Rabu, 30 Desember 2015

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha 

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha   . Berikut cerita 17+ nya :

Namaku Ricko, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marsha si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.

Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marsha yang biasa kupanggil Marsha, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.

Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Marsha, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Marsha pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.

“Marsha..udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong..mau ganti baju nih..!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya..!” pintaku padanya.
“Iya….boleh..” ungkapnya.
“Aku masuk ya..!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marsha memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“Marsha..kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Marsha sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Marsha..?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak..serius banget deh kayaknya..!” ungkap Marsha penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja..!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain…sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih..peluk gimana sih.., emang mau ngapain.., nggak mau ah..!” bantahnya.
“Sebentar…aja…ya..Marsha..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah..yang enggak-enggak aja sih..” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.

Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.

Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marsha yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
“Iiih…diapain sih tuh..udah…ah..!” seru Marsha sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang Marsha..abis kamu cantik sekali Marsha..!” ungkapku terus terang.
Marsha pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.
“Anunya bangun ya kak..?” tanya Marsha heran.
“Iya Marsha..aku terangsang sekali..” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak Marsha..?” tanyaku padanya.
“Nggak ah..entar ada orang masuk lho..!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya..!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.

Sementara Marsha menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marsha masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya….?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Marsha mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
“Nih lihat…cepetan mumpung nggak ada orang..!” ungkapku pada Marsha sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marsha pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
“Iiih ngapain sih… Malu tahu..!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu Marsha..kan udah nggak ada orang..” kataku berdebar-debar.
“Mau pegang nggak…?” Ungkapku sambil menarik tangan Marsha kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marsha mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marsha kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.
“Iiiih..takut ah..gede banget sih..!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.

“Aaaah..ooouw…terus Marsha..enak banget..!” aku mulai merintih. Sementara Marsha sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Marsha..?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap Marshagan Marsha, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marsha terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marsha menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana Marsha…..?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya..!” jawab Marsha polos.

Aku kembali berdiri dan memeluk Marsha dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marsha pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marsha membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marsha terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.

Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marsha yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marsha yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
“Marsha…buka ya celana dalamnya…!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh…mau ngapain sih…pake dibuka segala..?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu.. Marsha tenang aja..!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marsha.
“Tuh kan….malu..masa nggak pake celana dalam sih..!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa…kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.
“Kamu kan udah pegang punyaku..sekarang aku pegang punyamu ya..Marsha..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong..geli nih..” ungkap Marsha, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.

“Ya udah…punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marsha tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marsha. Lama kelamaan memek Marsha mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marsha, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.

Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marsha membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marsha pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marsha bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.

“Terus kita mau ngapain nih..?” ungkap Marsha heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marsha tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marsha, menempel tepat pada belahan memek Marsha, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marsha pun semakin membasahi batang kontolku.

“Aaah..Marsha..enaaaak…bangeet..!” aku merintih nikmat.
“Apa sih rasanya…emang enak..ya..?” tanya Marsha, heran.
“Iya..Marsha..rapetin kakinya ya..!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marsha. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
“Ah geli nih… udah belum sih..jangan lama-lama dong..!” pinta Marsha tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya..Marsha.. sebentar lagi ya..!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marsha dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh..aaaoww..Leenn..aku mau keluaarr..crottt..crott..crottt..oouhh..!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marsha, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
“Iiiih…jadi basah..nih..!” ungkap Marsha sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
“Hangat..licin..ya..?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini…namanya..?” Marsha bertanya padaku.
“Hmm..itu namanya air mani..Marsha..!” jelasku padanya.

Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marsha sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marsha tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.

Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marsha gadis kecil yang cantik.
Marshapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
“Marsha..makasih ya..udah mau pegang punyaku tadi..!” ungkapku pada Marsha yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marsha.
“Iya..nggak apa-apa..asal jangan lagi ada orang aja..kan malu..!” ungkap Marsha polos.
Setelah itu Marsha pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini : 
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar