” Mas Ton langsung ambruk di atas ketelanjanganku, waktu sudah hampir jam emapat….. semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya…..
“Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Bu Sri mau siap-siap dulu ya, sayaang…” Mas Ton segera bangkit sekaligus mencabut kontolnya… .
“hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Bu Sriii… Bagaimana aku akan sanggup melupakannya? ” Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Ton…. segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Ton yang masih menetes dari lubang nonokku yang agak bonyok….. 

Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas…. semua ini untuk “mengelabui” Ibu Shella dan kedua kakak Mas Tono, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar