Minggu, 28 Februari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Anal Sex Dengan Mbak Enty

Kisah Nyata Cerita Dewasa Anal Sex Dengan Mbak Enty

Kisah Nyata Cerita Dewasa Anal Sex Dengan Mbak Enty


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Anal Sex Dengan Mbak Enty merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Ini baru terjadi bbrp hari yg lalu,saat suami Mbak Enty kembali berdinas keluar kota selama 4 hari. Cuman sayangnya,aku baru bisa exe dengan Mbak Enty hanya sehari,krn hari-hari lain meski tak ada suami,namun ada Ibu mertua Mbak Enty dirmhnya.

Alhasil,kami hanya sempat “bergumul” dari pagi sampai sore saja,itupun berlokasi dihotel. ( Mending daripada nggak sama sekali ) Tak sengaja,hari itu aku bertemu Mbak Enty diwarung dekat rumah. Akhirnya kami ngobrol sejenak,dan Mbak Enty mengatakan kalo suaminya sedang keluar kota,tapi dirumahnya ada Ibu mertuanya. Aku paham akan maksud dari Mbak Enty ini. Pastilah dia ingin merasakan kenikmatan lagi dariku.

Cerita sex Selingkuh | Akhirnya kami menyusun sebuah rencana,yaitu esok hari Mbak Enty berpamitan kepada Ibu mertuanya untuk pergi mengurus orderan kateringnya,dan sekalian ke rumah pelanggannya untuk mengajarkan memasak. Keesokan harinya,setelah menunggu kabar dr Mbak Enty,akhirnya jawaban melegakan datang. Cerita Sex 2016

Mbak Enty mendapat ijin keluar sehari untuk mengurus kerjaannya.
“Mas,kerumah sekarang ya.. Udah dapet ijin dari Mama mertua. Tapi aku alasannya,Mas yang nganterin. Jadi biar dia ngga curiga.”,terang Mbak Enty saat dia menelponku.
“Oh…sekarang ya…? Oke,aku kesana. Naik apa ?”,tanyaku.
“Naik mobilku aja,Mas.”,jawabnya.

Telepon kututup,aku segera bersiap2 dan berjalan menuju rumah Mbak Enty yang tak jauh dr 
rumahku. Dsna sudah menunggu iruang tamu,Mbak Enty dan Ibu mertuanya. Karena sudah kenal pula dgn ibu mertua Mbak Enty,maka tak susah aku mennjawab semua pertanyaan yg dilontarkan. Dan beruntungnya,ibu mertuanya percaya dgn smua yg kukatakan.

Setelah mendapat ijin,kami segera meluncur. ditengah jalan kami berdiskusi mau kmn dan di hotel mana. Karena,Mbak Enty masih takut apabila masuk ke hotel2 disekitaran kota ini. Akhirnya sepakatlah kami menuju sebuah hotel yg jaraknya sekitar 20km dr kota kami,kearah dataran tinggi. ( Bagi yang pnh ke Bany*wangi,pasti tahu Alas Kumitir,dan di daerah bernama Kalib*ru ada sebuah cottage dsna. ) Kami segera meluncur ketmpt tsb,dan segera CI pada pukul 7 pagi. Kami hanya memesan untuk sewa 12 jam. Karena rencana kami pulang sekitar pukul 5-6 sore.

Setelah CI,kami bergegas masuk kekamar yg berfasilitas lengkap tsb. Segera kami pesan BF ( Breakfast ya,bkn Blue Film… ) via tlp,dan sarapan pagi dikamar. Setelah sarapan,kami ngobrol2 sejenak. Setelah ngobrol,Mbak Enty duduk di ranjang menonton acara musik di Tv,sedang aku masih berbaring disebelahnya. Kuamati tubuhnya yang saat itu memakai T-shirt dan Jeans ketat. Sambil bercanda,kutepuk sesekali pantatnya yang montok itu.

Mungkn karena sudah horny atau apa,Mbak Enty ikutan berbaring disebelahku. Kami berbaring bersebelahan. Dia menatapku,dan aku menatapnya. Akhirnya,kami berciuman dengan lembut. Semakin lama,Mbak Enty melumat bibirku semakin liar. TErkadang dihisap kecilnya lidahku. Sambil berciuman,kusingkap kaos yang dipakainya,dan kuremas payudara montoknya. Dia masih mengenakan Bra. Perlahan kulepas pengait bra nya dr blkng,dan terlepaslah… Gunung besar itu akhirnya bernafas dengan lega.

Masih mengenakan kaos tanpa bra,kuremas2 payudara Mbak Enty. Lalu kubaringkan dia terlentang,dan kulepas kaosnya. Sungguh indah payudara itu….. Besar,putih,kenyal,dgn puting coklat muda. Langsung saja kuhisap puting yang menggoda itu. kumainkan dengan lidahku hingga Mbak Enty mendesah pelan. Bbrp menit aku netek,akhirnya kuhentikan proses minum susu gantung itu. Kubiarkan Mbak Enty melepas celana berikut CD nya. Sedang aku sendiri jg melepas semua pakaianku,dan kulempar sembarangan.

Kami berdua sudah telanjang bulat. Kembali aku menciumi payudara Mbak Enty,dan sesekali kuhisap putingnya. Jilatan lidahku semakin lama merambat kebawah. Kujilati daerah pangkal paha Mbak Enty yang bersih itu. Lalu,kuhentikan jilatanku tepat di bibir vaginanya. Hmmm….wangi sekali…. Memang bau vagina Mbak Enty ini harum,tidak spt kebnykn vagina lainnya. Mngkn karena perawatan yg dilakukan Mbak Enty yg sangat rutin itu. Bulu jembinya dicukur gundul,hingga tampak jelaslah indahnya vagina Mbak Enty. Kubuka bibir vaginanya dgn jariku,dan kumasukkan lidahku perlahan2 kedalamnya.

Mbak Enty terdengar mendesah,kala lidahku memasuki lubangnya. Lalu,kumainkan klitoris Mbak Enty dengan lidah,kujilat2 kecil dan itu membuat Mbak Enty menggelinjang kegelian.
“Ugghh…..mazz…..ahh….”,desahnya tiap kali kusentuh klitorisnya dengan lidahku.

Aku cukup lama menikmati vagina Mbak Enty,karena memang vaginanya itu istimewa buatku. Bbrp menit kemudian,kusudahi adegan jilmek tsb. Krn vagina Mbak Enty sudah basah kuyub. Mbak Enty msh dlm posisi terlentang. Segera setengah kududuki dadanya,dan kujepitkan penisku yang sudah tegang di tengah2 belahan payudara Mbak Enty yg montok. Mbak Enty segera menjepit penisku,dan aku bergerak maju mundur perlahan.

Tak lama,kusodorkan penisku ke wajah Mbak Enty,tepatnya ke arah mulutnya. Mbak Enty langsung saja menghisap kepala penisku. LAlu,dikulumnya penisku hingga batang penisku hampir masuk ke dalam mulut Mbak Enty semua. Setelah itu,kembali kujepitkan penisku itu,dan aku gerakkan maju-mundur. Setelah bbrp menit,Mbak Enty memintaku terlentang. Aku nurut saja.

Dan kemudian,Mbak Enty kembali menghisap penisku dengan liar. Tidak cukup lama Mbak Enty menikmati penisku,dia langsung menindih tubuhku. Dipegangnya penisku dan diarahkan menuju bibir vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar lalu dimasukkannya kepala penisku. Mbak Enty mendesah kala penisku mulai memasuki vaginanya secara perlahan. Ditekannya kebawah hingga penisku terbenam seluruhnya didalam vagina Mbak Enty yang hangat dan lembut itu.

Setelah itu baru Mbak Enty bergoyang naik-turun layaknya menunggang kuda. Semakin lama semakin cepat goyangan mbak Enty,kadang dia jg menggerakkan pinggulnya memutar.
“Agghhh…..agghhh………Mas…Ugghh……”,rint ihnya sambil terus menggoyang penisku.
“Ohhh…..maz….enak…sekali…mass…..agghh… …”,erangnya tanpa henti.
Aku hanya pasrah dibawah menerima goyangan maut Mbak Enty sambil kuremas-remas payudaranya.

Tak lama kemudian,gerakan Mbak Enty smakin cepat.
“Aggh….mas…..aku…keluarrr…..agghh……..m ppphhhh….”,erangnya dgn gerakan tak beraturan.
Tak lama kemudian,Mbak Enty merapatkan tubuhnya ke tubuhku,dan goyangannya melemah.
“Aahh……agghh……”,desahnya.
Rupanya Mbak Enty sudah orgasme.
Kini,aku yang bergoyang naik turun mencoba menusuk2 vagina Mbak Enty yang sedang menikmati orgasme diatas tubuhku.

Selanjutnya,dgn penis masih menancap di vaginanya,kubaringkan dia terlentang dan aku berada diatas. Kucium lembut bibirnya,lau kembali kudorong pelan2 panisku didalam vaginanya. Mbak Enty tampak memejamkan mata dan mendesah sejenak menikmati gesekan penisku di rongga vaginanya. Lalu,kugerakkan lebih cepat. Mbak Enty menatap mataku dengan wajah mupeng keenakan. Aku semakin bernafsu. Terus kugoyang tubuh Mbak Enty.
“Ugghh……teruss…massss…..agghhh…..”,rinti hnya.
Tak lama kemudian,kucabut penisku.
“Mbak,coba anal ya… boleh ?”,tanyaku.
“He’em…asal pelan-pelan dulu ya…”,jawabnya.

Segera kubuka lebar kedua kaki Mbak Enty,dan dibawah pantatnya kuganjal dgn bantal agar penetrasiku di lubang anusnya lebih terasa. Karena penisku sudah licin dan basah oleh cairan orgasme Mbak Enty,langsung saja kucoba menmbus lubang pantatnya. Sempit sekali….
Perlahan namun pasti,kepala penisku pun sudah masuk ke lubang itu. Lalu,kidiring perlahan-lahan hingga masuk setengah.
“Uhhhh……sakit…mas….”,rintihnya.
“Iya…aku pelan-pelan koq…”jawabku.

Perlahan,kudorong penisku hingga masuklah hmpr seluruh batangku. Dan mulai kugerakkan maju mundur perlahan-lahan.
Sementara,Mbak Enty mulai sibuk meng-eksplorasi klitorisnya dgn jari.
“Agghhh……..Mass……..ohhh……..”,desah nya.
Dia tampak sangat menikmati. Tak lama kemudian,kucabut kembali penisku.

Lalu,kuminta Mbak Enty untuk nungging. Dia pun pasrah.
Kembali kumasukkan penisku ke vaginanya dl,dan kudorong-dorong hingga cairan pelumas dr vaginanya melumuri penisku. Kucabut dan kumasukkan kelubang pantatnya. Kali ini sudah lebih lancar drpd yang tadi. Penisku masuk dan keluar dengan lancar. Kepala Mbak Enty menunduk,sementara tangan kirinya merangsang klitorisnya sendiri.
“Ahh……..Agghhh………”,rintihnya.

Mbak Enty tampak menikmati sekali. Baru sekali ini dia melakukan anal,tp sudah bs menikmatinya. Setelah bbrp lama,kucabut penisku. LAlu kubaringkan dia dalam posisi menyamping membelakangiku. Kuangkat kaki kirinya keatas,dan kembali kumasukkan penisku kedalam lubang pantatnya.
“Mppphh…mpphh…….uhhhh……”,desahnya manja.
Mbak Enty tampak masih mengeksplorasi klitorisnya dengan jari.
Bbrp menit kemudian…
“Mass….aku…keluar…..massss……aggghhh….. ..”,erangnya lagi.
Segera kumasukkan penisku kedalam vaginanya,agar dapat merasakan hangatnya cairan Mbak Enty melumuri seluruh batang penisku.

Matanya terpejam,dan dia mengerang panjang dan keras. Tanda dia mencapai orgasme keduanya.
Setelah dia orgasme,kembali kami berdoggy-ria.
Kubenamkan penisku kedalam vaginanya. Kusudahi anal kali ini.
Kudorong maju-mundur penisku didalam vaginanya dengan cepat. Blm sampai satu menit,Mbak Enty ingin mengulum penisku katanya.
“Mas…sini aku emut dulu….”,katanya.

Segera kucabut penisku,dan kusodorkan kemulutnya. Dia kembali mengulum penisku. Tak cukup lama memang. Lalu,kembali kali ini kutidurkan terlentang. MOt lagi. Krn Mbak Enty memang tidak terlalu suka gaya aneh2. MOT lah jadi pilihan akhir.
Kubuka kedua kakinya,dan kumasukkan penisku kedalam vaginanya yang tampak kemerah-merahan dan basah.

Segera kugerakkan dengan cepat,agar lahar panasku cepat keluar.
“Dikeluarin dimana,Mbak…?”tanyaku.
“Didalem aja,mass…..cepetan…”,jawabnya.
Gilaa…..nie binor suka banget dimuncratin sperma vaginanya…!!!
Akhirnya kugerakkan cepat hingga ototku seakan mengejang.
Dan….
CROOTT…CROOTTT…CRROOOTTT….cRROTTT…!!!!

Spermaku memenuhi rongga vagina Mbak Enty. Lalu,kucabut,dan kusodorkan kemulutnya. Mbak Enty segera menjilatinya. Dan menghisap kepala penisku. Memastikan tak ada sisa lelehan sperma yg keluar dr lubang kecil diujung kepala penisku itu.
Nikmat sekali………!!!!

Kulihat setelahnya,spermaku sebagian meleleh keluar dari vagina Mbak Enty.
Lalu,akupun terkulai lemas disebelahnya. Kupeluk Mbak Enty,dan dia menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Spt layaknya suami istri…

Padahal suaminya sedang pergi dinas… Akulah penggantinya…
“Keluarnya banyak banget tadi…”,katanya.
“Hehehehe….Ohh..ya,gmn tadi analnya ?”,tanyaku.
“Agak sakit sih..tapi enak koq…”,jawabnya kalem.
“Baru pertama kali ?” tanyaku.
“Nggak jg. Suamiku juga kadang2 suka gitu. Cuma ga lama.”,katanya.
“ohh…. nanti plg sore ya. Jam 5 kan sesuai rencana ?”,tanyaku.
“He’em…mas.”,jawbnya.

Setelah itu,kami istirahat sebentar,dan saat terjaga kami kembali mengulangi adegan mesum itu. Dosa memang meniduri istri orang. Tapi ini kan si istri yang minta,jadi ya lain cerita.
yang penting nikmat aja. Mana Mbak Enty cantik lg. Sapa jg ga mau.
Setelah 3 kali ML,kamipun pulang menuju rumah pada pukul 5 sore.
Entah kpn lagi aku akan dapat kesempatan menikmati tubuh Mbak Enty,binor 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.10 | 0 komentar

Sabtu, 27 Februari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata July Guruku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata July Guruku

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata July Guruku


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata July Guruku merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Memiliki rupa yang cantik tidak selamanya menguntungkan. Memang banyak lelaki yang tertarik, atau mungkin hanya sekedar melirik. Ada kalanya wajah menentukan dalam mendapatkan posisi di suatu pekerjaan. Atau bahkan wajah dapat dikomersiilkan pula.

Tapi aku tidak pernah mengharapkan wajah yang cantik seperti yang kumiliki saat ini. Aku juga tidak pernah menghendaki tinggi badan 163 centimeter dengan berat 52 kilogram. Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B. Tidak! Sungguh, semua itu justru membawa bencana bagiku.

Bagaimana tidak bencana. Karena postur tubuh dan wajah yang bisa dinilai delapan, aku beberapa kali mengalami percobaan pemerkosaan. Paling awal ketika aku masih duduk di bangku esempe kelas tiga. Aku hampir saja diperkosa oleh salah seorang murid laki-laki di toilet. Murid laki-laki yang ternyata seorang alkoholik itu kemudian dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah. Tapi akupun akhirnya pindah sekolah karena masih trauma.

Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di sel pengap. agen poker

Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tulen (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya. Cerita Sex 2016

Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga esemu. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.

Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Jakarta. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.

Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. Yah, aku diperkosa lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri. Namanya July Kofl. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Wales yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi July, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. July tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.

Kejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat July. Kadangkala aku memang datang ke tempat July kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada July. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah July yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.
Siang itu aku pergi ke tempat July. Ditengah jalan tiba-tiba hujan menyerang bumi. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah July dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena July masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena July menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.

“Aduh Mel, kehujanan yah? Sampai basah begini..” sambutnya dengan dialek Britishnya.
“July, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”
“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”
Kami masuk lewat pintu garasi. July mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. 

Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu 
cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.
“Ini handuknya, buka saja pakaian you. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”
July keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.
“Ini pakaiannya,”

Aku terperanjat. July menyerahkan baju kering itu tapi tubuh July sama sekali tak memakai selembar kain pun. Aku tak berani menutup muka karena takut July tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara July yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik July nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.
“Lho kenapa tidak you lepas semuanya?” tanya July tanpa peduli akan rasa heranku.
“July, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”
July hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian July melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.
July berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.
“July! Apa-apaan sih, geli tahu!”

Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat July menempelkan pistol di leherku. Aku kaget banget, tak percaya July akan melakukan itu kepadaku.
“July, jangan main-main!” aku mulai terisak ketakutan.
“It’s gun, Mel and I tak sedang main-main. Aku ingin you nurut saja sama aku punya mau.” Ujar Jade mendesis-desis di telinga Jade.
“Maumu apa July?”
“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”
“Auh..”

Seketika aku menjerit ketika July menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya. Tahulah aku kalau sebenarnya July itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari July. Aku harus berusaha menenangkan July.
“July ingat dong, aku ini Melisa. Please, lepaskan aku..”
“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..” July mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku. Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.
“July, jangan dong, jangan aku..”
Muka July merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.
“You can choose, play with me or.. you dead!”
Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata July orang yang berbahaya.
“Okey, okey July, do what do you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..” rintihku membuat July tertawa penuh kemenangan.

Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Victoria Beckham itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. July meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.

July mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.

Jemari Jade yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BHku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. Setiap sentuhan Jade tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Jade tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.
“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik?” kata July sambil meremas-remas kedua buah dadaku.
“Engh..” hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.
“Engh..” aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh July “Juude..ohh..”
Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin. July langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.
“You cantik banget Mel, ehgh..” July melumat bibirku dengan binal.
“Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”

Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir July. Terasa enak dan berbau wangi. July menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.
“Ah.. ugh.. Mel, oh..” July mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika July kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.
“Teruslah Mel, terus ..”
Lalu July melepaskan ciumannya dari bibirku.
“Agh.. Oh.. Juude..”

Aku terpekik ketika ternyata July mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.
“Ehg.. No!!” teriakku ketika jemari July menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.
“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..”
Pemanasan dia bilang? Lendir vaginaku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu sakit July. Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.

July merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu July memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena July mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan July. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan.
“Ahh.. uegh..” teriak July sedikit mengejan.

Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.
“Mel, hisap Mel.. please..” rengek July.
Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.
Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.
“July aku keluar..” ujarku kepada July.
“Oya?” July segera mendorongku merebah di lantai. Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.

Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. July pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.
“Aaah..” kugigit bibirku kuat kuat ketika July menghisap klit-ku, lendir kawinkupun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu July menghisapinya kembali.
“Mmm.. delicious taste.” Gumamnya.
July segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang kawinku.
“Ahh..!! July sakit..”
“Tahan sweety.. nanti juga enak..”

July terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam vaginaku. July menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. July semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.

Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan July yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.

Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata July meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore. Dan dia tulis juga bahwa dia takkan pernah kembali untuk menggangguku lagi. Aku pergi dari rumah kontrakan terkutuk itu seraya bertekad akan memendam petaka itu sendiri.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.04 | 0 komentar

Jumat, 26 Februari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Suprise Dari Tante Dewi

Kisah Nyata Cerita Dewasa Suprise Dari Tante Dewi

Kisah Nyata Cerita Dewasa Suprise Dari Tante Dewi


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Suprise Dari Tante Dewi merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Terus terang aku naksir sama Dewi yang ramah ini. Walaupun tubuh tante July lebih matang dan menggiurkan, aku tak mencoba untuk naksir, sebab selain aku menaruh hormat sama dia, juga seleraku hanya kepada wanita yang lebih muda saja. Jadi, Dewi-lah sasaranku.

Kaki Dewi sungguh indah. Panjang, bersih mulus dan dihiasi bulu- bulu halus, apalagi pahanya. Aku sangat menikmati kalau ngobrol dengannya di ruang tengah atau di ruang tamu. Dewi kalau di rumah senang mengenakan T-shirt ketat dan celana pendek.

Ngobrol sambil sesekali mencuri pandang ke arah paha mulus berbulu halusnya. Aku nggak tahu apakah Dewi udah punya pacar atau belum, kawannya banyak. Kenal makin dekat sama Dewi membuatku semakin bernafsu untuk menggeluti tubuh idealnya. Faktor lain yang membuatku bernafsu adalah aku yakin Dewi masih perawan. Cerita Sex 2016

Terus terang aku bukannya belum pernah berhubungan sex. Walaupun masih kuliah, aku pernah berhubungan sex dengan X orang, tapi baru sekali merasakan perawan. Yang pertama, keperjakaanku kuserahkan kepada mahasiswi perguruan tinggi swasta yang sudah tak perawan lagi. Namanya Niken makanya aku sering dipanggil “SurKen (Surya Niken)”. Beberapa kali aku menikmati sex sama dia sampai dia dropp-out dan akhirnya “jualan” diri. Hubunganku putus. Yang kedua, ini yang menarik, dengan sahabatku, teman kuliah seangkatan (2 tahun lebih muda dariku).

Kami sebenarnya sekedar teman akrab saja, sering belajar bersama, bahkan tidur bersama (tidur beneran lho!), dia sering menginap di kamarku kalau kami mengerjakan tugas sampai larut malam. Juga aku sering menginap di kamarnya, tapi tak terjadi “apa-apa”, orang cuman sahabat erat. Setelah 2 tahun amat dekat, terjadilah.. Aku benar-benar terharu dia dengan ikhlas menyerahkan segalanya kepadaku dan tak menyesalinya. Hubungan seks dengan perawan dan disusul hubungan2 berikutnya memang luar biasa nikmatnya! Kembali ke Dewi.

Aku begitu bernafsu ingin menyetubuhi Dewi karena sudah pernah mengalami nikmatnya perawan. Hanya, kesempatannya yang belum kudapatkan, sampai pada suatu saat .. Pagi-pagi sekitar jam 6 lewat. Aku mencari-cari buku lama yang kutaruh di gudang. Letak buku-bukuku rupanya ada yang memindahkan. Aku harus memindahkan peti milik temenku untuk mencapai barangku dalam gudang yang sempit dan tak berlampu itu. Dengan susah payah kugeser peti yang lumayan berat itu, dan dari bawah peti, seberkas kecil sinar yang sumbernya dari lantai bawah menarik perhatianku.

Kuintip ke bawah, tak begitu jelas. Nakalnya, aku mulai mengorek dempul di antara 2 papan lantai gudang itu agar pandangan ke bawah lebih jelas, itu kamar mandi! Kamar mandi siapa? Aku coba me-reka. Kamarku tepat di atas dapur, terus gudang ini di sebelah agak ke depan dari kamarku. Jelas, ini kamar mandi keluarga Dewi dan keluarganya! Untung aja bukan kamar mandi anak kost di bawah yang dua-duanya batangan. Berarti, aku punya peluang buat mengintip Dewi lagi mandi! Kuintip ke bawah lagi, persis di atas bak air. Lagi enggak ada orang. Kukorek lagi dempul itu agar mendapatkan posisi “strategis”, bisa mengamati ruang buat mandi.

Berikutnya, kuatur barang-barang di gudang supaya aku dapat ruang yang nyaman buat mengintip. Membayangkan Dewi yang lagi mandi disitu dan akan tampak jelas tubuhnya dari depan atas, penisku ngaceng. Tapi lubang itu tampak nyata sehingga orang yang masuk gudang akan tahu ada lubang di situ, sebab berkas sinar dari bawah makin jelas.

Ada akal, tindih aja pakai peti, sewaktu diperlukan tinggal menggeser petinya. Tapi kenapa musti pakai peti? Akhirnya lubang itu aku tutup aja pakai kardus yang berisi barang-barang ringan supaya mudah menggesernya. Beres. Kalau pintu gudang itu selalu tertutup, mudah2an lubang buatanku itu tak tampak dari bawah. Beberapa menit aku nongkrong di gudang berharap Dewi akan mandi, penantian yang sia-sia. Sekarang hampir setengah tujuh, jelas aja Dewi udah berangkat sekolah. Kubersihkan bekas korekan dempul lalu tutup lubang itu dengan kardus, aku keluar. Baru beberapa menit aku membaca buku di kamar, kudengar pelan suara guyuran air di bawah sana. Nah! Bergegas aku ke gudang, tapi ragu-ragu. jelas bukan Dewi yang mandi, mungkin Tante July. Ah engga enak lah.

Ada rasa segan mengintip tubuh wanita molig yang kuhormati itu. Kuurungkan niatku, aku balik ke kamar. Suara guyuran air itu membuatku membayangkan Dewi yang mandi dan “adik”ku berdiri lagi. Pikiran kotorku segera muncul, Dewi dan Ibunya kan sama2 “gitar”, sama2 mulus dan indah, bahkan ibunya punya buah dada yang lebih besar, kenapa nggak dicoba? Kan cuma mengintip aja. 

Singkirkan dulu rasa hormat itu. Okey, aku ke gudang lagi, menyingkirkan kardus dan mengintip.
Sialan! Pak Fadli rupanya. Sekejap kemudian aku balik ke kamar lagi. Tapi aku mendapatkan kenyataan bahwa posisi mengintipku memang benar2 strategis. Besok pagi aku harus bangun lebih pagi. Suatu tugas yang berat sebab aku biasa bangun siang. Tapi demi tubuh Dewi yang mulus menggairahkan. Esok harinya aku dibangunkan waker tepat jam 6. Sejenak aku mikir, kenapa aku setel waker pagi2 benar? Suara guyuran air itu yang mengingatkanku. Cepat2 aku ke gudang, menyingkirkan kardus, menutup pintu gudang, dan mengintip. Sialan lagi! Memang benar Dewi yang lagi mandi, tapi sudah selesai.

Aku hanya sempat menikmati bahu dan punggung mulusnya dan sedikit belahan di dada. Tubuh mulusnya sudah tertutup handuk dan siap mau keluar. Besok harus lebih pagi!Hari berikutnya, mungkin karena takut telat bangun, jam 4 pagi aku sudah melek. Dan jam 5 tepat aku sudah ambil posisi di gudang yang tertutup, menunggu. Kira2 setengah jam aku menunggu, pertunjukan dimulai.. Lampu kamar mandi menyala, berkas sinar masuk, aku bersiap.

Benar Dewi dengan Tshirt dan celana pendek masuk. Aku berdebar. Dibuka kaosnya melalui kepala sehingga tampaklah BH warna merah. Belahan susunya makin jelas ketika dia menunduk melepas celana pendeknya. Dan makin jelas lagi ketika BHnya dia lepas juga. Wow .. susunya! Ukurannya sedang2 aja, tapi benar2 membulat. Ujung buah dadanya bulatan coklat yang amat kecil dan putingnya begitu kecil hampir tak tampak. Khas buah dada seorang ABG.

Wow keren.. CD warna merah muda dilepas juga. Jembutnya hanya sedikit diujung selangkangannya. Tadinya aku mengharapkan lebatnya jembut, sebab kaki dan lengan Dewi berbulu. tapi justru aku bisa menikmati gundukan kewanitaan Dewi yang mulus. Penisku tegang. Kupelorotkan kolor celana pendekku dan mulai mengelus- elus batangnya. Di rumah aku memang biasa memakai oblong dan celana kolor pendek tanpa CD.

Aku mulai mengocok waktu Dewi menyabuni tubuh mulusnya. Kocokan tambah cepat ketika dia dengan agak lama menyabuni sepasang buah dadanya, sambil meremas- remas seolah memang sengaja merangsangku. Sampai akhirnya aku tak bisa menahan lagi untuk menyemprotkan air maniku ketika Dewi mengucel- ucel susunya dengan handuk..

Sejak itu, mengintip Dewi mandi menjadi “tugas wajib”ku yang rutin. Kadang sampai muncrat, seringnya hanya “menggantung”. Kalau tak bisa “nyampai” begini, aku meneruskan kocokanku di kamar sambil berkhayal menyetubuhi Dewi. Tak enak memang kalau hanya “menggantung” saja. Begitulah kerjaanku hampir setiap hari, sampai pada suatu pagi seseorang memergoki tingkah rutinku .. Rutinitas membuat jenuh.

Pagi itu sehabis ngintip Dewi aku tak berhasil orgasme. Maklum, pemandangan yang sama dan rutin, mengurangi efek rangsangan. Aku benar2 ingin meningkat dengan menyetubuhi Dewi, tapi kayanya tak mungkin.. Gagal mencapai puncak, kusimpan kembali penisku lalu duduk di kasur.
“Dik Sur..” Seseorang memanggilku, kaya’nya suara tante July.
“Ya tante”
“Tante ingin bicara, boleh masuk?” Bergegas aku berbenah diri, untung penisku udah cukup surut sehingga tak menonjol di kolor tanpa CDku.
Aku membuka pintu, di depanku berdiri tante July dengan dasternya seperti biasa. Wajahnya kelihatan lebih segar, jadi makin tampak putih. Daster yang biasa dipakai itu memang agak ketat, cukup menonjolkan lekukan tubuhnya. “Silakan masuk tante” kataku hormat.
“Tumben, pagi-pagi, ada apa tante” lanjutku.

Tante July masuk, menutup kembali pintu kamarku, dan duduk di kursi belajarku, satu2nya kursi yang tersedia. Aku kembali duduk di kasurku menyender ke dinding. Tante July duduk menghadapku menyilangkan kakinya. Karena posisiku lebih rendah, aku “terpaksa” mengamati sepasang kaki indah tante July. Ternyata lebih indah dari punya Dewi. Aku sama sekali tak pernah mengamati tante July, karena memang minatku pada anaknya. Baru kali ini aku menikmati kaki indahnya.
“Gini Sur..” tak berlanjut. diam agak lama.
“Kenapa tante..?”
“Tante mau bicara langsung saja ya ..” katanya. Tiba-tiba aku berdebar.

Ada apa nih, mungkinkan dia menyuruhku pindah sebab aku dengar ada keponakannya yang baru masuk Unibraw jurusan bahasa Inggris dan sedang cari tempat kost? Semoga jangan deh, aku udah amat betah di sini, lagian aku bisa kehilangan Dewi..
“Tante tahu apa yang Dik Surya kerjakan tiap pagi..” suaranya pelan, halus, tapi bagi telingaku bagai petir di cuaca buruk, menggelegar.

Memang sudah hukum alam, barang busuk toh akhirnya tercium juga. Aku tak menjawab, hanya tertunduk malu, amat malu. Bayangkan, orang yang aku hormati ini tahu setiap pagi aku mengintip anak gadisnya mandi ..
“Kenapa Dik Surya lakukan hal itu..?”
“Hmm.. eh ..” gugup banget, keringat dingin.
“Kenapa Sur..?”
“Maafkan saya tante..” hanya itu.

Dia diam menunggu kalimatku berikutnya.
“Dewi kan Surya anggap adik sendiri” lanjutnya lagi setelah aku membisu.
“Benar tante, mohon tante maklum”
“Maklum apa Sur” “Umur saya sudah cukup untuk menikah, tapi sekolah belum selesai, jadi saya suka me ..itu” “Masturbasi maksud Dik Surya?” langsung aja tante ini.
“Benar tante, saya hanya membutuhkan rangsangan untuk melakukan itu” lancar aja jawabku sekarang.
“Okey, tante bisa memaklumi, cuman tante khawatir kalau Surya keterusan trus berbuat ke Dewi”
“Enggak dong tante..”sahutku cepat.
“Okey, Surya janji ya?” katanya sambil bangkit dan ikut duduk di kasur di sebelahku.
“Dewi itu masih kecil dan belum pernah kenal lelaki” katanya lagi.

Benar juga dugaanku, Dewi masih perawan.
“Saya janji tante”
“Jangan teruskan ya, Sur?”
“Baik tante. Tapi tante nggak bilang bapak kan?”
“Tergantung..”
“Tergantung apa tante..?” tanyaku sambil mulai berani memandang wajahnya, ingin tahu.

Aduhh.. daster tante berkancing di tengah-tengah dadanya. Diantara dua kancing itu ada tepi kain yang menganga menampakkan sedikit bulatan daging putih, tepi buah dada tante. Dasar kurang ajar, udah dimarahin masih sempat juga mencuri pandang ke dada montok tante..
“Ada syaratnya Sur” katanya sambil meluruskan kaki dan menumpangkan kaki kanannya di atas kaki kiri.

Tepi dasternya sedikit tersingkap menampakkan sedikit paha yang putih dan mulus itu..
“Apa tante?” mendadak penisku mulai menggeliat.
Celaka nih, aku tak pakai CD.
“Satu, kamu tak boleh mengulangi lagi”
“Surya kan udah janji tante”
“Dua, jangan sekali-kali mengganggu Dewi”
“Surya udah janji juga khan tante”
“Tiga ..” Diam.

Lagi-lagi aku memandangnya menunggu. Tante masih membisu, menatap tajam mataku. Aku “ngeri”, mataku sedikit ke bawah menghindari tatapannya, justru menemukan pemandangan lain. Dada besar tante July bergerak naik- turun seirama alunan nafasnya yang ternyata mulai memburu! Ada apa nih?
“Yang ketiga apa tante?” tanyaku Tante July masih diam, masih tajam menatapku, nafasnya tambah ngos-ngosan.

Aku makin bingung! Tiba2 tante July melepas kancing dasternya yang paling atas, perlahan tapi pasti lalu kancing kedua, dan stop. Belahan dada putih itu terhidang di depanku. Belahan “dalam” yang menunjukkan bulatnya buah kembar disamping kiri dan kanannya. Penisku makin tegang! Masih menatap tajam, diraihnya tanganku dan dituntunnya ke belahan itu. Aku langsung merasakan lembutnya dada tante.

Tante July menginginkanku? Tapi aku kurang yakin, tanganku masih pasif menempel di dadanya.
“Yang ketiga.. Surya harus memuaskan tante..” barulah aku yakin.
Tanganku langsung bergerak menyusup dan meremas. Baru aku menyadari ternyata Tante July tak memakai BH. Kenapa tak kulihat dari tadi? Memang nggak ada niat sih. Sekarang sih berminat, kontolku udah ngaceng..
“Ooohh.. terus Sur..” reaksinya ketika aku makin semangat meremasi dadanya.

Benar2 dada istimewa, besar, lembut halus, putingnya sudah mengeras, tapi tentu saja tidak sekenyal dada sahabat sekuliahku yang kuperawani. Tante merebahkan tubuhnya ke kasur terlentang. Aku langsung menindih tubuhnya. Empuk.. Kedua tangannya meraih kepalaku dan kami lalu berciuman, ciuman panas, lidah bibi begitu “ganas” mengerjai mulutku. Tangannya ke bawah memelorotkan kolorku dan langsung menggenggam penisku. Dilepaskan ciumannya dan matanya melirik ke bawah.
“Punya Surya keras dan ohh..” desahnya.
Kusingkirkan tepi2 kain dasternya sehingga buah dadanya secara utuh terbuka, lalu kuserbu dengan mulutku.

Dengan gemas bukit kembar itu aku ucel-ucel. tante mengerang menikmati ucelanku. Tapi melarangku untuk menggigiti buahnya.
“Jangan Sur. Entar berbekas Sur..” desahnya.
Benar juga. Tanganku juga kebawah menyingkap dasternya dan menelusup CDnya. Basah kuyup.. lalu kupermainkan itilnya dengan ujung telunjuk.
“Oooghh.. Surn..” desahnya lagi.

Tak hanya itilnya, jariku terus ke bawah, menusuk.
“Oow!, pelan-pelan dong Sur..” Cepat2 kutarik jariku, lalu menusuk lagi, perlahan.
“Aahh.. teruss.. Sur.. lebih dalam.. ohh.. sedapp..” Liang vaginanya makin membasah.
Tiba2 tante July menolak tubuhku, jariku terlepas. Tante langsung melepas kolorku, penisku mencuat.
“Ayo Sur.. masukin ya.. tante udah nggak tahan nih..” pintanya.

Kulepas dasternya dan kupelorotkan CD, jembutnya tebal, itilnya menonjol gede.. Tapi lubangnya kok engga kelihatan? Tubuh telanjang tante July tergolek dengan kaki terbuka lebar. Masa sih.. liang memeknya begitu sempit? Kubuang oblongku. Kutempatkan kedua lututku di antara pahanya yang mengangkang, kutempelkan penisku di bawah *****-nya.
“Pelan-pelan.. ya.. Sur.. tante udah lama engga ngerasain beginian..”
“Iya tante” Udah lama nggak pernah? Aku mulai menusuk.
“Ohh..” busyet, mentok. Tekan lagi dengan menambah tenaga. Uuhh, sempitnya.

Rasanya aku tak percaya. Wanita matang berusia sekitar 35 tahun ini kok punya liang vagina yang sempit banget. Sambil menggoyang pinggul, aku menambah tenaga tusukanku lagi. Nah, masuk deh.
“Aaahh.. terus Sur.. ohh..” desahnya sambil menggoyang badannya maju-mundur-kanan- kiri.
Tusuk lagi sampai penisku tertelan habis. Terasa banget jepitan dinding vaginanya dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelusi kepala penisku. Aku mulai memompa. Pompaanku dibalas. pinggulnya bergerak-gerak “aneh” tapi efeknya luar biasa. Penisku serasa dilumati dari pangkal sampai kepalanya.

Lalu masih ditambah dengan variasi. Ketika pinggulnya berhenti dari gerakan aneh itu, tiba-tiba aku merasakan jepitan teratur di dalam sana, sekitar 4-5 kali denyut menjepit, baru bergoyang aneh lagi. Wah, tak kusangka, sedap juga wanita dewasa ini. Menyesal aku karena selama ini tak memperhatikannya.

Wanita dengan wajah yang biasa2 saja, tubuh molig, punya ketrampilan berhubungan kelamin yang istimewa.. Gerakan anehnya makin bervariasi. Terkadang aku malah meminta tante July berhenti bergoyang buat menarik nafas panjang. Lumatan dinding2 vaginanya pada penisku membuatku geli2 dan serasa mau ‘nyampe’. Aku tak ingin cepat2 sampai, masih ingin menikmati “elusan” vagina.

Tapi tante July makin galak, gerakannya makin liar .. Hingga aku menyerah, tak mampu menahan lebih lama lagi. Justru aku makin cepat bergerak mengimbangi goyangan pinggulnya. Aku sedang menuju klimaks, mendaki puncak, saat2 yang paling nikmat.. Dan akhirnya.. pada tusukan yang terdalam, kusemprotkan maniku kuat2, aku mengejang, melayang.., menggetar.. Pada detik-detik aku melayang tadi, tiba-tiba kakinya yang tadi mengangkang, diangkat dan menjepit pinggulku kuat2. Amat kuat. Lalu tubuhnya mengejang beberapa detik mengendor dan trus mengejang lagi..
“Aaahh..” tante July benar2 teriak.

Aku khawatir teriakannya terdengar sampai lantai bawah, makanya kututup mulutnya dengan mulutku. Beberapa detik dia histeris. lalu jepitan kakinya terasa mengendor. Kakinya jatuh ke samping. Tangannya juga. Dia rebah dan lemas ..
“Terima kasih Sur..” bibirku diciumi.
“Saya juga tante..” kataku jujur.
“Surya hebat lho.. Sur..?” katanya lagi.
“Kenapa tante?”
“Udah lama tante puasa lho..”
“Ah masa sih..” “Benar Sur” “Emangnya bapak..”
“Dia impoten Sur, udah lama nggak beginian Sur..” sambil memelukku.
“Tante jangan bilang ke bapak ya”
“Iyaa dong Sur, gila apa”
“Maksud saya, tentang mengintip itu..”
“Jangan khawatir Sur, asal Surya..”
“Syarat yang ketiga? syarat yang nikmat begini sih okey aja tante” potongku.

Tante July langsung menciumi mukaku. Dari pengalamanku bersetubuh dengan tante July, aku mendapatkan pelajaran baru yang bisa mengubah persepsiku tentang wanita:
“Umur belasan atau tigapuluhan ternyata sama nikmatnya, tergantung ketrampilannya dalam bermain”. 

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
16.55 | 0 komentar

Kamis, 25 Februari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Nafsu Besar Janda Muda

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Nafsu Besar Janda Muda

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Nafsu Besar Janda Muda


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Nafsu Besar Janda Muda merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

6 tahun yang lalu aku resmi bercerai dengan suamiku, karena dia tak bertanggung jawab dan berpaling pada wanita lain. Kalau kuingat saat itu, betapa hatiku terasa hancur berkeping. Setelah mengetahui kalau suamiku tak setia dan main gila dengan wanita lain di belakangku.

Semenjak aku menjanda, aku sudah tak mau berkenalan dengan laki-laki manapun, karena aku takut jatuh hati dan hal yang telah aku alami terulang lagi. Karena kupikir setiap lelaki itu sama saja, suka menyakiti perasaan wanita yang begitu lembut, dan suka meremehkan wanita.

Akhirnya aku sangat benci pada laki-laki. Aku tutup pintu hatiku untuk setiap lelaki yang menaruh hati padaku. Bahkan boleh dikatakan rasa cintaku sudah mati dan kukubur dalam dalam. Hal seperti itu sampai berlangsung lima tahun. Sampai akhirnya, aku mengenal seorang lelaki keturunan India, Riki namanya.

3 tahun lamanya sudah aku mengenal dia, tapi hanya sebatas kenal saja. Aku sangat kagum dengan penampilannya. Setiap gerak gerik dan segala tingkah lakunya sungguh membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Kejujuran dan tingkah lakunya yang sopan dan juga tutur sapanya yang lembut sungguh membuatku semakin kagum padanya.
Lama kelamaan seperti ada perasaan yang lain di hatiku. Seakan-akan ada bara asmara yang timbul di hatiku. Perasaan asmara yang sekian lama mati kini perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Apabila aku sedang melihat Riki, hatiku terasa begitu syahdu, dan kalau lama tak melihat dia hatiku terasa sangat rindu. Cerita Sex 2016

Aku sangat heran, kenapa bisa jadi begini. Aku sudah berusaha membuang perasaan asmaraku pada Riki, tapi aku tak mampu. Kebaikan dan kejujuran Riki telah mampu membangkitkan asmaraku yang telah sekian lama mati. Lama kelamaan benih-benih asmara di hatiku tumbuh dengan suburnya, sehingga aku tak mampu membendungnya lagi.
“Apakah Riki juga merasakan seperti yang aku rasakan?”, batinku bertanya tanya.

Akhirnya kuputuskan untuk mengirimikan email padanya. Ternyata emailku mendapat jawaban seperti yang aku harapkan. Aku gembira sekali karena aku mendapatkan tanda lampu hijau. Sungguh aku tak menyangka messageku mendapat sambutan hangat. Maka di setiap kesempatan aku selalu saling berkirim email dengan Riki. Kata-kata manis dan mesra juga kata-kata asmara dan hasrat selalu kubaca di mailbox-ku. Perkataan cumbu rayu saling membalas.

Sampai suatu hari di rumah Riki, tepatnya di Hayes, keadaan di rumahnya sangat sepi dan sunyi. Hanya aku dan Riki saja. Saat itu pukul sepuluh pagi. Aku dan Riki berada di ruang tamu. Kami berdua mengobrol ngalor ngidul dan akhirnya Riki memasukkan DVD. Dia memasukkan film porno yang berjudul ‘Ice Woman’.

Aku duduk di karpet dekat Riki, sambil menyaksikan permainan di layar televisi. Setelah kurang lebih sepuluh menit film berputar, aku melihat duduk Riki mulai gelisah. Aku merapatkan dudukku ke Riki. Kini aku dan dia duduk sangat rapat, dan sekarang tangan Riki mulai nakal, jari-jarinya mulai merayap ke dadaku dan akhirnya menyusup ke balik bajuku, kemudian menyusup ke dalam BH-ku mencari puting payadaraku.
“Mira, sudah lama aku ingin bercinta denganmu sayang?” katanya penuh nafsu.
“Aku juga Riki” kataku.
“Mira sayang, bolehkah aku minta tubuhmu sekarang?” katanya.
“Tentu saja Riki, aku kan juga menginginkan kamu?” jawabku.
“Aku buka pakaianku ya?” katanya.
“Baiklah sayang” kataku.

Kemudian Riki melepaskan pakaiannya satu persatu termasuk CD-nya, sehingga dia kini sudah telanjang bulat. Betapa mataku sangat terbelalak ketika melihat kontol Riki yang sudah berdiri dengan gagahnya dan juga sangat besar. Bulu kudukku merinding takut, melihat besarnya kontol Riki itu. Dan aku tertegun sejenak.
“Ada apa Mira?” katanya.
“Tidak ada apa apa” jawabku gugup.
“Aku buka pakaian kamu ya?” katanya.
“Silakan sayang” kataku.

Kemudian Riki melepaskan pakaianku satu persatu, termasuk BH dan CD-ku, sehingga aku sekarang telah betul-betul bugil. Tangan kanan Riki terus mempermainkan puting payudaraku, sedangkan tangan kanannya mempermainkan klitorisku. Lidah Riki tak tinggal diam, dia terus beraksi menjilati leherku dengan sangat lihai sekali. Aku tak tinggal diam, tanganku melingkari kontol Riki yang besar dan mengocoknya. Tangan Riki terus menggelitik klitorisku, sehingga membuat aku menggelinjang keenakan.
“Terus.. Riki, ee.. nak.. sekali rasanya Riki,” kataku tak karuan.
“Kocokanmu juga enak Mira,” katanya juga.
Rasa geli dan nikmat yang kurasakan betul betul membuatku tak tahan.
“Riki, masukkan sekarang ya? Aku sudah tak tahan?” pintaku.
“Baiklah Mira, aku juga sudah tak tahan.” katanya.

Kemudian kontol Riki diarahkannya ke memekku, tanganku membimbingnya supaya tak meleset. Sedikit demi sedikit Riki menekan kontolnya ke memekku. Rasanya sedikit sakit, tapi bercampur nikmat.
“Mira, memekmu sangat seret dan enak sekali!” katanya.
“Apa betul Riki?” kataku. Memang memekku terlalu kecil untuk ukuran kontol Riki yang besar itu.
Sungguh aku tak menyangka memekku yang kecil mampu menampung kontol Riki yang begitu besar.

Setelah kontol Riki masuk semuanya, Riki mulai menggenjotnya perlahan-lahan. Aku pun ikut menggoyangkan pantatku seirama dengan gerakan Riki. Kadang kadang aku memutar pantatku sehingga rasanya lebih nikmat menurut Riki. Rasa enak dan nikmat yang kami rasakan sungguh tiada bandingannya. Sedikit demi sedikit Riki mempercepat gerakannya dan nafasnya mulai terengah-engah tak teratur. Aku pun tak tinggal diam, kuangkat pinggulku supaya kontol Riki dapat masuk lebih dalam.
“Mira, aku tak tahan dan mau keluar,” katanya.
“Sebentar ya? Aku juga mau sampai,” kataku. Kemudian kami saling berpacu dan akhirnya..
“Mira, aku keluar,” katanya.
“Aku juga, kita keluarkan sama sama ya?” pintaku.
“Kamu siap?” tanyanya.
“Ya, aku siap,” jawabku.

Lalu akhirnya kami sama sama mencapai nikmat yang selama ini belum pernah kami rasakan. Kami berdua sama-sama lemas, seakan kehabisan tenaga. Lalu kami beristirahat sejenak, baru kemudian tangan Riki mulai nakal lagi. Dia mulai mempermainkan putingku sehingga nafsuku kembali bergairah. Bibir kami kembali berpadu, dan tangan kami sama sama liar. Kontol Riki sudah berdiri tegak lagi bagai pentungan yang siap memukul mangsa.
“Mira, aku mau lagi sayang?” pintanya.
“Aku juga Riki,” jawabku setuju.

Riki kembali mengarahkan kontolnya ke memekku lagi. Tanganku kembali membantunya supaya lebih mudah masuk. Setelah kontol Riki betul betul masuk, Riki mulai menggenjotnya. Kali ini genjotan Riki lebih bersemangat. Setelah sepuluh menit Riki menggenjot kontolnya, Riki membalikkan tubuhku.
“Ganti posisi ya Mira? Aku sedikit letih.” katanya.
“Baiklah Riki, aku bersedia,” jawabku. Kemudian aku menggerakkan pinggulku ke atas dan ke bawah, kadang kadang kuputar-putar.
“Aauuhh.. Mira.. Enak.. Sekali,” kata Riki.

Aku terus menggoyangkan pinggulku ke atas dan ke bawah tanpa menghiraukan racauan Riki. Kali ini kami berdua sama-sama bertahan lebih lama. Setelah aku letih berada di atas, kini kami mengubah style.
“Mira, style doggy ya?” pintanya.
“Baiklah, kalau itu yang kamu mau mari kita coba,” jawabku.

Kami melakukan gaya doggy, ternyata gaya ini rasanya sangat enak dan nikmat sekali. Dulu aku tak pernah melakukan gaya seperti ini. Riki terus menggenjot kontolnya dengan begitu bersemangat.
“Riki, kontol kamu enak sekali,” kataku.
“Apa benar Mira?” jawabnya.
“Memang ini benar, dan aku tak bohong,” jawabku.

Rasa nikmat yang kurasakan semakin memuncak. Genjotan Riki pun semakin tak karuan, sekarang gerakan Riki sudah mulai cepat. Aku pun menggerakkan pinggulku seirama dengan gerakan Riki. Akhirnya Riki mencabut kontolnya dari memekku, dan memintaku telentang. Setelah aku telentang, Riki naik ke atasku dan kembali memasukkan kontolnya ke memekku dan menggenjotnya. Kini genjotan Riki semakin mantap dan terasa sangat dalam dan sangat enak sekali. Riki mempercepat gerakannya.
“Mira, aku mau sampai,” katanya.
“Aku juga Riki,” jawabku. Kami berdua berpacu dalam nikmat, dan akhirnya..
“Aku keluar lagi sayang,” katanya.
“Aku juga Riki,” jawabku.

Akhirnya kami berdua sama sama mencapai puncak kenikmatan dan keluarlah lahar dari kontol Riki juga dari memekku. Dan kami berdua sama-sama lemas dan terkulai di atas karpet. Setelah kami melepas lelah, kami pergi mandi supaya badan kami nampak segar. Sehabis mandi, kami berdua duduk-duduk di sofa sambil berbincang.
“Mira, kalau kapan kapan kamu mau, bilang saja ya?” kata Riki.
“Memangnya kamu mau lagi?” kataku.
“Ya pastilah! Siapa yang mau mau nolak nikmatnya memek kamu yang seret itu?” katanya.
“OK, kalau aku mau, aku akan beritahu kamu” jawabku.

Akhirnya setiap ada kesempatan selalu kupergunakan untuk bercinta dengan Riki. Kadang kadang 
seminggu sekali dan kadang kadang lima hari sekali, aku bermain cinta dengannya. Hal tersebut sampai sekarang masih tetap berlanjut.

Begitulah para pembaca, kejujuran dan kelembutan perkataan Riki, mampu membangkitkan hasrat asmaraku yang selama ini hampir musnah. Bahkan sudah hampir mati.

Buat Riki, kalau kamu kebetulan sedang membaca ceritaku ini, semoga kamu mengetahui betapa aku sangat cinta kamu, tapi aku tak pernah mengatakannya padamu, karena itu tidak mungkin. Dan betapa aku selalu merindukanmu Riki! Riki, bacalah ceritaku ini sambil hayatilah isinya. Dan baru kemudian kamu akan tahu isi yang terkandung di dalamnya.

Dan bagi para pembaca, semoga kalian sedikit terhibur dengan kisahku ini, walau tidak begitu seru. Aku memang tidak pandai menambahi ataupun mengada-ada. Itu semua kutulis menurut aslinya saja. Mungkin para pembaca sekalian kurang bernafsu di saat membaca kisahku ini. Tapi hanya itu saja yang dapat saya persembahkan untuk kalian semua.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
17.34 | 0 komentar

Rabu, 24 Februari 2016

Kisah Nyata Cerita Dewasa Nikmat nya Malam Pertama

Kisah Nyata Cerita Dewasa Nikmat nya Malam Pertama

Kisah Nyata Cerita Dewasa Nikmat nya Malam Pertama


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Nikmat nya Malam Pertama merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Sebut saja nama ku Reny, saya seorang pegawai swasta di sebuah perusahaan di Kota B******, umur saya 19 tahun, tinggi badan 168 Cm, berat badan 50 Kg, cukup ideal untuk seorang perempuan seumuran 19 tahun. saya ingin berbagi cerita tentang malam pertama ku dengan suami.

Suamiku berusia 27 tahun lumayan jauh usianya denganku, panggil saja nama suami ku Dedi.
Pada bulan April kemarin kami baru saja melsayakan pernikahan, dan undangan yang datang cukup banyak karena semua teman-teman dan saudara dari jauh pada datang. Setelah selesai resepsi pernikahan kira-kira jam 10 an malam kamipun putuskan untuk beristirahat karena kelelahan seharian menerima undangan. Saya pun mandi bersih-bersih dan membaringkan badan di ranjang yang di rias.
“Honey, Aa lemes pijitin dong…” sambil bernada manja suami ku meminta ku untuk memijitinnya, 

Karena saya juga kelelahan jadi saya pun menolaknya,
“ayo dong Honey, pijitin Aa… dosa loh kalo gak nurut sama suami”, saya pun terpaksa harus menurutinya, maklum saya baru jadi seorang istri
“ya udah deh a, Honey pijitin, tapi gantian yah a, saya juga pegel – pegel a”,
“Iyah istriku sayang,,,, nanti Aa pijitin malah nanti pijitnya di kasih plus, plus cium. Hehe”,
“Ishh, si Aa udah genit ajah,, :P”, saya pun mulai pijitin kakinya.
saya pijitin kakinya eh, si Aa ternyata malah mengerang yang aneh – aneh,
“aahhh,,, uuhhh, enak Honey,,,” saya langsung lepasin pijitan ku
“gantian dong a, saya juga pegel,,,” lalu suamiku pun mulai memijit – mijit kaki saya, entah kenapa saat telapak tangannya menyentuh kulit ku, saya menjadi merinding dan merasa terangsang dan ternyata pijitan suamiku makin naik dari betis lalu ke paha ( Cerita Sex 2016 )

“aduuhhh,,,,”,
“Kenapa Honey,,? enak pijitan Aa ?”, saya sadar saya mulai terangsang, namun saya malu menampakkan muka merangsang saya, “Honey, malam pertama nih ?”,
“emang kenapa a?” saya pura – pura blo’on karena malu untuk membahasnya, tak lama ternyata pijatan tangan suamiku terus naik dan berhenti di selangkangan paha saya, saya sudah tak bisa lagi menyembunyikan rasa merangsangku, saya pun mengerang
“emmhhhh,,,,, uhhhh….”,
“kenapa Honey?” saya hanya dia dan mulai mendesah,
“udah gak kuat yah Honey?” dalam hati saya berkata “suamiku lama nih, saya udah gak kuat juga”.

Suamiku terus saja memijat-mijat selangkangan ku, sesekali dia menyetuh mekiw ku dengan jari kelingkingku dan membuat saya sulit menahan gairahku. Karena saya sudah tak kuat lagi, saya langsung bangun dan merangkul suamiku serta ku kecup bibirnya dengan liar,
“emmhhh,,,emmmhhh… ayo mas”,
“emh – emh, udah gak kuat yah ?”, saya tidak menghiraukan ucapan suamiku, saya langsung bukakan saja baju dan celana suami ku dan suamiku pun membukakan baju ku,
“Honey, pegang coba burung Aa, terus kocok pelan – pelan biar berdirinya tegak”, sayapun perlahan memegang burung suamiku yang lumayan panjang kira – kira 15 Cm, entah kenapa setelah saya memegang burung suami ku, saya malah menjadi semakin tak tahan ingin memasukanny ke dalam mekiw ku,

“Aa, masukin yah…?”,
“emh – emh, si Honey bener – bener udah gak sabar nih ya,,,” saya pun melentangkan badan ku, dan suamiku pun mulai menyodorkan burungnya ke arah mekiwku, setelah menempel burungnya di mekiw ku, suamiku malah menggesek – gesekkan kepala burungnya di titil ku dan itu membuat saya semakin terangsang, saya merasakan saya akan orgasme
“uuhhhhh,,,,,ahhhh,,,,”,”jangan berisik Honey sayang yang lain belum pada tidur”, saya pun lemas karena telah orgasme duluan, namun suamiku terus menggesek – gesekkan burungnya ke titil ku, saya merasa geli namun setelah beberapa saat saya merasa terangsang kembali, dan kini burung suamiku siap masuk kandang,
“pelan – pelan Aa, perih”,”iyah sayang,,,” sedikit demi sedikit burung suamiku pun masuk
“errrrmmhh,,, sakit Aa..” dan Sleppp !! burung suamiku pun masuk sepenuhnya ke mekiw ku, saya merasa perih, sakit dan ksaya merasa ada yang mengganjal di mekiw ku,
“arrgghh,,,,” perlahan suamiku menarik burungnya dan memasukannya lagi pula secara perlahan, 

Setelah beberapa kali genjotan rasa sakit yang pertama kali saat burung suami ku masuk berubah menjadi rasa yang nikmat dan membuat saya semakin bergairah.
setelah beberapa kali genjotan lalu kita pun mengganti posisi,
” Honey, berdiri terus nungging yah,,,”,
“heemmhh,,, tapi matiin lampunya Aa, Honey malu”.
“ya udah Aa matiin,,,”. Lalu saya pun berdiri dan tangan ku berpegangan pada jendela kamar, tiba – tiba Sleeepppp !! burung suamiku masuk melalui jalan belakang, saya pun kaget namun itu membuat saya semakin liar saja menghadapi suamiku, dia genjot perlahan burungnya lalu kedua tangannya masuk di sela – sela ketiak ku memegang tete ku dan mempermainkan puting ku,
“emmmrrrrhhhh……..”,”hessssshhh,,, aaarrrrhhhhh” saya merasa sudah tidak tahan lagi karena putingku di permainkan sehingga membuatku semakin lebih terangsang dan akhirnya

“aarrgggghhhhh,,,,,,,,,,” saya tarik rambut suamiku dengan repleks,
“udah Honey,,,?” saya hanya diam saja, karena sesungguhnya saya orgasme kedua kalinya, tiba – tiba suamiku pun menyuruhku untuk ganti posisi, kali ini suamiku terlentang di bawah dan saya dia atas
“masukin sama Honey burung Aa nya yah,,,” dan Sleeeppp !!
“Arrrrhhhhgggg,,,,” posisi ku di atas ternyata lebih nikmat dari posisi ku yang tadi, saya pun menggenjot suamiku naik turun
“arrrhhh enak Honey,,” saya merasa posisi ku di atas membuat ku lebih cepat untuk orgasme
“Honey,,, arrrhhh Honey,,,”, suamiku sepertinya akan orgasme pula dan saat saya goyang kan pinggulku secara memutar suamiku pun meladeninya dengan cara menggerakan pinggulnya juga dan akhirnya seperti ada cairan kental yang deras menyembur mekiw ku

“aaarrrrgghhh Honey…” ternyata suamiku telah oragasme namun setelah beberapa saat suamiku orgasme saya pun sepertinya akan merasakan hal yang sama seperti ada aliran listrik yang berjalan dari seluruh tubuhku menuju mekiw ku dan akhirnya
“aaarhhhhhh,,,,,,,,,,,,,,,aarrrhhhhh” saya pun lemas dan jatuh di pelukan suamiku, dan kami pun tertidur sampai lelap dan burung suamiku pun masih tertancap di mekiw ku sampai pagi.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
16.48 | 0 komentar

Selasa, 23 Februari 2016

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Menjadi Korban Wanita Itu

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Menjadi Korban Wanita Itu

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Menjadi Korban Wanita Itu


Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Menjadi Korban Wanita Itu merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+  kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :

Mulai bulan ini aku mendapat tugas ke lapangan di Pulau Kalimantan untuk menjadi care taker site manager untuk proyek pembuatan jalan propinsi. Site manager yang lama terkena kasus penggelapan uang perusahaan dan sudah diselesaikan secara intern perusahaan. Sebenarnya aku belum terlalu pas untuk posisi ini. Namun karena sudah tidak ada lagi person yang bisa dan siap dikirim, maka akhirnya pilihan itu jatuh kepadaku. Aku harus mengepalai dan mengatur segala sesuatu di lapangan sampai perusahaan mendapatkan orang yang cocok untuk menduduki posisi ini.

Sudah 2 minggu aku di lapangan. Rasanya enjoy saja. Hitung-hitung refreshing melepaskan diri dari kesibukan dan rutinitas di Jakarta. Lokasi camp tidak jauh dari kampung terdekat, hanya sekitar 500 m. Camp kami terdiri dari kurang lebih 30 barak untuk keluarga dan bujangan. Sebenarnya aku mempunyai hak untuk menempati mess Direksi. Namun karena sepi tidak ada teman, maka aku lebih banyak tidur di mess bujangan. Dari 8 kamar hanya ada sekitar 5 orang yang tidur secara tetap di mess bujangan. Aku mengambil kamar paling belakang.

Di belakang mess bujangan terdapat rumah seorang warga yang menjadi sub kontraktor untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan tenaga manusia. Kami biasa memanggilnya dengan nama Pak Bambang. Aliran listrik di rumah Pak Bambang mengambil dari aliran listrik camp. Aku belum pernah melihat istrinya dari dekat, namun kulihat sekilas ia bertubuh kecil dan berkulit putih bersih. Cerita Sex 2016

Untuk mengisi waktu senggang dan membunuh rasa sepi maka hampir tiap malam aku ada di kantor ditemani dengan radio 2 meteran. Mulanya agak canggung, namun kemudian asyik juga rasanya bisa berkomunikasi dengan breaker lokal di sana. Kalau sudah bosan nge-break paling-paling nonton televisi. Tidak ada hiburan lainnya. Ibukota propinsi jaraknya kurang lebih 300 km dari site.

Suatu malam ketika aku sedang cuap-cuap di depan radio, tiba-tiba ada suara wanita yang menyela masuk dan kemudian mengajakku berpindah jalur. Setelah berpamitan dengan warga yang masih aktif kamipun berpindah ke frekuensi yang ditentukannya.
“Malam, Ageng,” suara wanita tadi menyapaku.
Aku menggunakan nama Ageng untuk nge-break di sini. Aku pilih nama itu asal saja, karena enak didengar dan mudah diingat. Tidak ada maksud tertentu.
“Malam, ini siapa ya?” tanyaku penasaran.
“Penasaran ya? Ini Lidia,” ia menjawab.
“Kalau boleh tahu Lidia posisi di mana?”
“Seputaran Camp..”. Ia menyebutkan camp tempatku berada.

Aku semakin penasaran, tetapi ia tetap tidak mau menyebutkan lokasi persisnya di deretan camp yang sebelah mana. Beberapa karyawan camp memang dibekali dengan HT untuk memudahkan komunikasi jika mereka sedang bekerja di lapangan. Aku berpikir jangan-jangan Lidia ini istri salah seorang karyawan camp. Aku tidak berani berbicara yang nyerempet-nyerempet, malu khan kalau ia benar-benar istri karyawan di sini.
“Kok namanya Ageng. Apanya yang ‘ageng’?” ia berbisik. Ageng artinya besar.

Suaranya sengaja didesahkan. Busyet!! Justru ia yang mulai menggodaku. Aku tidak mau menanggapi sebelum tahu persis siapa Lidia ini.
“Udahan ya, udah malam. Aku mau nonton TV dulu. Cherio.. Dan 73-88,” kataku sambil memutar tombol power ke posisi off. Sekilas sebelum pesawat mati sepenuhnya kudengar Lidia berteriak”Ageng, tunggu du..”.

Dari kantor aku berjalan kurang lebih 200 m untuk sampai di mess bujangan. Sebelum masuk ke kamar sekilas kudengar dari rumah Pak Bambang suara wanita sedang nge-break. Atau jangan-jangan..! Ah sudahlah. Aku sudah mengantuk dan esok pagi aku harus masuk ke lapangan untuk melihat konstruksi jembatan yang sedang dikerjakan.

Beberapa malam kemudian di udara Lidia masih juga menggodaku dengan nada suara yang dibuat-buat dan kata-kata yang konotatif. Aku tak tahan memendam penasaranku. Esoknya akhirnya aku bertanya pada Pak Dan seorang karyawan yang memegang HT.
“Pak, sebentar Pak,” kataku sambil melambaikan tangan. Pak Dan kemudian menuju ke tempatku berdiri.
“Ada apa Pak Anto?” tanyanya heran.
“Maaf Pak, beberapa malam saya nge-break dengan seorang perempuan bernama Lidia. Siapa dia Pak? Istri karyawan?” tanyaku.
“Bukan Pak. Itu kan istrinya Pak Bambang. Kenapa? Bapak digodain ya. Ia memang biasa ngomong yang ngeres-ngeres kalau lagi di udara,” kata Pak Dan.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
“Ya sudah Pak Dan. Silakan melanjutkan pekerjaan”.
Malamnya aku ketemu lagi dengan Lidia di udara. Kembali ia mengajakku mojok ke frekuensi yang tidak dipakai.
“Selamat malam Ageng.. Anunya”, ia langsung menggodaku. Pada saat mengucapkan kata terakhir sengaja ia menurunkan volume suaranya.
“Malam Lidia yang ge.. Lidia.. Aah. Geli dan basah,” akupun balas menggodanya. Kini aku tahu siapa dia.
“Yang dicari kan yang bikin geli dan kalau nggak basah nanti lecet dong..,” katanya lagi.
“Dan kalau nggak ageng nggak enak dong..,” kataku menimpali.

Ia terkikik. Kami terus berbicara dengan kata-kata yang nyerempet-nyerempet. Setelah beberapa lama aku tak tahan lagi, bahaya kalau nanti aku jadi kepikiran terus dengan kata-katanya. Di ujung kampung ada juga tempat prostitusi liar dengan belasan PSK. Namun masakan aku harus antri di sana dan berebut dengan karyawan perusahaan kayu di sebelah dan dengan karyawanku sendiri. Bisa jatuh merk.

Paginya aku mandi agak kesiangan. Mess sudah sepi, semua penghuninya sudah berangkat kerja. Kamar mandi terletak di bagian belakang mess. Karena penghuni mess semuanya laki-laki, maka kamar mandi dibuat untuk mandi beramai-ramai. Dinding belakangnya tidak tertutup sampai ke atas, paling hanya setinggi dua meter. Rumah Pak Bambang terlihat jelas dari kamar mandi karena memang letak rumahnya di bagian tanah yang agak tinggi.

Aku mandi dengan santai. Siang ini tidak ada rencana ke lapangan dan dalam briefing sore kemarin sudah kujelaskan pekerjaan masing-masing bagian untuk hari ini. Ketika melihat ke arah rumah Pak Bambang aku tercekat ketika kulihat Lidia melihat ke arahku. Meskipun aku mandi dengan tetap mengenakan celana dalam namun tak urung aku merasa jengah juga ditelanjangi oleh tatapan matanya. Ia menatapku dengan tatapan sayu dan gigi atasnya menggigit bibir bawah. Aku segera menyelesaikan acara mandiku.

Malamnya aku duduk di teras mess dengan beberapa warga kampung yang ikut menumpang nonton tv. Tiba-tiba Lidia datang dengan membawa rantang dan memberikannya pada salah satu penghuni mess. Sambil menunggu rantangnya, Lidia duduk berseberangan denganku.
“Malam Pak Anto. Lagi santai nih?” tanyanya berbasa-basi.
“Eh.. Malam juga Bu Bambang. Yahh lagi pengen nonton TV,” jawabku.
“Nggak on air malam ini?” tanyanya lagi.
“Sebentar lagi mungkin Bu. Nonton berita dulu sebentar”.

Kupandangi istri Pak Bambang ini. Selama ini aku hanya melihatnya dari kejauhan. Tubuhnya kecil, kuperkirakan 150 cm dengan berat seimbang. Dadanya cukup besar untuk ukuran tubuhnya. Kulitnya putih bersih.
Dari dalam mess keluar anak yang tadi membawa rantang.
“Maaf Bu Bambang, nggak ada tempat kosong di belakang. Jadi rantangnya biar di sini dulu, besok saya kembalikan ke rumah,” katanya.
“Ya sudah. Ini tadi bikin kolak kebanyakan. Bapaknya nggak pulang. Sayang kalau dibuang, makanya saya bawa saja ke sini,” kata Lidia sambil menatapku.
“Terima kasih kalau begitu. Kebetulan saya juga masih lapar,” kataku.
Akhirnya setelah bercakap-cakap sebentar ia minta diri untuk pulang. Kalau di darat nada bicara dan bahan obrolannya biasa saja, namun kalau sudah di udara. Hhhkkh bikin kita gemas dan BT. Bawah tegang.

Beberapa malam kemudian kulihat rantang yang dibawa Lidia masih tergeletak di meja belakang. Rupanya anak-anak ini lupa mengembalikannya. Kurapikan rantangnya dan aku berniat untuk mengembalikannya.

Ketika aku sampai di rumahnya kulihat Lidia sedang duduk di teras rumah, sedang bermain dengan anaknya. Ia terkejut, tidak menyangka kalau aku sendiri yang mengembalikan rantangnya. Ia berdiri dan menyongsongku.
“Aduhh Pak Anto. Mestinya biar anak-anak itu saja yang mengembalikan ke sini,” katanya sambil menerima rantang.
“Nggak apa-apa kok Bu. Sama saja. Toh juga bukan barang yang berat untuk ditenteng,” kataku.
“Masuk dulu Pak. Ini lagi main sama Ryan”
“Oom kok nggak pernah main ke sini sih. Om sombong deh,” kata Ryan menimpali pembicaraan ibunya. Ryan masih duduk di kelas dua SD.
“Ah nggak kok Ryan. Ini Om kan main juga ke sini. Bapak kemana?”.
“Bapak masih kerja di dalam hutan”.

Kami bertiga duduk di teras rumahnya dan ngobrol. Ternyata nama sebenarnya adalah Arlina, namun di lingkungan sekitar camp sampai ke kampung ia lebih tenar dengan nama udaranya, Lidia. Sesekali Ryan memotong pembicaraan kami. Setelah lima belas menit Lidia menyuruh Ryan masuk untuk belajar. Lidia kembali menggodaku dengan kata-kata yang menjurus dan desahannya yang khas.
“Sudah sebulan Pak Anto di sini. Sudah penuh dong.. Isi kantong celananya,”
“Ya, namanya juga jadi buruh. Kalau nggak begini nanti nggak makan,” jawabku tanpa menanggapi godaannya.

Entah bagaimana mulanya Lidia pun bercerita tentang keadaan rumah tangganya. Ia sering merasa kesepian karena Pak Bambang lebih sering berada di lapangan dan di rumah istri mudanya. Bahkan belakangan ini ia mendengar kabar Pak Bambang sudah punya simpanan lagi. Aku yang sudah lama tidak merasakan kenikmatan bercinta, tiba-tiba saja merasa bahwa Lidia memberikan satu peluang untukku.

Aku permisi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ia mengantarku masuk ke dalam rumah dan terus ke bagian belakang. Setelah selesai buang air kulihat Lidia sedang sibuk di dapur. Kudekati ia dari belakang dan kupegang bahunya. Ia berbalik dan menatapku. Kukecup bibirnya. Ia diam saja. Kukecup sekali lagi. Kali ini ia membalas dengan lembut. Kupeluk, kepalanya kurebahkan ke dadaku dan kuusap-usap rambutnya.
“Sudah Pak Anto. Nanti Ryan melihat kita,” katanya pelan.

Kami kembali ke depan dan kini kulihat sorot matanya lebih bersinar. Memancarkan suatu gairah. Setengah jam kemudian aku berpamitan pulang.
“Kalau Pak Anto menginginkanku, kutunggu nanti malam”.
“Aku tak berani. Takut kalau nanti Pak Bambang tiba-tiba datang”.
“Biasanya kalau sudah lewat jam satu malam Bapaknya tidak pulang. Nanti kalau lampu sudut rumah kumatikan artinya Bapaknya nggak ada”.

Akupun pulang dan mencoba tidur. Tapi sulit bagiku untuk memejamkan mata. Undangan dari Lidia sungguh mengusik pikiranku. Jam setengah dua aku terbangun dan kulihat ke belakang sudut rumahnya terlihat gelap. Sayup-sayup kudengar breaker di radio dari dalam rumahnya, rupanya Lidia belum tidur dan sengaja menungguku. Aku bimbang antara ya dan tidak untuk memenuhi ajakan Lidia.

Kutimbang-timbang kalaupun Pak Bambang tidak datang masih ada Ryan yang mungkin saja terbangun. Kupikir terlalu besar resikonya. Sampai pagipun aku sulit untuk memejamkan mata. Bayangan tubuh Lidia terus menggodaku. Tanpa kupaksa keluar dengan bantuan tanganpun esok paginya beberapa noda berwarna putih menempel di bagian depan celana dalamku. Paginya ia berdiri di depan rumahnya dan ketika aku mandi ia menatapku dengan pandangan kecewa.
Suasana camp mulai terasa ramai karena mendekati perayaan tujuh belasan. Biasanya jika tiba perayaan tujuh belasan maka warga kampung berbaur dengan karyawan campku dan perusahaan kayu di dekat sini untuk melaksanakan berbagai pertandingan.

Aku ikut bertanding dalam beberapa cabang olahraga. Hanya sekedar untuk memeriahkan dan bersenang-senang saja. Sore itu aku baru menyelesaikan satu partai tenis meja. Untuk pertandingan tenis meja dilakukan di dalam ruangan kantor agar tidak terganggu oleh tiupan angin. Meja-meja yang ada cukup ditumpuk di pinggir. Aku kalah straight set, 15-21 dan 10-21. Cukup lumayan setelah lima tahun lebih tidak pernah bermain. Kubuka bajuku dan dengan bertelanjang dada aku menyaksikan partai berikutnya.

Kulihat Lidia juga ada di antara para penonton. Dengan beringsut perlahan-lahan ia berpindah di dekatku. Ia mengenakan baju hitam tipis tanpa kancing dan lengan dipadu celana panjang strecth warna pastel. Bayangan BH-nya yang berwarna putih samar-samar kulihat di balik baju hitamnya yang tipis.
“Hebat juga Bapak kita ini. Mau ikut maju untuk pertandingan kelas kampung,” komentarnya.
“Ah, Cuma sekedar berpartisipasi saja kok,” kataku.
“Bapaknya mana, beberapa hari ini kok nggak kelihatan?”
Terakhir aku melihatnya seminggu yang lalu ketika mengambil uang muka pekerjaan borongan.
“Lagi ke kota. Beli beberapa peralatan untuk tenaga kerja. Ryan juga ikut. Ijin tidak masuk sekolah beberapa hari”.

Entah apa maksudnya mengatakan kalau ia sendirian di rumah. Apakah ini sebuah undangan lagi?
“Kapan pulangnya?” tanyaku meyakinkan.
“Mungkin nanti malam menjelang dinihari. Biasanya kapal dari hilir masuk ke sini antara jam dua belas sampai jam tiga dinihari”.

Lidia menatapku dengan sorot mata kagum. Badanku cukup besar meskipun tidak kekar. Mungkin ia kagum dengan bulu dadaku yang cukup lebat ini. Karena sudah sore dan keringatku sudah tuntas aku pulang ke mess dan berniat untuk mandi. Lidia mengikuti beberapa langkah di belakangku dan ketika aku sampai di depan mess Lidia memanggilku.
“Ssstt.. Pak, Pak Anto,” bisiknya. Aku menoleh.

Ia memberikan kode dengan mulutnya agar aku ke rumahnya sekarang. Aku masuk ke dalam kamar, berganti dengan celana pendek dan kaus lalu ke kamar mandi. Kulihat Lidia sudah menunggu di depan rumahnya. Ia melambaikan tangan dan memberikan isyarat agar aku masuk ke rumahnya lewat pintu belakang.

Kutimbang-timbang dan kali ini kurasa keadaan di dalam rumahnya cukup aman. Tinggal berusaha agar tidak ketahuan karyawan camp. Kubuka pintu belakang mess dengan pelan. Dengan mengendap-endap aku berjalan ke arah belakang rumahnya. Ia sudah menunggu di pintu belakang rumahnya. Dengan cepat aku menyelinap masuk ke ruang tamunya.
“Duduk dulu To,” ia menyuruhku duduk di kursi tamu. Ia sudah mulai memanggilku tanpa sebuta.
“Pak”.

Aku duduk di atas sofa ruang tamunya. Debaran jantungku terasa kencang, perpaduan antara nafsu dan perasaan takut ketahuan. Lidia mengeluarkan kepalanya dari pintu depan, mengamat-amati sekitarnya.
“Aman,” gumamnya.
“Yuk kita ke kamar saja!” ajaknya sambil menarik tanganku.

Bagai kerbau dicocok hidung akupun menurut saja. Kamarnya agak berantakan. Pakaian kotor terserak di lantai.
“Buka pakaianmu,” ia memerintahku dengan berbisik pelan. Tanpa disuruh untuk kedua kalinya dengan cepat kulepas semua kain di badanku. Penisku yang sudah setengah berdiri segera bergoyang-goyang.
“Hmmhh..,” gumamnya sambil mengamati penisku.

