Kamis, 31 Desember 2015

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Goyangan Maut Sinta

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Goyangan Maut Sinta

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Goyangan Maut Sinta . Berikut cerita 17+ nya :

“Masak apa Sin?” kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur.
“Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,” katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya. “Tapi nggak sampe keiris kan?” tanyaku menggoda.
“Mbak Ratri kemana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?” tanyanya tanpa menolehku.
“Dia lembur, nanti aku jemput habis magrib,” jawabku.
“Kamu nggak ke kampus?” aku balik bertanya.
“Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.”
“Aauww,” teriak
Sinta tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya.
“Sini aku bersihin,” kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan.
Sinta nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya luka irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya. Sinta nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya.
“Udah ah Mas,” katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku.

Aku pura-pura tak mendengar, dam masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya.
“Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,” katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku.
Kali ini ia berhasil melepaskannya.
“Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?” godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya.
“Yee, nggak ada hubungannya, tau,” jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya.
Kami memang akrab, karena usiaku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, istriku yang juga kakak dia 25 tahun, sedangkan adik iparku ini masih berumur 23 tahun.
“Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?” tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi.

Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab,
“Tergantung.”
“Tergantung apa Mas?” desaknya seperti penasaran.
“Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa Ma pacarnya,” jawabku sekenanya sambil terkekeh.
“Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?” tanya dia.
“Hehehe,” aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu.
“Yee, malah ketawa sih,” katanya sedikit cemberut.
“Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,” jawabku lagi sambil tertawa.
“Hah, awas lho ya. Ntar Sinta bilangan lho Ma Mbak Ratri,” katanya sambil menahan tawa.
“Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,” kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya.
“Huuuu, Mas nih ditanya serius malah becanda.”
“Lho, aku emang serius kok Sin,” kataku sedikit berpura-pura serius.

Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan
gemas. Dia tiba-tiba berdiri.
“Sinta mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin,” katanya.
Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal banget body dia. Begitu pikirku saat itu. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu dia.
“Sini biar aku bantu,” kataku sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya.
Sinta seolah tak mau dibantu, ia berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya.
“Udah ah, nggak usah Mas,” katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian.

Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Sinta nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan. Lama kami saling berpandangan.
Perlahan mukaku kudekatkan ke muka dia. Dia seperti kaget dengan tingkahku kali ini, tetapi tak berusaha sedikit pun menghindar. Kuraih kepala dia, dan kutarik sedikit agar lebih mendekat ke mukaku. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menSintuh bibirnya.
“Maafin aku Sin,” bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini.
Sinta tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, tetapi ia belum memberikan respon juga.

Tanganku masih tetap memegang bagian belakang kepala dia, sambil kutekankan agar mukanya semakin rapat saja dengan mukaku. Sementara tangaku yang satu, kini mulai kulingkarkan ke pinggulnya dan kupeluk dia.
“Sshh,” Sinta seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menSintuh dan menciumi bibirnya.
Seperti tanpa ia sadari, kini tangan Sinta pun sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu.
“Sshh,” dia mendesah lagi. Mendengar itu, bibirku semakin ganas saja menjilati bibir Sinta.
Perlahan tapi pasti, kini dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu.
“Aahh, mass,” kembali dia mendesah.

Mendengar desahan Sinta, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap-isap lidahnya. Sinta semakin terlihat mulai terangsang oleh ciumanku. Ia sesekali terlihat menggelinjang sambil sesekali juga terdengar mendesah.
“Mas, udah ya Mas,” katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku.
Aku menghentikan ciumanku. Kuraih kedua tangannya dan kubimbing untuk melingkarkannya di leherku. Sinta tak menolak, dengan sangat ragu-ragu sekali ia melingkarkannya di leherku.
“Sinta takut Mas,” bisiknya tak jauh dari ditelingaku.
“Takut kenapa, Sin?” kataku setengah berbisik.
“Sinta nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,” katanya lebih pelan.
Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan apa yang dia takutkan itu. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya. Sinta dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali. Kucium kembali dia, dan dia pun perlahan-lahan mulai membalas ciumanku itu.

Tanganku mulai meremas-remas kembali rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya. Pantanya hanya terbalut celana pendek tipis saja saat aku mulai meremas-remasnya dengan nakal.
“Aahh, Mas,” desahnya.
Mendengar desahannya, tanganku semakin liar saja memainkan pantat adik iparku itu. Sementara tangaku yang satunya, masih berusaha mencari-cari payudaranya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya kudapati juga buah dadanya yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dari tadi ini, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya.
Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi Sinta sepertinya dapat merasakan sekali tegangnya batang kemaluanku itu.
“Aaooww Mas,” ia hanya berujar seperti itu ketika semakin kuliarkan gerakan penisku persis di bagian vaginanya.

Tanganku kini sudah memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan
mulai kuberanikan diri untuk mencoba merosotkannya. Sinta sepertinya tak protes ketika celana yang ia kenakan semakin kulorotkan. Otakku semakin ngeres saja ketika seluruh celananya sudah merosot semuanya di lantai. Ia berusaha menaikan salah satu kakinya untuk melepaskan lingkar celananya yang masih menempel di pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti tak mau melepaskan bibir kami masing-masing. Dengan posisi Sinta sudah tak bercelana lagi, gerakan-gerakan tanganku di bagian pantatnya semakin kuliarkan saja.

Ia sesekali menggelinjang saat tanganku meremas-remasnya. Untuk mempercepat rangsangannya, aku raih salah satu tanganya untuk memegang batang zakarku kendati masih terhalang oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celanaku. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya.
Beberapa saat kemudian, tangannya mulai merosotkan celanaku. Dan oleh tanganku sendiri, kupercepat melepaskan celana yang kupakai, sekaligus celana dalamnya. Kini, masih dalam posisi berdiri, kami sudah tak lagi memakai celana. Hanya kemejaku yang menutupi bagian atas badanku, dan bagian atas tubuh Sinta pun masih tertutupi oleh kaosnya. Kami memang tak membuka itu.
Tanganku kembali membimbing tangan Sinta agar memegangi batang zakarku yang sudah menegang itu. Kini, dengan leluasa Sinta mulai memainkan batang zakarku dan mulai mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas biji pelerku itu.
“Oohh,” tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu.
“Mas, udah Mas. Sinta takut Mas,” katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu.
“Aahh,” tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menSintuh klitorisnya.

Lubang vagina Sinta sudah sangat basah saat itu. Aku seperti sudah kerasukan setan, dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya.
“Aaooww, mass, een, naakk..” katanya mulai meracau.
Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Sinta yang sudah sangat basah.
“Aaoww, aaouuww,” erangnya panjang saat kepala penisku kusentuh-sentukan persis di klitorisnya.
“Please, jangan dimasukin Mas,” pinta Sinta, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya.
“Nggak Papa Sin, sebentaar aja,” pintaku sedikit berbisik ditelinganya.
“Sinta takut Mas,” katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya.

Tangan kiri Sinta mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja.
“Pegang aja Sin,” kataku pelan.
Sinta yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari Sinta di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan.
“Aku udah gak tahan banget Sin,” bisikku pelan.
“Sinta takut banget Mas,” katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu.
“Aahh,” aku hanya menjawabnya dengan erangan karena nikmatnya dikocok-kocok oleh tangan lembut adik iparku itu.

Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya. Saat ini, Sinta tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan juga, tangan Sinta yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku. “Kita sambil duduk, sayang,” ajaku sambil membimbing dia ke kursi meja makan tadi. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku.

Sementara Sinta kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang. Sambil kutarik agar dia benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Sinta. Ia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Sinta.
“Aahh, aaooww, mass,” Sinta mengerang sambil kelojotan badannya. Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun akan melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya.
“Sinnn,” kataku.
“Aooww, ter, russ mass.., aahh..” pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor.
“Ohh, nik, nikmat banget mass..” katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku. Hampir seluruh bagian mukanku saat itu ia jilati. Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya.

Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku.
“Mass, Sin, Sinta mau,” katanya terputus.
Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku.
“Aaooww mass, please mass” erangnya semakin tak karuan.
“Sin, Sinta mauu, kee, kkeeluaarr mass,” ia semakin meracau. Namun tiba-tiba,
“Krriingg..”
“Aaooww, Mas ada yang datang Mas..” bisik Sinta sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya.
“Sinn,” suara seseorang memanggil dari luar.
“Cepetan buka Sinn, aku kebelet nih,” suara itu lagi, yang tak lain adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. “Hah, Mbak Ratri Mas,” katanya terperanjat.
Sinta seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur. Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya.
Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil.
“Sin, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,” teriak istriku dari luar sana.

Sinta yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak,
“Sebentarr, sebentar Mbak..”
“Mas buruan dipake celananya,” Sinta masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana.
Ia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. “Gila,” pikirku.
“Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,” gerutu istriku kepada Sinta sambil terus menyelong ke kamar mandi.
“Iya sori, aku ketiduran Mbak,” kata Sinta begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi.
“Haa, leganyaa,” katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya.
“Mas Jeje mana Sin?”
“Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,” kata Sinta sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi.
“Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?” kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan.
“Pindah ke kamar gih Mas,” katanya lagi.

Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum.
“Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?” tanyaku berbasa-basi pada istriku.
“Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,” jawab dia.
“Lho, kamu lagi masak toh Sin? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?” kata istriku kepada Sinta setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur.
“Mana berantakan, lagi,” katanya lagi.
“Iya tadi emang lagi mo masak. Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,” Sinta berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum.
Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istrikulah yang melanjutkan masak. Sinta membantu seperlunya.

Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Sinta bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya.
“Waduh, kasihan Sinta. Dia hampir aja sampai klimaksnya padahal barusan, eh keburu datang nih mbaknya,” kataku sambil nSingir melihat mereka berdua yang lagi masak.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Kisah Nyata Cerita Dewasa Sex Bersama Kak Rini
17.36 | 0 komentar

Kisah Nyata Cerita Dewasa Sex Bersama Kak Rini

Kisah Nyata Cerita Dewasa Sex Bersama Kak Rini

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Kisah Nyata Cerita Dewasa Sex Bersama Kak Rini . Berikut cerita 17+ nya :

Kak Rini adalah teman kakak ku sejak SMP sampai SMA, mereka berpisah saat kuliah. Kak Rini kuliah di luar daerah mengambil jurusan Seni Rupa, sementara kakak saya tetap di kota M**do mengambil jurusan ekonomi akuntansi. Setelah wisuda dia membuka rumah modenya sendiri di ibukota. Bagi saya dia adalah salah satu contoh wanita sukses karena masih muda, belum menikah, dan sudah memeiliki usaha sendiri yang bisa dibilang sudah maju.

Bodynya lumayan juga untuk wanita seumurannya yang sudah menginjak usia 36 tingginya sekitar 167cm mempunyai dada yang montok dan pantat yang padat, berat badannya kurang lebih 65Kg. yang pasti kalo dia pake baju yang ketat bodynya yang padat berisi membuat mata setiap laki-laki normal tidak berkedip dibuatnya.
Kakak saya baru saja menikah jadi biasanya kalo kak Rini nginap di rumah, tidur bareng kakak saya sekarang dia tidur di kamar tamu.

Awal kejadiannya ketika saya disuruh kakak saya membantu kak Rini untuk mengangkat koper pakaiannya ke dalam kamar tamu. Saat itu dia hanya memakai kaos berdada rendah sama celana jeans pendek ketat tapi bagi saya itu bukan lagi celana jeans tapi hotpants soanya tinggal beberapa cm lagi udah kelihatan selangkangannya. Saat dia membungkuk mengambil koper yang kecil secara tidak sengaja kalo belahan dadanya ngintip diantara kaos nya.
Pemandangan itu tepat di depan saya,dan angan-angan saya langsung melayang mengenai pemandangan indah sepasang gunung kembar yang tadi saya lihat. wuiiiih… toketnya padat banget kira-kira ukuran berapa yah seandainya saja saya bisa…… pikirku dalam hati.

Selanjutnya hayalanku buyar oleh suara kak Rini.
“Pen ayo dong… kok ngelamun aja… udah punya pacar ya….” Canda kak Rini.
“Eh nggak kok kak biasa aja” jawab saya.
Selanjutnya saya langsung membawa koper itu ke dalam kamar. Sesampainya di dalam saya merapikan kamar itu sementara itu kak Rini lagi sibuk mengatur pakaian-pakaiannya ke dalam lemarinya. Saat sementara merapikan kamar kami berbincang-bincang mengenai pekerjaan dan lain-lain.

Saya mencoba menanyakan tentang bisnisnya dia menjawab… “yah biasa aja maklum lagi masa sunyi semua lagi dalam masa reses, trus ngomong-ngomong gimana kerja kamu Pen..?” Tanya kak Rini.
“yah biasa aja kak masih seperti dulu” Jawab saya tapi lumayanlah buat nambah uang jajan. Daripada bergantung kepada orang lain”.
“yah bagus deh kalo kamu punya pemikiran seperti itu…” daripada anak-anak lain hobynya cuman bisa habisin duit orang tua” sambung kak Rini.
“Ah biasa aja kak…” jawab saya.
Sambil berbincang-bincang mata saya tak luput curi-curi pandang kepada dada kak Rini yang lumayan besarnya, setiap dia membungkuk mengambil pakaian di dalam koper untuk dimasukkan ke lemari pasti belahannya nongol diantara kaosnya paha dan pantatnya yang montok tergambar jelas dengan balutan celana jeans pendek ketat yang dipakainya.
“akhirnya semuanya sudah rapi…!” kata kak Rini..
Selanjutnya saya langsung permisi sambil membeRinihukan kalo mo makan langsung aja ambil di meja makan. Kami semua udah makan siang.
‘ok deh Pen… makasih yah udah bantuin..”

Kata kak Rini ditambah senyumannya yang khas…
Selanjutnya saya pun melanjutkan kerja saya yang harus dibawa pada hari senin. “Uh dasar bos nggak bisa lihat orang senang hari sabtu masih aja disuruh kerja” gumamku dalam hati.. sambil dengerin musik Fade to Black nya Metallica saya melanjutkan kerja di kamar saya. Nggak kerasa hari sudah sore sekitar pukul 16:20 dan pekerjaan saya belum juga kelar.
“Ah mending dilanjutin ntar malam aja” saya langsung mematikan laptop saya tapi tidak lupa save dahulu pekerjaan saya.
Saya kemudian duduk di luar rumah sambil memperhatikan motor saya yang becek karena hujan kemarin..
“hmmm daripada bengong mending cuci motor aja deh” pikirku.
Sementara saya mencuci motor muncul kak Rina yang kelihatannya baru bangun tidur.
“eh kak baru bangun ya…?” saya membuka percakapan dengannya
“ia nih capek karena perjalanan tadi, jadi… tadi habis mandi kakak langsung bobo” jawabnya.

Nggak lama kemudian muncullah kakak saya dan mereka pun berbincang-bincang di depan rumah
sementara saya masih sibuk “memandikan” motor saya.
Trus terdengar ledekan dari kakak saya…
“Pen… motor aja yang loe pikir gimana nggak mo diputusin cewek… kamu lebih merhatiin motor daripada cewek loe”.
“Ah kakak.. biarin aja pasti ada kok yang mau sama saya” jawab saya.
Setelah saya selesai mencuci motor langsung deh saya parkir di garasi dan masuk ke rumah lalu santai nonton TV.
Baru saja mo santai terdengar suara kak rina
“Pen sebentar bisa temenin kak Rini..?”
“mo ke mana kak..?” Tanya saya.
“Nggak kok cuman mo cari gorengan aja sambil putar-putar kota.. udah kangen ama suasana di sini.. nanti ada ongkos bensinnya kok” jawabnya.
“Ok deh kak… tapi janji ya ada ongkosnya” jawab saya..
Tapi saya disuruh tunggu oleh kak Rini karena mo ganti baju…. Setelah sekitar 5 menit kak Rini pun keluar, dia memakai celana jeans pendek tadi lalu dipadukan dengan tank top putih. Wah… saya sampai kaget melihat kak Rini yang tampil seksi Selanjutnya kami pun berangkat
“kak.. tolong jaga rumah ya…” canda saya kepada kakak saya..

Dengan PD nya saya jalan bareng motor saya sambil membonceng wanita sexy
“wah kapan lagi motor gw dinaiki cewek sesexy dan secantik ini” karena motor gua udah dimodif jadi kak Rini boncengnya aga nungging.
Tanpa malu-malu kak Rini menyandarkan dadanya ke punggung saya lalu kedua tanganya memegang bahu saya.. ah padat benar nih dadanya tapi saya pura-pura santai aja. sambil jalan jalan kami pun kembali berbincang-bincang..
“Pen… gimana kabar pacarmu yang kemarin…?” Tanya kak Rini
“ah yang itu kak… udah putus soalnya orangnya cemburuan. Nggak bisa lihat gw bicara ama cewek lain” jawab saya.. sepanjang perjalanan kami berbncang-bincang mengenai keseharian kami.. seringkali dadanya “menghantam” punggungku entah itu disengaja atau pengaruh motor tapi yang pasti saya sangat menikmati kesempatan yang langka ini dan dia pun sepertinya cuek aja.

Sementara saya asik dengan motor dan dadanya kak Rini tiba-tiba saja hujan membasahi kami, saya pun langsung mencari tempat berteduh yang aman dari hujan.
“Sial barusan saja dicuci tiba-tiba hujan deras, tapi lumayan juga walaupun motor gw kotor nggak sebanding degan kesempatan yang saya dapatkan sore ini”, gumam saya dalam hati.
Akibat hujan yang tiba-tiba membasahi kami berdua membuat baju putihya menjadi transparan dan menjadi semakin nampak dua gunung kembar yang ditutupi BH hitam. Pemandangan ini pun tak luput dari mata saya yang mulai mencuri-curi pandang ke arah dadanya. Sekitar 5 menitan hujan mulai reda dan kamipun langsung tancap gas pulang, karena waktu sudah menunjukkan hampir jam 6 sore.Sementara di motor saya ngak sangka tiba-tiba saja dia langsung memeluk tubuh saya, saya pun kaget tapi saya membiarkan saja karena saya juga menikmatinya. Konsentrasi saya pun menjadi semakin kacau diantara melihat kendaraan yang lalu lalang dan pelukan hangat dari kak Rini…

Saya mencoba menanyakan kepadanya… “dingin ya kak…?”
“ia Pen.. saya kedinginan, nggak apa-apa kan soalnya dingin banget nih” jawabnya..
“Mmmm ngga apa-apa kak…” jawabku, kesempatan ini membuat hayalan saya semakin tinggi saja.
Sesampainya di rumah saya kaget rumah dikunci, ternyata kakak saya sedang keluar bersama suaminya.
“wah ini kesempatan langka, karena mereka berdua lagi nggak di rumah” Ucap saya dalam hati, kakak saya setiap akhir pekan dia selalu saja jalan-jalan bareng suaminya dan seringkali kalo bersama rekan-rekannya bisa sampai subuh.
Saya pun langsung mengambil kunci cadangan saya untuk membuka pintu lalu kami pun masuk ke rumah dalam kondisi basah, mata saya tak henti-hentinya memandang body kak Rini yang tergambar jelas karena bajunya yang basah hingga dia masuk kamar. Setelah saya selesai mandi saya pun duduk santai dengan ditemani sebatang rokok sambil mendengarkan musik, nggak lama kemudian datanglah kak Rini dan kami pun kembali berbincang-bincang mulai dari hal-hal umum sampai saya mencoba memancing ke arah yang berbau mesum dikit.

Dalam pikiran saya terus dibayangi oleh payudara dan tubuh kak Rini, “seandainya sja saya bisa menikmati tubuhnya wah.. wah… kapan yah…”
Saya pun mencoba bertanya…
“kak..! kata kakak saya kalo kak Rini jago pijat ya..?”
“bisa kok… tapi biasa aja lagi, emangya kenapa kamu mau coba…?” ucapnya
“bisa tolong pijatin saya kak…? soalnya punggung saya terasa seperti masuk angin mungkin akibat kehujanan tadi”
jawab saya dengan kondisi yang dibuat-buat. Padahal sebenarnya saya punya maksud lain untuk mendekati kak Rini.
“ok deh ini ganti ongkos ojek tadi yah..” jawabnya sambil tersenyum.
Saya pun duduk di karpet membuka baju saya, lalu kak Rini duduk di belakang saya sambil memijat punggung saya.

Wah ternyata pijatannya ok juga. Nggak nyangka cewek secantik dan sesexy ini jago pijat juga. Pijatannya pun makin membuat saya menjadi-jadi tanganya yang halus, ditambah penis saya yang semakin mengeras akibat sentuhan-sentuhan dari kak Rini apalagi aroma parfumnya yang sesekali tercium membangkitkan libido saya untuk menciumi tubuhnya.
Seringkali dadanya menyetuh kepala saya entah itu disangaja atau tidak sengaja, tapi saya sangat menikmati dadanya yang montok “menghantam” kepala saya. Entah setan apa yang merasuki saya saya pun memberanikan diri memegang tangannya sambil mencium tangannya, dia pun membiarkan saya melakukan itu. Beberapa saat kemudain saya langsung berbalik trus langsung memeluk sambil mencium bibirnya.

Tangan saya pun mencoba menggerayangi tubuhnya mulai dari paha ke dadanya lalu meremas-remas toketnya yang lumayan kenyal. Sesekali dia mendesah kenikmatan karena ciuman & lidah saya yang mengerayangi leher dan telinganya ditambah nakalnya tangan saya yang bergerilya dari paha sampai toketnya. Karena dia cuman memakai daster membuat saya leluasa untuk menggeranyangi tubuhnya yang sexy ditambah aroma parfumnya makin membuat saya bernafsu.
“aahhhh Pen…. sshhh lagi Pen…” desahannya mengisi ruangan pada malam itu.
Suasana pada malam itu juga sangat mendukung yang diiringi hujan dan alunan musik dari Air Supply makin membuat saya bernapsu untuk “menikmati” indahnya tubuh kak Rini.
Detak jantungku makin tak menentu akibat libido saya yang semakin memuncak, dan tampaknya kak Rini juga demikian karena nafasnya makin tak beraturan seperti pemangsa yang mengincar mangsanya.

Lalu dia pun meminta saya duduk dan dia mengambil posisi di depan saya.
“ada suprise buat kamu” katanya diiringi senyuman nakal.
Wah apa ya yang akan dia lakukan… ucap saya dalam hati. Dia pun langsung membuka resleting celana saya, dia pun kaget karena penis saya langsung menyembul keluar..
“kamu udah nggak pake CD ya..?” tanya kak Rini.
Saya pun hanya tersenyum kepadanya..
Dengan cekatan kak Rini pun membuka celana saya dan langsung menggengam terus menghisap penis saya. Kali ini saya yang dibuat kerepotan oleh permainannya, jilatannya dari kepala penis sampai ke dua buah kantong hingga ke SUN HOLE saya. Sensasinya luar biasa apalagi saat di mulai menjilati daerah di antara dua kantong dan SUN HOLE saya. Wah seakan-akan berada di langit ke tujuh, sangat berbeda dengan apa yang pernah saya alami dengan layanan para WP di tempat Pijat PP.

Sedotannya pun makin menjadi-jadi karena desahan kenikmatan saya
“arghhh kak…. geli banget kak… ahhhhh…!”
“gimana mantap nggak..?” tanya kak Rini
Saya hanya mengganggukan kepala sambil tersenyum, karena servicenya yang mantap.
Selanjutnya dia berdiri di depan saya lalu membuka perlahan-lahan pakaian yang menutupi tubuhnya mulai dari daster hingga pakaian dalamnya hingga tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Wah inilah pemandangan yang saya impi-impikan sejak lama mulai dari dua gunung kembar ke bagian bawah, saya sangat menimati detai tubuhnya yang begitu indah, saya tidak menyangka bisa melihat dan menikmati body montok kak Rini secara langsung tanpa curi-curi pandang.

Akhirnya kami berdua berada dalam kondisi yang sama-sama bugil, tanpa malu-malu lagi dia pun naik ke atas pangkuan saya, saya pun langsung mencium sambil meremas-remas payudaranya. Saya pun tidak mau kalah dengannya tangan saya mulai menggerayangi tubuhnya mulai dari payudara hingga ke Vagina. Saya pun mulai memainkan jari saya di bibir vaginan dan klitorisnya. Dia pun kembali mengerang kenikmatan saat saya memasukkan jari saya ke dalam Vaginannya.

Lalu kami berganti posisi dia pun berbaring di sofa lalu membuka lebar kakinya, tapi saya tidak mau terburu-buru saya pun langsung menciumi vaginanya sambil menjilati klitorisnya, wah wangi banget aroma vaginanya dan rambutnya yang sedikit membuat saya tidak kerepotan untuk menjilati klitorisnnya, kak Rini tampaknya rajin juga merawat daerah kewanitaannya.
“ahhhh yesss….. ahhh…!” Desahannya makin membuat saya bersemangat untuk menjilati klitorisnya.
“ahh yess geli banget Pen… cepat Pen masukkan aja udah ngak tahan nih…!”
Saya pun langsung ambil kuda-kuda untuk bersiap memasukkan penis saya..
Jleebbb..!! penis saya langsung masuk ke dalam vaginanya lalu mulailah pertempuran yang saya tidak sangka selama ini.
“akhirnya saya bisa menikmati setiap detil tubuh kak Rini” pikir saya dalam hati…

Saya pun langsung tancap gas
Plok… plok… kedua tubuh kami yang berkeringat bercampur menjadi satu diatas sofa yang menjadi saksi bisu permainan kami berdua.
Mulut saya pun tidak mau diam, mulai dari menjilati lehernya kemudian ke belakang telinga sampai payudaranya dan putingnya tak luput dari mulut, tangan saya pun demikian mulai meremas remas payudaranya yang kenyal sampai ke pantatnya.
Kami pun berganti posisi, kali ini dia mengambil posisi WOT, goyangannya yang nikmat ditambah hantaman penis saya ke dasar vaginanya membuat dia seringkali mendesah dan mengerang kenikmatan.

Sekali-kali dia memeluk sambil rnenyandarkan dadanya ke kepala saya seolah mau berkata
“ayo… hisap sambil kulum puting saya”.
Saya hanya bisa mengulum kedua putingnya sambil meremas remas kedua pantantnya yang lumayan bahenol dan kak Rini pun semakin menjadi-jadi, saya juga sesekali meladeni goyangan pinggulnya yang seksi yang seolah-olah sedang menari di atas perut saya. Sekitar 15 menitan tiba-tiba kak Rini mengerang kenikmatan sambil memeluk saya…
“ahhh Pennn saya udah sampai nih…!”
Saya pun tidak mau membuang kesempatan, saya langsung meremas payudaranya sambil mengisap dan mengigit lembut putingya yang sudah tegang…
Saat dia klimaks saya juga merasakan sensasi yang tidak kalah hebatnya.. Vaginanya seperti meremas-remas penis saya entah bagaimana cara dia melakukan tapi itu membuat penis saya merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

Selanjutnya saya meminta kepadanya untuk Doggy Style. Kak Rini pun langsung nungging diatas sofa penis saya pun kembali menghantam dinding vaginanya,
“Pen… yess… trussinnn.. mphhh Pennn gelii banget nih, ini posisi fav aku”
Beberapa saat kemudian saya merasakan akan segera keluar. Saya pun melambatkan tempo permainan karena tidak ingin cepat-cepat keluar.. sementara dia hanya bisa merem melek menikmati penis saya di dalam vaginanya…
Saya pun mencabut penis saya kemudian memintanya untuk berbaring di sofa. Kami pun kembali ke posisi misionaris.
“ahhh… Kak enak sekali…” ucap saya kepada kak Rini..
Dia hanya bisa mengerang kenikmatan tanda dia menyukai permainan saya. Saya pun semakin bernafsu untuk memuaskan dia.

Sekali-kali dia mendesah trus menggigit bibir bawahnya sambi memejamkan mata apabila saya menghujamkan penis saya dalam-dalam hingga mencapai dasar vaginanya.
“oohh… yess… kalo gini terus saya bisa dua kali ni.. kamu belum keluar juga…?” tanya kak Rini kepada saya.
“belum… tadi udah mau keluar tapi saya tahan… karena masih ingin menikmati tubuh yang sexy ini, sayang lho kalo mo cepat-cepat” jawab saya
“ah.. kamu ini nakal… bisa aja..” jawabnya..
Saya pun makin semangat menggenjot tubuh kak Rini. Kak Rini juga sesekali menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama goyangan saya. Vaginanya seperti meremas-remas penis saya itu membuat saya makin tidak tahan sensasi geli dari permainan ini. Akhirnya setelah beberapa menit saya makin mempercepat goyanga saya karena saya merasa sudah akan mencapai puncak kenikmatan
“ahhh.. saya sudah mau keluar nih….”
“muncratnya di dalam saja Pen… saya ingin merasakan sensasi kenikmatan cairanmu” katanya….

Saya pun makin bersemangat karena ini kali pertama pengalaman saya tanpa memakai konPen apalagi klimaksnya di dalam vagina…
Sambil mempercepat tempo permainan kak Rini berkata..
“cepetan Pen… saya juga udah mau klimaks nih..”
Sofa pun berbunyi akibat pertempuran kami yang semakin memuncak, dan akhirya dia kembali mencapai puncak kenikmatan.
“ooohhh yeesss… Pennn.. aku klimaks Pen…!! barengan aja lebih nikmat Pen… ahhhh yesss..”
Tubuhnya pun bergetar dan menggelinjang kenikmatan sambil mengangkat pinggulnya.
“ahhh.. ahhh… saya juga akan klimaks” kata saya kepada kak Rini.

Kemudian penis saya tancapkan dalam-dalam ke vaginanya lalu mulai terasa cairan kenikmatan itu menyemprot di dalam dinding vagina, dia hanya bisa mendesah sambil memejamkan mata menikmati cairan kenikmatan saya lalu memeluk saya erat-erat. Sambil menikmati oragasme kami berdua saling berpelukan seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara, saya mengulum bibirya sambil memperlambat tempo permainan.

Saya melihat wajahnya dia tersenyum puas dengan kenikmatan. Selanjutnya penis saya tarik perlahan-lahan, sesaat setelah saya mengeluarkan penis saya dari dalam vaginanya cairan kenikmatan kami berdua pun ikut keluar dari dalam vaginanya membasahi sofa. Saya pun langsung mengambil baju untuk menyeka sofa yang basah oleh cairan kenikmatan kami. Kami pun kembali berpakaian lalu kak Rini mengatakan
“sebenarnya tadi siang kak Rini sudah mengamati mata kamu yang nakal itu lho.. tapi kak kak Rini sengaja membiarkan Nkamu malahan seringkali kan yang susah kamu juga… Apalagi yang waktu di motor itu lho.. kamu menikmati juga kan..? jujur aja deh Pen.. kak Rini juga menikmatinya kok..”
Selanjutnya dia pun beranjak ke kamar mandi…
“saya mo bersih-bersih dulu yah… soanya udah rasa gimana gitu…” katanya.
Saya hanya tersenyum dengan perkataan kak Rini, selanjutnya saya menonton TV bersamanya.
Itulah awal kisah “kedekatan” saya dengan kak Rini.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
Cerita Dewasa Ini Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Pembantu
17.25 | 0 komentar

Rabu, 30 Desember 2015

Cerita Dewasa Ini Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Pembantu

Cerita Dewasa Ini Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Pembantu

Cerita Dewasa berdasarkan kisah nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Cerita Dewasa Ini Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Pembantu . Berikut cerita 17+ nya :

Malam itu aku sendirian di rumah, ayahku sedang di kantor sedangkan ibuku sedang ikut seminar yang ada hanya aku dan pembantuku yang sekaligus sebagai pembantu di rumahku. Nama pembantuku Toni, usianya 35 tahun dan ia sudah menikah tetapi istrinya tinggal di kota lain.
Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Desi untuk aku ajak ngobrol melalui telepon. Telepon Desi angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Desi nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Desi. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang berhubungan badan. Aku semakin terangasang setelah mendengar suara Desi juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, bra, serta celana dalam aku meremas payudaraku dan memasukkan jariku ke vaginaku. Aku kocok vaginaku hingga aku pun menyapai orgasme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan.
Aku cari pembantuku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung. Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku.

Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu. Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celana dalam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa penis yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan mengulumnya.

Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut pembantuku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.
Aku semakin tertarik untuk menikmatinya lagi, aku elus berkali-kali penisnya hingga berdiri dan semakin panjang penis itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba mengulumnya. Ku jilati serta memberikan gigitan kecil pada buah pelirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernafsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju penis yang telah berdiri.

Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah penis itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran. Payudaraku terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat braku terasa sesak juga vaginaku yang terasa mengeluarkan cairan. Akupun semakin tidak bisa menahan nafsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat kulumanku sehingga membuat penis pembantuku licin karena liurku.

Di saat aku sedang keenakkan melakukan kuluman di penis pembantuku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan pembantuku dan mencabut penisnya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini, akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nafsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam pembantuku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diperkosa pembantuku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku. Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah pembantuku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

Aku tidak peduli bagaimana perasaan pembantuku, aku hanya ingin kenikmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agresif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangsangan terhadapnya. Kukulum lagi penisnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada pembantuku, kupercepat kulumanku sehingga membuat penisnya kembali berdiri. Aku sangat menikmati penis.
“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsang yang mulai menunjukkan ke agresifannya. pembantuku mendesis menikmati kulumanku.
“Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Melda”

Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat kulumanku. Hingga beberapa kuluman penisnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.
“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Melda ough” dan keluarlah spermanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya. Spermanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sperma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu mencium aku. Ciumannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan spermanya untuk mengimbangi permainan bibir itu.

Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicium oleh cowok, dia terus mencium aku dan tangannya mulai menyelinap masuk ke kaosku. Tangannya menuju ke payudaraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agresif dengan membuka kaos ketatku, rok, bra serta celana dalamku.
Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telanjang dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vaginaku juga payudaraku. Tetapi karena nafsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telanjang dan akupun dengan agresif melucuti kaosnya. Sekarang kita benar-benar telanjang bulat, kita saling berhimpitan sehingga penis yang telah mengacung itu menempel pada vaginaku. Aku ingin sekali merasakan penis itu masuk ke vaginaku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan penisnya ke vaginaku dan itu membuat aku semakin bernafsu.

Setelah dia puas mencium aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menciumi kakiku sampai ke vaginaku. Dia menjilati vaginaku, menyedot vaginaku dan juga memberikan gigitan kecil pada vaginaku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku.

Semakin dia mempercepat jilatannya semakin keras pula erangan serta desissan yang keluar dari mulutku. Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vaginaku, jilatan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.
“Auhh.. Ouhh..”

Dia terus menjilati vaginaku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgasmeku yang pertama, aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgasme bersama cowok. pembantuku menghisap-hisap vaginaku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami orgasme terasa badanku lemas tetapi pembantuku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di payudaraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, pembantuku mengulum, menyedot, meremas dan juga menggigit-gigit payudaraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nafsuku, pembantuku sangat menikmati payudaraku dan dia selalu memuji payudaraku yang kenyal dan kencang itu. Aku yang ingin kembali menikmati penis pembantuku segera aku menggulingkan pembantuku disampingku, aku menindihnya dengan vaginaku menghadap ke muka pembantuku dan kita pun saling melakukan rangsangan. Aku kembali mengulum penisnya sedangkan dia menjilati vaginaku. Permainan lidahnya yang liar di vaginaku membuat tak kuasa menahan nafsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan penisnya ke vaginaku dan diapun mengijinkannya.

Aku membalikkan badan dan sekarang penis itu tepat di bawah vaginaku, aku memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vaginaku telah basah. Penis pembantuku seperti tidak mau masuk penisnya selalu ke kanan atau ke kiri. pembantuku pun membantuku, dia memegang penisnya sedangkan tangan satunya menuju vaginaku dan memasukkan jarinya ke vaginaku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.
Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vaginaku, pembantukupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku. Secara mengejutkan penis itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..”

Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas. Vaginaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi pembantuku duduk menghiburku dengan menciumku.
Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nikmat sekali merasakan dua alat kelamin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada. Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu pembantuku semangat dia mulai meremas payudaraku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nikmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nikmat ditambah lagi remasan pembantuku di payudaraku.
“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.
Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kocokan serta teriakanku, kulihat pembantuku sekali memejamkan mata menikmati kocokanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vaginaku.
“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan orgasme yang kedua kali.
Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas pembantuku. 

Dengan penis yang masih menancap di vaginaku pembantuku membalikkanku hingga dia berada diatas, dia kembali mengocok vaginaku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami orgasme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis.
pembantuku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengocok. Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi kocokannya, aku mencoba memaju-mundurkan pantatku walaupun sudah lemas. Dia semakin semangat untuk mengocokku dengan buas dia juga menggigit payudaraku dan itu sangat membuat diriku kembali terangsang.
“Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”
Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat orgasme untuk ketiga kalinya.
“Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Toni.. Ouugh”.

Dengan orgasmeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia “Kau hebat Toni” kataku.
pembantuku menyuruhku untuk menungging dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai vaginaku. Dia masih dengan semangat tetap mengocok serta meremas payudaraku dan kadang-kadang meremas pantat ku. Jarinya juga masuk ke anusku.
“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku semakin menikmati, dengan kasar dia mengocok vaginaku dan juga anusku. Dengan kocokan dari anus dan vagina tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.
“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Toni”
Tak berselang lama aku merasakan lagi orgasme yang ke empat.
“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..”

Dan dia pun mengikuti mengalami klimaks dengan sperma yang masih banyak. Semprotan spermanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan kenikmatan, spermanya tidak dapat tertampung di vaginaku sehingga jatuh ke sprei. Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, pembantuku berada disampingku dan dia masih mencium serta meremas pantat dan payudaraku. Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih telanjang dan berjalan dengan gontai, pembantuku pun tertidur lagi.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini : 
17.54 | 0 komentar

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha 

Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Cerita Dewasa Berdasarkan Kisah Nyata Bercinta Dengan Marsha   . Berikut cerita 17+ nya :

Namaku Ricko, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marsha si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.

Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marsha yang biasa kupanggil Marsha, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.

Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Marsha, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Marsha pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.

“Marsha..udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong..mau ganti baju nih..!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya..!” pintaku padanya.
“Iya….boleh..” ungkapnya.
“Aku masuk ya..!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marsha memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“Marsha..kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Marsha sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Marsha..?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak..serius banget deh kayaknya..!” ungkap Marsha penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja..!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain…sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih..peluk gimana sih.., emang mau ngapain.., nggak mau ah..!” bantahnya.
“Sebentar…aja…ya..Marsha..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah..yang enggak-enggak aja sih..” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.

Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.

Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marsha yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
“Iiih…diapain sih tuh..udah…ah..!” seru Marsha sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang Marsha..abis kamu cantik sekali Marsha..!” ungkapku terus terang.
Marsha pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.
“Anunya bangun ya kak..?” tanya Marsha heran.
“Iya Marsha..aku terangsang sekali..” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak Marsha..?” tanyaku padanya.
“Nggak ah..entar ada orang masuk lho..!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya..!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.

Sementara Marsha menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marsha masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya….?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Marsha mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
“Nih lihat…cepetan mumpung nggak ada orang..!” ungkapku pada Marsha sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marsha pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
“Iiih ngapain sih… Malu tahu..!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu Marsha..kan udah nggak ada orang..” kataku berdebar-debar.
“Mau pegang nggak…?” Ungkapku sambil menarik tangan Marsha kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marsha mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marsha kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.
“Iiiih..takut ah..gede banget sih..!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.

“Aaaah..ooouw…terus Marsha..enak banget..!” aku mulai merintih. Sementara Marsha sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Marsha..?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap Marshagan Marsha, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marsha terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marsha menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana Marsha…..?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya..!” jawab Marsha polos.

Aku kembali berdiri dan memeluk Marsha dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marsha pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marsha membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marsha terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.

Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marsha yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marsha yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
“Marsha…buka ya celana dalamnya…!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh…mau ngapain sih…pake dibuka segala..?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu.. Marsha tenang aja..!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marsha.
“Tuh kan….malu..masa nggak pake celana dalam sih..!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa…kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.
“Kamu kan udah pegang punyaku..sekarang aku pegang punyamu ya..Marsha..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong..geli nih..” ungkap Marsha, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.

“Ya udah…punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marsha tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marsha. Lama kelamaan memek Marsha mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marsha, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.

Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marsha membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marsha pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marsha bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.

“Terus kita mau ngapain nih..?” ungkap Marsha heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marsha tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marsha, menempel tepat pada belahan memek Marsha, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marsha pun semakin membasahi batang kontolku.

“Aaah..Marsha..enaaaak…bangeet..!” aku merintih nikmat.
“Apa sih rasanya…emang enak..ya..?” tanya Marsha, heran.
“Iya..Marsha..rapetin kakinya ya..!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marsha. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
“Ah geli nih… udah belum sih..jangan lama-lama dong..!” pinta Marsha tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya..Marsha.. sebentar lagi ya..!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marsha dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh..aaaoww..Leenn..aku mau keluaarr..crottt..crott..crottt..oouhh..!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marsha, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
“Iiiih…jadi basah..nih..!” ungkap Marsha sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
“Hangat..licin..ya..?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini…namanya..?” Marsha bertanya padaku.
“Hmm..itu namanya air mani..Marsha..!” jelasku padanya.

Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marsha sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marsha tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.

Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marsha gadis kecil yang cantik.
Marshapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
“Marsha..makasih ya..udah mau pegang punyaku tadi..!” ungkapku pada Marsha yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marsha.
“Iya..nggak apa-apa..asal jangan lagi ada orang aja..kan malu..!” ungkap Marsha polos.
Setelah itu Marsha pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini : 
17.44 | 0 komentar

Kisah Nyata Suami-Suami Pemuas Sex Cerita Dewasa

Kisah Nyata Suami-Suami Pemuas Sex Cerita Dewasa

Kisah Nyata Suami-Suami Pemuas Sex Cerita Dewasa


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Kisah Nyata Suami-Suami Pemuas Sex Cerita Dewasa  . Berikut cerita 17+ nya :

Adit (samaran 42 tahun) adalah teman sejak Saya SMA yang kini menjadi suamiku. Kini setelah anak-anak kami sudah remaja (kini umurku 38 tahun) hidup kurasakan tambah sepi apalagi Saya tinggal berdua dengan suami saja, anak-anakku sudah kuliah di lain kota. Suamiku adalah pria yang baik dan sukses sebagai karyawan PMA, meskipun jabatan tidak terlalu tinggi tapi kami hidup berkecukupan. Saya sendiri cukup waktu dan uang untuk merawat diri, sehingga meskipun Saya tidak cantik namun orang bilang Saya ini luwes tidak mboseni kalau dipandang suamiku bilang Saya memang tidak cantik tapi”ayu”apalagi kalau lagi orgasme tinggiku cuma 160 cm dengan berat 56 kg agak gemuk orang bilang tapi dadSaya montok sekali dengan puting yang merekah.
Suamiku senang olah raga tenis dan golf kalau badan tidak terlalu tinggi 165 cm tapi cukup atletis dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang sebenarnya Saya cukup bahagia karena suamiku orangnya telaten dan sabar dia selalu memberikan kesempatan dulu pada Saya untuk orgasme seteleh itu baru dia melakukan penetrasi sampai Saya orgasme yang kedua.

Pengalaman ini terjadi karena rasa kesepianku di rumah sendiri akhirnya Saya usul untuk menerima kost toh kamar anakku 2 kamar tidak ada yang nempati. Akhirnya suamiku sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman kenalannya seorang pengusaha yang biasa mondar-mandir Jakarta ke kota Saya karena ada anak perusahaannya di kota Saya. Pertimbangannya dari pada ke hotel boros karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Santo (samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg) besar dengan kulit putih tapi wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun. Kami cepat akrab bahkan seperti keluarga sendiri karena makan malam kami selalu bersama bahkan pada waktu lapor Pak RT kami mengaku sebagai saudara. Oh iya Saya panggilnya Dik karena umurnya baru 38 tahun.

Bahkan jika suamiku dan Saya pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas ada di kota Saya ia kami ajak. Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami Dik Santo juga membantu kalau ada kerepotan dirumah sehingga lingkungan taunya memang adik saya. Untuk sehari-hari setelah berjalan 3 bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika kami ngobrol habis makan malam.
“Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Santo,” celetuk suamiku, “Biar
dia kenal mbakyumu” lanjutnya, Dik Santo hanya diam dan menghela napas
panjang.
“Ada apa.. Ada yang salah?” lanjut Mas Adit melihat gelagat yang kurang
enak.
“E.. Anu Mas Saya sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu
diruamh cuma ada anak-anak dengan pembantu saja” jawabnya dengan mata
berkaca-kaca.

Kami akhirnya tahu statusnya dan kami minta suatu ketika kalau liburan sekolah biar anak-anak diajak kebetulan anaknya 2 orang masih 7 tahun dan 4 tahun. Sejak itu keakraban kami tambah dekat bahkan suamiku sering membisiki Saya kalau keturunan arab biasanya barangnya besar dan panjang. Saya pun merasa Dik Santo makin memperhatikan Saya, pernah Saya dibawakan hadiah liontin permata yang cantik. Bahkan sehari-hari kami makin terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Santo seolah mau memelukku dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipiku kalau mau pamit pulang Jakarta.

Demikian pula sebaliknya Mas Adit seolah membiarkan kami bercengkarama kadang kadang bahkan ngompori, “Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Santo” kalau sudah begitu Saya yang merah padam, tapi untungnya hanya kami bertiga.
Seperti kebiasan kami, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week end di kebun kami di Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman untuk beristirahat. Entah apa sebabnya Mas Adit hari itu dengan manja tiduran berbantal pahaku di depan Dik Santo setelah selesai makan malam sambil menonton TV dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Kulihat Mas Adit sangat atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Santo. Saya sebenarnya agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri Saya bisa mengatasi perasaanku, lagian Dik Santo sudah sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Santo acuh saja melihat tingkah laku Mas Adit. Malah akhirnya Dik Santo mengambil inisiatif mengambil kasur dari kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai.
Akhirnya kamipun menonton TV sambil tiduran, Saya dan Dik Santo bersandar didinding berjajar cuma berjarak setengah meter sedang Mas Adit tiduran di paha Saya. Acara yang ditayangkan kebetulan agak menyerempet-nyerempet hubungan suami isteri. Kulihat Dik Santo tidak bisa konsentrasi, ia lebih sering mencuri pandang ke arah dada Saya yang saat itu hanya terbungkus daster, 

Saya pura-pura nggak tahu tapi Saya sempat melihat arah tengah celananya yang Saya yakin sudah setengah ereksi.
Tiba-tiba Mas Adit memeluk paha Saya sambil mengusap usap tonjolan payudara dari luar baju daster yang kukenakan, Saya bingung.
“Mas malu ah masa ada Dik Santo,” protesku sambil melemparkan tangannya
kasar.
“Ah nggak apa apa, wong Di Santo juga pernah merasakan koq.” sahut Mas
Adit sambil senyum penuh arti ke Santo.
Santo tersenyum kecut Saya melengos sebel tapi jujur saja rabaan Mas Adit membuat Saya on apalagi udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang. Sementara Mas Adit malah nekat dan kepalanya yang menindih paha Saya digeser ke arah selangkanganku, sehingga tak terhindarkan baju dasterku yang memang pendek makin tersingkap sehingga Santo makin leluasa melahap pahSaya yang terbuka lebar..
“Mbak.. Saya.. Jadi ingin nih..” Santo bicara pada Saya.
Gila batinku Saya benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata Santo hampir saja Saya tampar. Tapi Mas Adit malah menimpali, “Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Santo sudah lama lho nggak merasakan”
sahutnya.
“Pap!! apa-apaan sih ini” sahutku nggak kalah seru.
“Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!” pintanya sambil mengedip ke
Dik Santo.

Rupanya Santo tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jarak
kami cuma sejengkal maka langsung direngkuhnya belakang kepala Saya dan
diciumnya mulutku dengan paksa. Saya ingin menolak tapi Mas Adit memegang
tanganku dan meraba tengah CDku Saya terombang-ambing antara nafsu dan
nilai yang ada dalam diriku tapi Saya makin terangsang, tanpa sadar malah
kumiringkan tubuhku menghadap Dik Santo sehingga Saya bisa berhadapan,
melihat reaksiku tanpa segan Dik Santo menyelusupkan tangannya dibalik
dasterku untuk meremas remas buah dada Saya, sementara Mas Adit tangannya
sudah masuk CD untuk mengelus elus klitorisku yang menjadi titik
kelemahanku.

Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasiku melambung tinggi ada
kenikmatan yang tiada tara. Kucoba memberanikan diri meraba perut Santo
dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu ukuran barangnya.
WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi
tanganku tak bisa memegang semuanya genggamanku penuh itupun baru
separonya. Ketika itu Mas Adit melepaskan seluruh pakaiannya dan
mencopoti dasterku, Santo melepaskan pakainnya juga dan menggeser
posisinya merapat ke arahku dari sebelah kiri kami berhadapan, sedangkan
Mas Adit memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakangku),
sehingga dengan sendirinya kontol Mas Adit yang sudah kencang menempel
bokongku dan kontol Santo yang luar biasa panjang dan besar menempel
paha Saya karena Santo tak mau melepaskan pelukannya pada Saya jadi Mas Adit
hanya merogoh memekku dari belakang.

Santo menciumi diriku sambil mengelus payudara penuh nafsu, kulihat Santo
yang penuh dengan gairah, Saya ikut terhanyut. Saya tak sempat berfikir
macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku, kunikmati apa yang
dilakukan Santo pada Saya tanpa menghiraukan Mas Adit yang meremas-remas
bokongku, dan mengelus vagina Saya yang sudah basah. Saya mendesis desis tak
karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Santo mendekap punggungku
erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vagina Saya rupanya dia
sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memekku.
Dituntunnya penisnya ke arah lubang vagina Saya, dan dalam tempo singkat
Saya sudah melayang kelangit ke tujuh menikmati kontol Dik Santo yang
panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di vagina Saya
namun kenikmatan yang kurasakan mampu membuatku melupakan rasa perih
memekku. Otomatis jepitan lobang kemaluanku makin jadi dan
denyutan-denyutan memekku yang selama ini dipuja oleh Mas Adit dirasakan
oleh Santo.

“Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak” bisik Santo sambil
mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.
Sementara Saya mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Santo mendesis
desis keenakan, kini wajah Santo menghadap ke arahku dengan matanya yang
terpejam sungguh tampan sekali apalagi desisanya membuatku benar-benar
melayang. Gesekan bulu dada di ujung putingku membuatku seperti kesetrum
listrik ribuan watt. Setelah hampir sepuluh menit Santo memompa memekku
Saya mulai kesetanan mau meledak tapi dia mulai mengendurkan pelukannya.
“Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Adit
maksudnya) nggak kebagian” bisik Santo pada Saya.
Santo melepaskan kontolnya dari memekku pelan-pelan terasa ada yang
hilang dari selanggkanganku, Santo berdiri sambil membimbingku Mas Adit
masih ikut dibelangku sambil meremasi pantatku. Saya menoleh memandang
suamiku penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas Adit
begitu bahagia bahkan dia tersenyum.
“Kita main bersamaan ya Mas?” ajak Santo pada suamiku.

Santo mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang,
tampak kontolnya yang besar panjang dan kokoh dengan topi baja yang
mengkilat karena cairan memekku berdiri seperti prajurit siap serbu,
kemudian ia menyuruhku mengangkang diatasnya dengan menumpangkan paha Saya
pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan Saya turunkan
bokongku dan Santo membibing kontolnya untuk memasuki memekku, bles,
ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi. Dengan posisi
begitu maka dari depan mencuatlah klitorisku yang sudah keras dan
kencang, perlahan-lahan Saya mulai memompa dengan menaik turunkan
bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Adit langsung duduk
jongkok di depanku oh.. Ia menjilati klitorisku yang terbiar menantang.
Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan
memekku makin berdenyut keras, kuraih kepala Mas Adit kurapatkan ke
selangkanganku sementara Santo terus menyodokku dari bawah. Ahh.. Saya mau
meledak.. Mas.. Saya mau meladak..!!

Santo menggeram karena kontolnya kucengkeram dengan denyutan memekku yang
makin kuat,. Dan dengan sambil meremas-remas payudarku kurasakan kontol
Santo dalam memekku berdenyut keras.. Ahh Mbak Saya mau keluar..
Ditariknya putingku sambil menyodokku dari bawah kuat-kuat sementara Mas
Adit melumat klitorisku Saya benar-benar tidak bisa menggambarkan
kenikmatan yang kudapat ketika kontol Santo menyemburkan spermanya ke
dalam memekku bersamaan orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku.
Belum selesai sensasiku Mas Adit menarikku dan meminta Saya nungging ini
kebiasaan Mas Adit dia mau memompa Saya kalau Saya sudah orgasme katanya
enak sekali keSanton-keSanton memekku kalau orgasme. Saya mengambil posisi
nungging dengan bertumpu pada kedua paha Santo pas kontolnya yang
berlendir-lendir di muka Saya langsung saja Saya bersihkan sementara Mas
Adit mulai memasukkan kontolnya yang meskipun tidak panjang tapi
kepalanya sangat leber sehingga seperti klep pompa. Kurasakan sensasi
yang lebih hebat lagi ketika Mas Adit mulai memompa Saya dari belakang.

Hampir saja kugigit kontol Santo kalau saja Santo tidak berteriak, mengaduh.
Entah Saya merasa tidak kuat lagi menahan ledakankanku yang berikutnya
dan segara saat kontol Mas Adit mulai berkedut-kedut akan menyemburkan
spermanya Saya pun juga merasakan diriku akan meledak lagi. Dan aahh
dengan teriakan panjang Mas Adit menyemprotkan spermanya ke dalam
memekku. Saya segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas Adit, rasa
sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat lidah merasa aneh dan
asing. Kami terkulai lemas tapi Saya merasa lapar dengan tetap bugil Saya
kedapur untuk masak kulihat dua orang laki-laki itu berpelukan saling
menepuk punggung.

“Gimana dik?” lamat lamat kudengan suara Mas Adit menanyakan kesannya
pada Santo.
“Wah luar biasa Mas, Saya nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat,
pantas Mas Adit tidak pernah jajan,” timpal Santo.
“Begini aja dik, Dik Santo nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu
ya isterimu, tapi janji Dik Santo nggak boleh jajan, Saya jijik kalau
mbayangkan Dik Santo jajan,” sambung Mas Adit.
“Sumpah Mas Saya nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah
pembantuku Saya pakai itupun cuma sekali selebihnya Saya pake alat,”
lanjut Santo.
“Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama
lain..”
“Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin” Saya
langsung protes nglendot di pangkuan Mas Adit.
“Tapi Mama setujukann..” lanjut suamiku.
“Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm” sengaja kubuat-buat jawabanku Saya ingin
melihat reaksi Santo.
“Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju Saya nggak pa-pa kok Mbak” Santo memelas.
“Habis.. Habis..” jawabku nggak kulanjutkan.
“Habis apa Mbak?” Santo panasaran.
“Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi” jawabku sambil cekikikan.
Santo langsung menubrukku yang masih dipangkuan Mas Adit, tanpa sungkan
lagi diciumnya bibirku diremasnya dada Saya kulihat kontolnya sudah ngacung.
“Eh.. Makan duluu.. Ah Saya lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di
meja” pinta Saya.

Santo menghentikan cumbuannya terus membopongku kekursi makan sambil
memangkuku dia menghadapi meja makan sementara Mas Adit mengikuti dari
belakang dan mereka duduk berimpitan kursi. Saya membagi bokongku diatas
kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin.
Mereka dengan sabar bergantian menyuapi Saya. Saya benar-benar bahagia
mereka berdua sekarang suamiku, yang siap memuaskanku.
Selesai makan kusiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, Saya mendahului
membersihkan diriku di kamar mandi sperma yang kering berleleran di
paha Saya terasa lengket. Setelah itu Saya kekamar utama menyisir rambut ku
di depan cermin.

Tak lama kemudian kulihat mereka berdua mengendap-endap beriringan masuk
kamar Saya seolah tak melihat. Kurasakan elusan lembut sebuah tangan
dengan bulu-bulu halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah
keselangkangan dan mengelus memekku. Saya sudah bisa menduga pemilik
tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Santo lah yang
sedang mengelus belahan memekku, dan Mas Adit mengelus batang penisnya,
sambil mulutnya menciumi dada Saya. Sambil berubah posisi dengan setengah
duduk di depanku Mas Adit siap dengan selangkanganku yang terbuka lebar
memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan
kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Santo tidak tinggal
diam buah dada saya yang menggantung diremas remas dan diciumi dari belakang.
Santo merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap
dimuka mulutku. Sekarang Saya baru bisa mengukur panjangnya kontol Santo
yang ternyata ada dua kepalan tanganku dengan kepala agak meruncing dan
diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Adit. Langsung
kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan sampai
hampir setengah jam dan dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Santo
tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Adit yang sedang
mengenyot klitorisku dibawah meja pada saat itulah Santo menghentak
hentakkan pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulutku dan..
Croot.. Croot.. Croot..

Sperma Santo memenuhi kerongkonganku. Dia telah orgasme. Ini terlalu
cepat, padahal Saya merasa masih belum apa-apa. Santo terus turun
membopongku ke ranjang dan Mas Adit sekarang menindihku semetara Santo
mempermainkan ku dari bawah ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja
sama memuaskan diriku. Mas Adit sudah terlengkup ditubuhku, sementara
pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah melesak ditelan
liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku.
Saya mulai on lagi dan otot-otot vagina Saya mulai berdenyut-denyut tapi
tiba-tiba Mas Adit menghentikan kocokannya, dan mencabut penisnya, Saya
masih tanggung tetapi Saya memang juga tidak ingin selesai sekarang, Saya
masih berharap Santo bangkit lagi setelah istirahat. Saya ingin Santo
memompa Saya dulu baru Mas Adit yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Adit
minta Saya dan Santo melakukan 69 dengan posisi Santo dibawah begitu Saya
posisi enam sembilan Mas Adit menusukku dari belakang dan Santo ganti
yang ngenyot klitorisku. Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil
memekku dipompa Saya tak dapat menahan kenikmatan yang menyerbu lubang
memekku. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling
disukai Mas Adit, kemudian kurasakan Mas Adit mulai mencengkeram
bokongku dan melenguh seperti sapi di sembelih sambil mempercepat
goyangannya, semetara mulut Santo tak henti menciumi klitorisku dan
lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Adit.
Nafasku tersengal, Saya mulai masuk kemasa orgasme.
Tanpa menunggu waktu lagi Mas Adit mempercepat kocokannya, dan
kemaluankupun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera akan keluar.
Mas Adit merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari mulutnya keluar
erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke
kemaluanku, dia semprotkan spermanya..
Crot.. Crot.. Crot tapi Saya belum orgasme.

Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vagina Saya Pada
saat yang sama, Saya tak tahan menahan orgasmeku, kugenggam kontol Santo
kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan menikmati
orgasmeku bersama Mas Adit mendapat perlakuan begitu Santo juga orgasme
kembali dan menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang kedua kali.
Kenikmatan yang luar biasa. Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Mas
Adit tidak mau mencopot kemaluanku dari memekku, Saya paham betul dia
paling suka menikmati denyutan memekku.
“Pah.. Saya sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih kasian
Santo kita tindih”
Malam ini adalah malam pertama Saya merasakan penis orang lain selain
punya Mas Adit apalagi penisnya lebih panjang, sebuah pengalaman yang
sangat memuaskanku.


Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang kualami bersama ke
dua suamiku namun sementara sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan
Saya ceritakan lainnya. Sejak kejadian itu Santo minta jatahnya pada Saya
setiap ada dikota Saya bahkan anak-anaknya sering diajak untuk bersama
tinggal dikota Saya saat libur agar tidak bolak-balik.
Saat Santo ada hampir tiap hari sekali Saya mendapat giliran dari Mas Adit
dan Santo kadang kami lSayakan treesome kadang hanya berdua saja dengan
salah sat dari mereka, dan kami sepakat hanya dilakukan bertiga saja.
Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria
percayalah mereka bisa akur sabar tidak ada rasa cemburu dan yang hebat
anda akan dimanja seperti diriku. Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini
benar-benar nyata kami telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang mereka
sangat tulus pada Saya. Saya jadi rajin jamu dan senam untuk kepuasanku dan
kepuasan mereka bagi yang ingin tanya silahkan kirim email pasti
dijawab. Mau coba Saya punya caranya.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini : 
17.35 | 0 komentar

Selasa, 29 Desember 2015

Kisah Nyata Cerita Dewasa Bercinta Dengan Mertua

Kisah Nyata Cerita Dewasa Bercinta Dengan Mertua

Cerita Dewasa Dan Kisah Nyata


Kisah ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu pembaca cerita dewasa , nama , tempat itu semua sudah di samarkan.Oleh karena itu cerita sex kali ini sangat mengunggah gairah kita untuk mencoba nya. Ingin tau lebih lanjut silahkan di simak saja Kisah Nyata Cerita Dewasa Bercinta Dengan Mertua  . Berikut cerita 17+ nya :

Perkenalkan dulu namaku Jhoni. Sudah satu minggu ini akau berada di rumah sendirian. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada istri di sisiku. Memang perkimpoian kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun berjalan. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi kemana-mana.

Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan mertuaku.  mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Riris telah meninggal dunia. Ayah mertuaku kemudian kimpoi lagi dengan mertuaku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. mertuaku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan  mertuaku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.

Peristiwa itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainanku dengan Riris. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan perkimpoianku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu,  mertuaku (waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru  mertuaku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali diciumi oleh calon ibu mertuaku yang cantik itu.

Hari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga  mertuaku. Pada saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang  mertuaku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata, “Apaa..?, sudah-sudah, jadi malu”.
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan mertuaku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan Riris istriku, dan juga ayahku mertua yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuaku keluar masuk vagina  mertuaku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan mertuaku. mertuaku juga sayang sama kami, walaupun Riris adalah anak tirinya.

Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon mertuaku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertuaku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada  mertuaku.

Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok cium Jhoni?”.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibuku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat Riris lho Jhon…, Nanti kedengaran ayahmu juga bisa geger lho Jhon”.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih bu…, Jhoni jadi penasaran lho”.

“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Jhon, sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa kau ini, masa lihat menantunya sendiri kok blingsatan”.
“Mungkin, setannya ya Jhoni ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertuanya. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau Jhoni lagi sama Riris, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau Ibu pernah bayangin Jhoni nggak kalau lagi sama Bapak”, aku semakin berani.

“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama ibu mertuanya. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Buu, maafin Jhoni deeh. Jhoni jadi pengiin banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Jhoni sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Toom.., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Jhon…, Jhon kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Jhon menggir sebentar Jhon, ibu pengen cium kamu di sini”, kata ibu dengan suara bergetar.

Ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Mungkin terpengaruh juga karena aku sudah satu minggu tidak bersetubuh dengan istriku. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan orang. Aku dan ibu mertuaku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.

“eehhm…, Toom ibu kangen banget Toom”, bisik ibu mertuaku.
“Jhoni juga buu”, bisikku.
“Toom…, udah dulu Jhon…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertuaku.
“Buu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.

Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh Toom. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.

Sampai di rumahku, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan penuh kerinduan. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan kami. Aku ciumi ibu mertuaku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut.
“Buu, Jhoni kangen banget buu…, Jhoni kangen banget”.
“Aduuh Toom, ibu juga…, Peluklah ibu Jhon, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., Jhon, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Jhon masukkan lidahmu ke mulut ibu”

Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, “Jhon, bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Aku merasa tidak enak dengan Riris apabila kami memakai tempat tidur di kamar kami.
“Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Jhon. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuaku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuaku merengut manja.

Kami duduk di tempat tidur, sambil beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan ibu mertuaku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku memandangku dengan tanpa berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu mertuaku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya sampai pahanya yang mulus.

Aku remas lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan. Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu mertuaku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina ibu mertuaku.

“Buu, aku kaangen banget buu…, Jhoniy kanget banget…, Jhoni anak nakal buu..”, bisikku.
“Toom…, ibu juga. sshh…, masukin Toom…, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget Toom, Toomm…”, bisik ibuku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuaku bertelakn pada siku dan lututku.

Tangan kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.
Kaki ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“Masukkan separo saja Jhon. Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.

Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Buu, Jhoni masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa Toom, enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertuaku, mencoblos vagina ibu mertuaku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Buu Jhoni mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.
“ssh…, hiiya Toom, keluariin Toom, keluarin”.

“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Toomm, Jhonm, Teruss Toomm”, Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertuaku.
Pangkal penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertuaku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir terputus semakin menurun.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertuaku.

“Biar di dalam dulu Toom…, Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertuaku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibunya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi Toom…, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, Jhoni juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.

“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas Toom.., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, Jhoni rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.

Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Malam itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.

Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.

Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini : 
18.52 | 0 komentar