Ia menarikku ke arah ranjang, berbaring dan minta bantuan untuk melepaskan celananya. Dengan segera kulepas celana dan sekaligus celana dalamnya. Sejumput rambut hitam terlihat menghiasi selangkangannya. Ketika bajunya akan kubuka ia menggeleng,”Bajunya nggak usah”.
Aku mulai naik ke atas tubuhnya. Kucium dengan lembut. Kepalaku bergeser ke arah leher, dada dan menggigit payudaranya yang masih tertutup bajunya. Tangannya menyingkap bajunya ke atas dan tanganku membantu membuka kait BH-nya. Kusingkapkan cup BH-nya ke atas. Kini payudaranya yang putih mulus dihiasi urat kebiruan menyembul keluar. Segera kuterkam dan kuhujani dengan sedotan lembut dan jilatan pada ujung putingnya. Ia mendesah dan memejamkan mata menikmati jilatan lidahku pada putingnya.

Penisku dengan cepat mengeras dan kugesekkan di atas pahanya. Diambilnya bantal untuk mengganjal pantatnya. Tangannya dengan cepat menangkap penisku dan segera mengarahkannya ke bibir vaginanya. Kakinya mengangkang lebar. Dengan pelan namun pasti penisku segera saja masuk ke dalam vaginanya yang sudah licin dan basah.
“Ehmm. Untung sudah basah, kalau tidak bisa lecet punyaku,” kataku berbisik menggodanya, mengingatkan pada gurauan kami dulu. Ia terkekeh pelan sehingga bibir di selangkangannyapun ikut bergerak-gerak.
“Iya, ini yang bikin gelisah. Geli dan basah,” sahutnya sambil mulai menggerakkan pinggulnya.

Akupun mulai memacu hasratku berlomba dengan gairahnya. Kali ini gairahku cepat sekali naik dengan tajam. Mungkin karena sudah terlalu lama spermaku tidak diganti ditambah dengan adanya rasa takut ketahuan.
Tidak sampai lima menit tiba-tiba kurasakan aku akan sampai. Kuhentikan gerakanku.
Ia menatapku heran,
“Kenapa To? Mau keluar?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Keluarin saja di dalam. Nggak apa-apa,” katanya pelan. Ada sedikit nada kecewa di sana.

Tanpa ada gerakan lagi penisku segera memuntahkan cairan putih yang kental sekali. Tujuh kali aku menyemprotkan cairanku. Terasa banyak sekali sampai mengalir keluar dari vagina dan menetes di sprei. Lidia mendorongku dan segera melap penisku dengan handuk kecil di dekatnya. Spermaku yang menetes di sprei juga dilapnya setelah ia mengamati dan menyentuhkan jarinya pada cairan kental yang menempel di sprei tersebut.
“Hmmh. Pantas saja cepat tumpah, begitu banyak dan kental sekali. Selama di sini emangnya kamu tidak pernah main di ujung kampung sana?” katanya pelan.
Aku menggeleng lemah. Badanku terasa sakit namun sekaligus juga merasa ringan. Energi yang kukeluarkan kali ini rasanya seperti aku melakukannya dalam waktu satu jam.
Kupegang dan kuremas tangannya.
“Sorry Lis, aku tak mampu lagi menahannya,” kataku.

Kujelaskan kalau memang selama di sini aku tidak pernah menyentuh perempuan dan kali ini ditambah rasa takut ketahuan sehingga dengan cepat aku sudah menyerah. Kukecup punggung tangannya. Ia masih memperlihatkan raut muka kecewa, namun ia mengerti dengan keadaanku.
“Ya sudah, nanti lain waktu kita akan lakukan lagi. Tapi kamu harus berjanji akan memuaskanku,” katanya lagi.

Kukecup keningnya, dan akupun mengenakan pakaianku dan keluar dari pintu belakangnya kembali ke mess.
Pagi-pagi sekali Lidia menemuiku di teras mess.
“Minggu depan aku mau ke kota. Ada keperluan keluarga sedikit,” katanya.
Minggu depan? Tiba-tiba saja aku tersadar bahwa minggu depan aku juga harus ke kantor cabang di kota untuk mengambil gaji dan keperluan camp lainnya. Aku tersenyum sendiri.
“Kalau begitu kita sama-sama saja. Aku juga harus ke kota. Biasa mengambil jatah,” kataku.
Ia merengut, “Jatah yang mana lagi maksudmu. Bukannya tadi malam kamu sudah ambil. Kamu masih mau main lagi dengan pelacur-pelacur di kota?”

Aku terkejut, mengapa ia jadi sensitif begini. Mungkin masih ada perasaan kecewa karena gairahnya tadi malam belum tersalurkan.
“Jangan marah-marah terus. Aku ke kota ambil gaji karyawan dan keperluan camp”. Sekejap kemudian ia langsung tersenyum dan raut mukanya menjadi cerah.
“Asyik dong. Kita bisa sama-sama di kota,” katanya sambil memonyongkan mulutnya.
“Tapi ketemunya di mana?” tanyanya lagi.
“Gampang saja. Nanti kamu telpon ke kantorku atau ke mess kalau malam dan kita bisa bikin janji”.
“Baiknya aku mengaku siapa nanti kalau telepon ke kantor?” tanyanya lagi. Gara-gara semalam nggak puas makanya perempuan ini jadi agak telmi, aku menggerutu dalam hati.
“Bilang saja kalau kamu tanteku. Tante girang.. Gitu,” jawabku asal-asalan.
“Jangan begitu,” tiba-tiba nada suaranya berubah menjadi tinggi.
“Sorry, sorry. Bukan itu maksudku. Bilang saja Lidia atau siapa saja nggak masalah”.

Akhirnya tiba harinya aku turun ke kota. Lidia sudah berangkat kemarin dengan kapal sungai. Dari lokasi kerjaku menuju ke kota memang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal sungai. Nantinya kalau proyek yang sekarang dikerjakan perusahaanku dengan beberapa perusahaan lain telah selesai barulah tembus jalan darat ke kota.
Sesampai di kota, aku segera menyelesaikan urusan-urusanku menyangkut laporan penggunaan dana dan pengajuannya, progress report pekerjaan dan detail lainnya yang diperlukan.

Malamnya Lidia menelponku dan ia sudah booking kamar sebuah hotel kelas menengah untuk kota ini. Ia bilang akan menunggu di sana jam delapan. Jam delapan kurang lima aku sudah berada di muka pintu kamarnya. Kuketuk tiga kali dan kudengar suara kunci diputar. Lidia sudah berada di depanku dan akupun segera masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang cukup nyaman dengan pandangan ke arah bukit di kejauhan.

Ia mengenakan gaun tidur yang tipis sehingga pakaian dalam dan lekuk tubuhnya membayang jelas. Kakinya mengenakan stocking hitam. Aku duduk di tepi ranjang, sementara Lidia di belakangku berdiri di atas lututnya dan mulai menciumi tengkuk dan telingaku. Aku kegelian dan sekaligus terangsang. Aliran hangat mulai menjalar di sekujur tubuhku.

Tangannya kupegang, kuputar tubuhnya dan kutarik ke tubuhnya ke pangkuanku. Kucium bibirnya dengan ganas. Lidia meronta sebentar tapi kemudian ia membalas ciumanku dengan tidak kalah ganasnya.
“Anto.. Ah.. Ehh .. Ouhh”, Ia gelagapan membalas ciumanku.
Aku terkejut ketika tangannya meremas penisku yang mulai menggembung di balik celana panjangku. Aku tersenyum sambil mencolek payudaranya.

Tangannya membuat beberapa gerakan dan gaun tidur yang dikenakannya sudah merosot ke pinggangnya. Tangannya kemudian membuka BH-nya dan menyodorkan dadanya ke depan mukaku. Tanpa menunggu lagi aku langsung meremas payudaranya dengan penuh nafsu. Payudaranya berbentuk bulat dan terasa kencang seperti milik gadis dua puluh tahunan. Tangannya kemudian membuka kausku. Aku menciumi payudaranya dan menghisap putingnya yang berwarna coklat muda dan mulai mengeras. Tangan Lidia membelai rambutku sambil sesekali mendekap kepalaku ke payudaranya.

Aku menggunakan jariku untuk membelai daerah selangkangannya, dan jariku juga mulai menekan terutama di belahan vaginanya. Tangan Lidia menggesek penisku yang semakin mengeras.
“Aah.. To.. Sss.. Enak.. Teruss.. Anto.. Ahh”

Mendengar erangan Lidia nafsuku sudah tidak dapat ditahan lagi. Aku merebahkan diri sambil menciumi leher Lidia dan terus naik ke bibirnya. Kubuka celana panjang dan kemudian celana dalamku. Aku terus menciumnya dengan penuh nafsu, kutindih tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Badanku yang besar seolah-olah menenggelamkan badannya yang kecil mungil. Sambil mendesah Lidia berkata.
“Ahh.. Awas kalau keluar duluan lagi..”
Kulepaskan gaun tidur dan sekaligus dengan celana dalamnya.
“Akhh..” ia meronta-ronta dengan pelan.

Kami saling mengulum bibir dengan penuh nafsu, nafas kami mulai tidak teratur. Kaki Lidia menjepit pinggangku Aku menciumi leher kemudian turun ke payudaranya, aku sedot putingnya sampai mengeluarkan bunyi. Kemudian bibirku turun dan menggelitik pusarnya. Lidia tidak tahan dengan perlakuanku, badannya bergerak-gerak tak teratur menahan gel.
“Anto.. Akh.. Geli akh.. Basah..”.

Aku terus menciumi perutnya, lalu turun dan saat sampai di depan selangkangannya aku menurunkan kepalaku, menjilati paha dan sesekali menggigitnya. Lidia mengganjal kepalanya dengan bantal dan mengamatiku. Ketika mulutku mulai menyapu vaginanya ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya.

Kuusap betisnya yang tertutup stocking hitam. Sudah lama aku memiliki fantasi bercinta dengan wanita yang memakai stocking. Kini obsesiku terpenuhi. Kugelitik klitorisnya dengan lidahku. Ia mengejang lembut dan dinding vaginanya ikut berdenyut bereaksi menyambut aksi lidahku. Jari tengah kananku kumasukkan ke dalam saluran vaginanya dan ujungnya kugerak-gerakkan menggelitik dinding rahimnya. Ia semakin keras mengerang. Tangannya meremas tepi spring bed di atas kepalanya.
“Anto.. Sudah To. Cukup.. Sudah, aku menyerah.. Ayo.. Cepat masukkan.. Lakukan sekarang.. Ouuhh,”

Kuhentikan rangsangan pada vaginanya dan aku bergerak menindihnya. Penisku kuarahkan ke vaginanya yang basah, kutekan perlahan dan ketika kepalanya sudah masuk seluruhnya maka aku menekan pantatku dengan keras.
“Sshh.. Akhh.. Terus To.. Akh..”, Lidia merintih

Bibir kami saling bertautan dengan kuat. Ketika kulepaskan ciumanku maka justru bibirnya mencari-cari bibirku. Mulutnya setengah terbuka sambil mendesis-desis. Aku menggerakkan penisku dengan perlahan dan sesekali dengan tempo cepat. Rasanya penisku dijepit dan diremas-remas oleh tangan yang kuat membuat penisku rasanya akan meledak.

Aku terus memompa penisku di vaginanya dengan tempo yang bertambah cepat. Nafasku mulai memburu. Payudaranya kuremas dan kupencet sehingga putingnya menonjol. Kujilati putingnya dan kugigit-gigit dengan bibirku. Aku menghentak tubuh Lidia ke ranjang dengan kasar saat pinggulnya membuat gerakan memutar.
“Lidiaa.. Lis.. Akh.. Ouch.. Akh..”.

Kurasakan tubuh Lidia juga mulai bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar. Matanya setengah terbeliak, bola matanya memutih. Kakinya menjepit pinggangku tubuhnya beberapa kali mengejang lembut dan kutekan tubuh Lidia hingga tubuh kami semakin merapat.
“Akh.. Anto.. Nikmat sekali.. Sss”
“Yeah Lissaa.. Akh. Kalau saja aku tahu dari dulu di camp.. Pasti aku..”
“Akh.. Tekan yang cepat dan kuat.. Akh..”

Mata Lidia kini terpejam menikmati sodokan penisku. Aku kemudian mengangkat kedua kakinya dan memegangnya dengan tanganku. Aku dalam posisi setengah berlutut, tanganku memegang pinggangnya dan penisku menekan dengan irama yang semakin cepat. Vaginanya terasa basah dan becek, namun penisku bagaikan dijepit tangan perkasa.
“Akgh Anto.. Aku hampir.. Aakkhhu.. Hampir keluarhh.. Ouchhgg.. Akhh”.

Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya dan kupeluk dengan rapat. Aku menikmati ekspresinya menunggu saat Lidia mencapai orgasmenya. Kudiamkan sejenak gerakan penisku. Lidia meracau dan tangannya memegang pinggangku serta menggerakkannya naik turun. Aku masih ingin menikmati permainan dan kuharapkan dapat kucapai puncak bersama-sama.

Aku mengehentakkan pantatku naik turun dengan sedikit kasar. Keringat kami sudah mulai bercucuran. Tangan Lidia meremas-remas pantatku dan kadang menariknya seolah-oleh penisku kurang dalam masuk dalam vaginanya. Saat aku merasakan hampir meledak aku melambatkan gerakanku dan mengatur nafasku sambil menghisap putingnya, ketika perasaan itu sedikit hilang aku mulai bergerak lagi.

Tangannya meremas rambutku dan dengan liar bibirnya mencari bibirku. Dia mendesah dengan gerakan yang sangat liar. Kini saatnya kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
“Yeah.. Anto.. Akhh. Ayo.. Kamu belum mau keluar juga.. Akhh ouchh. Aku sudah..” Lidia mengejang. Ia mengangkat pantatnya dan kutekan penisku sehingga rasanya mentok sampai di dasar rahimnya. Penisku serasa disedot sebuah pusaran kuat. Tubuh Lidia melengkung dan tangannya mengusap pipiku dengan kuat. Kutekan pantatku perlahan namun penuh tenaga.
“Yeacchchh..”.
Tubuh kami menggelinjang bersama dengan hebat, kami berteriak dan tidak perduli jika orang lain di luar kamar mendengarnya
“Akhh.. To.. Anto.. Aakkhh..”.
“Lidia kamu hebathh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch..”

Kami mengelepar menikmati kenikmatan yang kami rasakan bersama. Kakinya membelit betisku dan mengencang. Kurasakan gesekan kakiku dengan stokingnya yang halus membuat kenikmatan yang ada menjadi lebih lagi. Kucium bibirnya lagi dengan ganas. Tangannya terangkat dan berada sejajar dengan kepalanya.
Aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya saat penisku mulai mengecil dan terlepas dari vaginanya. Tubuhnya merinding bergetar saat aku mencabut penisku.
“Nikmat sekali To. Coba begini saat di camp dulu. Pasti aku tidak akan marah-marah”.
“Ya, kamu kan maklum dengan situasi dan kondisi waktu itu”.

Kulepas stokingnya perlahan dan kuletakkan begitu saja di dekat perutnya. Kuangkat tubuh mungilnya dan kugendong ke kamar mandi. Aku di belakangnya memeluk tubuhnya sambil menyabuni dada, perut dan selangkangannya.
“Aku ingin babak berikutnya dengan variasi lainnya,” katanya dengan nada genitnya yang khas.
Doggie style jelas merupakan variasi yang menambah kenikmatan.

Selesai mandi kami kemudian saling mengeringkan tubuh. Ketika ia mengeringkan selangkanganku, kenakalannya mulai timbul. Dikocoknya penisku dan mulutnya lansung mengulum penisku yang masih kedinginan. Penisku baru setengah berdiri dan Lidia menghentikan aksinya.
“Sekedar pemanasan. Extra show untuk ronde kedua, tapi kita istirahat dulu sebentar khan? Aku masih lelah sekali. Kamu liar tanpa aturan”.
“Kalau lambat-lambat, nanti kamu marah lagi. Katanya kurang gelisah”.

Kami berbaring sambil mengobrol.
“Anto aku mau tanya serius sekarang,” katanya.
“Apaan?”
“Kalau misalnya aku cerai, kamu mau mengawiniku? Aku mau hidup tenang berkumpul dengan suami di rumah”.
Alamak, lemas aku mendengarnya. Kuusap-usap bahunya.
“Bagaimana?” desaknya.
“Apanya?” tanyaku pura-pura bloon.
“Itu tadi. Aku bercerai dan kita kawin,” katanya mantap.
“Tadi sudah dan sebentar lagi kita juga kawin,” isengku mulai timbul.
“Kamu diajak ngomong serius, malahan bercanda terus. Tapi aku merasa kalau kamu hanya ingin untuk sekedar senang-senang saja”.
“Kita lihat saja nanti,” jawabku. Hanya sekedar untuk menghentikan segala omong kosong ini.

Ia menatapku dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Bibirnya mengecup bibirku dengan lembut kemudian ke bawah sampai di leherku. Kuciumi telinganya dan kuhembuskan napasku dekat telinganya. Ia menggelinjang kegelian. Detak jantung mulai meningkat. Ia terus menciumi dadaku. Kurasakan buah dadanya menekan lenganku. Kenyal dan padat.

Kugerakkan kepalaku ke punggungnya kuciumi punggungnya yang mulus. Buah dadanya kuremas dengan tanganku. Kubalikkan tubuhnya dan ia segera menindih tubuhku. Payudaranya terlihat sangat putih, kencang dan padat dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda menggantung di atas dadaku. Putingnya yang coklat muda tidak sabar menunggu untuk dikulum. Payudara kiri kuisap dan kujilati, sementara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti-ganti. Tangan kiriku mengusap-usap rambut dan tengkuknya dengan lembut.
Lidia mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.
“Upps.. Lagi Anto. Ououououhh.. Nghgghh, Anto ayo teruskan lagi.. Ouuhh.. Anto”

Payudaranya kukulum habis. Lidia menggoyangkan kepalanya dan mencium leherku sampai ke dekat tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Senjataku sudah siap untuk masuk dalam babak ke dua.
Mulutnya terus bergerak ke bawah dan kini Lidia mengisap-isap buah zakarku dan menjilati batang penisku. Kupalingkan mukaku ke samping dan kugigit ujung bantal.

Tiba-tiba penisku mengencang dengan sendirinya hingga condong mendekati permukaan perutku ketika lidah Lidia mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga penisku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut.
“Hmm.. Luar biasa nikmat,” komentar Lidia sambil terus melakukan aktivitasnya. Kuangkat kepalaku dan kuperhatikan Lidia sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum penisku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum genit.

Lidia melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan bergerak naik ke tubuhku. Bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya. Lidah kami kemudian saling memilin dan mengisap. Tanganku mengembara ke selangkangannya dan kemudian jari tengahku masuk menerobos liang kenikmatannya sampai menemukan tonjolan kecil di dinding atas sebelah depan. Lidia meremas dan mengocok penisku. Penisku semakin menegang dan mengeras.
“Ouououhhkk.. Nikmatnya.. Puaskan aku lagi,” ia memohon dengan suara tertahan.

Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat penisku. Kurasakan pantat dan pinggulnya bergoyang menggesek penisku. Dan tanpa kesulitan kemudian kepala penisku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab dan licin. Kurasakan dinding guanya semakin berair membasahi penisku.
“Akhh Anto ayo kita sama-sama nikmati lagi.. Oukkhh”.
Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.

Lidia bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakan pantatnya berubah menjadi maju mundur. Gerakannya mulai dari perlahan menjadi cepat dan semakin cepat. Ia mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar. Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala penisku berada di bibir guanya dan kemudian berkontraksi mengurut kepala penisku. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku seperti diremas dan diurut.

Ia menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala penisku sampai beberapa kali dan kemudian dengan cepat ia menurunkan pantatnya hingga seluruh batang penisku tenggelam seluruhnya. Ketika batang penisku terbenam seluruhnya badannya bergetar dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kekiri. Napasnya berat dan terputus-putus.

Kuisap putingnya yang sudah keras. Gerakannya semakin liar dan cepat. Tanganku memeluk punggungnya dengan erat sehingga tuuh kami semakin merapat. Ia juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat terasa. Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku hampir terlepas, dan ia menurunkan lagi dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. 

Kembali penisku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar. Tangannya meremas rambutku, memukul dan mencakar dadaku. Punggungnya melengkung ke atas menahan rasa nikmat. Mulutnya meracau, mendesah dan mengerang dengan kata-kata yang tidak jelas.
“Anto.. Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu.. Ar,” desahnya.
Aku semakin keras menyodok vaginanya dari bawah. Aku belum ingin keluar, tetapi biarlah ia kuberikan babak tambahan
“Sshh.. Shh.. Anto sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik. Tubuhnya mengeras, merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Pantatnya ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga terasa licin.

Tubuh Lidia mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya. Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.
“Terima kasih. Ini yang kucari. Kau sungguh jantan sekali. Aku puas denganmu. Berikan aku istirahat sebentar, lalu..,” ia berbisik di telingaku.
Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping. Penisku yang belum menuntaskan tugasnya tentu saja masih keras dan siap masuk dalam babak tambahan.
“Sudahlah sayang, biarkan aku istirahat dulu sebentar saja..”

Aku tidak mendengarkan permintaanya, dan kini kugenjot vaginanya sampai berbunyi. Ia diam saja saja sambil memulihkan tenaga. Vaginanya terasa sangat basah dan licin. Kucabut penisku dan kuambil selimut untuk mengelap vaginanya supaya lebih kering. Aku naik lagi ke atas tubuhnya. Kembali kuarahkan moncong penisku ke sasaran. Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya. Dengan tenaga penuh kudorong pantatku dan langsung kugenjot dengan tempo perlahan. 

Dalam keadaan dinding vagina kering kembali vaginanya memberikan kenikmatan yang maksimal.
Setelah beberapa menit Lidia kembali bangkit gairahnya. Iapun kemudian mengimbangi gerakanku dengan gerakan pinggulnya. Diganjalnya pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya menonjol agak naik. Kami berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi silang, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki kiriku. Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat memberikan kenikmatan optimal, sehingga sangat menghemat tenaga.

Kami makin terbuai dalam kenikmatan akibat gerakan kami masing-masing. Kini kedua kakinya menjepit kakiku. Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik turun. Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya.
“Ouh.. Achch.. Mmmhh.. Ngngngnhhk,” Lidia mendesah tertahan.

Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang sangat lambat. Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi sehingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil.
Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku. Dalam posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja. Aku tidak dapat menarik sampai keluar karena pasti sulit untuk memasukkannya lagi. Namun dalam posisi demikian jepitan dari dinding vaginanya jadi sangat terasa.
“Oohh.. Berubah To. Doggie.. Too” ia melenguh panjang.

Kucabut penisku dan ia berbalik. Aku turun dan berdiri di sisi ranjang. Aku akan menggenjotnya dalam posisi berdiri. Pantatnya naik menantangku, kepala dan dadanya merapat di atas ranjang. Kurenggangkan pahanya dan kubawa kemaluanku ke vaginanya. Tak lama kemudian penisku sudah menyusup dalam vaginanya. Iapun mendorongkan pantatnya ke arahku.
Kupegang kedua sisi pinggangnya dan kugerakkan seirama dengan gerakan pantatku. Kucabut penisku lagi dan kususupak kepalanya di bibir vaginanya, kemudian kukencangkan otot PC ku. Akibatnya ketika kukencangkan otot PC ku, maka penisku mendongak dan seolah mencongkel vaginanya.
“Ouuww.. Nikmat.. Ahh lagi Tokk.. Bawa aku ke bulan jantanku yang perkasa!”

Kuulangi beberapa kali sampai ia menjerit-jerit minta ampun. Pantatku kudorong kembali dalam gerakan maju mundur berirama. Kini tangannya menahan berat tubuhnya. Payudaranya yang menggantung bebas bergerak ke sana kemari setiap aku menyodoknya. Kujulurkan tanganku untuk meremas dan memilin putingnya.
“Gimana Lis, puas?”
“Ouhh.. Aku tak sangka kau begini hebat. Sewaktu di camp kupikir kamu hanyalah sebangsa ayam sayur”.

Kami mengubah posisi lagi, kembali dalam posisi konvensional. Kedua kakinya kuangkat ke atas bahuku. Dengan bertumpu pada tangan kuberikan gerakan seperti orang melakukan push-up.
“Antoo.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu..”
Kuperkirakan sudah kurang lebih setengah jam kami memainkan babak tambahan ini. Tenagaku sudah mulai berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak. Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.

Aku menggeser tubuhku sedikit ke arah kepalanya. Penisku kini menggesek dinding atas vaginanya. Gesekan kulit penisku dengan klitorisnya terasa sangat nikmat. Terasa helm bajaku seperti tersangkut ketika kutarik ke belakang.

Deritan ranjang, erangan, bunyi paha beradu dan kata-kata yang tidak jelas seakan-akan berlomba memenuhi kamar. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya AC kamar tak terasa lagi. Yang kami rasakan hanyalah panasnya gairah untuk menuju puncak kenikmatan. Kurasakan ada aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri permainan ini. Lidia terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.
“Lidia.. Lis sebentar lagi aku mau keluar..”
Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.
“Ayolah Anto aku juga mmau kkel.. Uar. Kita sama-sama sampai”.

Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku. Kakinya mengangkang lebar. Kuhunjamkan pinggulku dalam-dalam sambil memekik tertahan.
“Lidia.. Ouh .. Ayo.. Sekarang.. Sekarang”.
“Ouh Anto aku.. Juga.. Keluar.. Lakukan”.

Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat. Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat. Kutembakkan lahar panasku sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam di bahuku sampai terasa pedih. Napas kami masih ngos-ngosan. Kucabut penisku dan aku menggelosor di sampingnya. Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku. Mulutnya mengucapkan kata-kata penuh kenikmatan. Kepalanya masih menggeleng-geleng. Mungkin masih ada sisa-sisa aliran kenikmatan yang dirasakannya.

Selama tiga malam di kota, aku benar-benar dipuaskan dengan permainannya. Ketika kembali ke camp rasa percaya diriku timbul kembali dan ketika keadaan rumahnya aman terkendali aku bisa berpacu dengannya. Ada memang bisik-bisik tentang hubungan kami yang beredar di camp. Dua bulan kemudian perusahaan telah mendapatkan orang yang menjabat posisi site manager secara tetap.
Akupun kembali ke Jakarta, mulai menikmati lagi kemacetan, panas, rasa persaingan yang sangat ketat dan segala dinamika lainnya.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
16.47 | 0 komentar